Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Pexels/Jonathan Borba
Pexels/Jonathan Borba

Intinya sih...

  • Berhubungan seks saat hamil aman jika kehamilan normal tanpa komplikasi.

  • Posisi seks perlu disesuaikan agar tidak memberikan tekanan berlebih pada perut.

  • Kondisi tertentu seperti plasenta previa atau serviks melebar dini bisa menjadi faktor risiko yang memerlukan penghindaran hubungan intim.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Berhubungan seks saat hamil sering kali jadi topik yang membuat banyak pasangan kikuk. Kehamilan membawa banyak perubahan hormon yang bisa meningkatkan gairah, terutama di trimester awal dan pertengahan. 

Namun pada sisi lain, muncul juga rasa khawatir soal aktivitas ini bisa membahayakan janin atau memicu komplikasi kehamilan?

Padahal, jika kondisi kehamilan sehat dan tidak memiliki riwayat tertentu, hubungan intim tetap bisa dilakukan dengan aman. Hal terpenting adalah tahu batasan dan menyesuaikan diri dengan perubahan fisik serta kenyamanan ibu hamil

Berikut Popmama.com rangkum sering berhubungan intim saat hamil berbahaya untuk janin? Ini faktanya!

1. Apakah berhubungan seks saat hamil aman?

Freepik

Dalam kehamilan yang berjalan normal tanpa komplikasi, berhubungan seks umumnya dianggap aman untuk ibu dan janin. Mengutip Cleveland Clinic, rahim dilindungi oleh cairan ketuban dan otot rahim yang kuat, sehingga aktivitas seksual tidak akan membahayakan bayi selama tidak ada masalah kesehatan khusus.

Lalu, dilansir Mayo Clinic, menyebut jika tidak ada kondisi seperti plasenta previa atau kerja kelahiran prematur, seks tidak akan memicu keguguran. Tetapi, beberapa ibu hamil mungkin mengalami kram ringan atau bercak setelah orgasme, tentunya ini bisa dianggap normal karena peningkatan aliran darah ke area panggul atau kontraksi ringan. 

Namun ibu hamil perlu waspada apabila kram tidak hilang atau disertai perdarahan hebat. Jika itu terjadi segera konsultasikan ke dokter kandungan atau datang ke pusat kesehatan terdekat.

2. Dari posisi hubungan intim dan frekuensi, ini yang aman!

Freepik

Saat hamil, posisi seks mungkin perlu disesuaikan agar tidak memberikan tekanan berlebih pada perut. Posisi seperti berbaring menyamping, woman on top, atau penetrasi dari belakang (doggy style) kerap disarankan agar ibu hamil merasa lebih nyaman. 

Posisi misionaris (suami di atas) bisa jadi kurang ideal, terutama saat perut sudah lebih besar. Hindari posisi ini karena memberikan beban tambahan yang dapat memberi tekanan pada organ dalam. 

Mengenai frekuensi, dalam Cleveland Clinic dijelaskan bahwa jika kondisi kehamilan sehat, seks bisa sesuai dengan kenyamanan pasangan. Namun, tentunya setiap ibu hamil punya batas berbeda, ada yang gairah seksnya justru meningkat di trimester pertama dan kedua. Ada pula yang mulai berkurang karena kelelahan, mual, atau perubahan hormon.

3. Kapan sebaiknya menghindari hubungan seks saat hamil?

Pexels/Leah Newhouse

Walau umumnya aman, ada kondisi tertentu di mana dokter bisa menyarankan agar ibu hamil menghindari hubungan intim. Beberapa faktor risiko tersebut meliputi plasenta previa, serviks yang melebar dini (cervical insufficiency), atau riwayat persalinan prematur.

Selain itu, bila terjadi perdarahan yang tak jelas sebabnya, kebocoran air ketuban, atau kontraksi yang terus-menerus, hubungan seksual sebaiknya ditunda dan segera hubungi dokter. 

Dalam kasus ini, dokter akan mengevaluasi kondisi kehamilan dan memberi saran apakah hubungan intim masih aman atau harus dihindari sementara. Keputusan ini sangat tergantung kondisi kesehatan ibu dan janin karena setiap kehamilan punya keunikan tersendiri.

Jadi, berhubungan intim saat hamil boleh dilakukan selama memperhatikan beberapa hal. Semoga informasi di atas bisa membantu, Ma!

Editorial Team