Sleep Apnea saat Hamil: Faktor Risiko, Gejala, dan Pengobatannya

Sering tidur mendengkur? Waspada kondisi sleep apnea saat hamil, Ma!

27 Mei 2024

Sleep Apnea saat Hamil Faktor Risiko, Gejala, Pengobatannya
Freepik/freepik

Istirahat yang teratur dan berkualitas sangat dibutuhkan untuk hidup sehat, terutama selama masa kehamilan. Bagi ibu hamil, tidur yang cukup bukan hanya soal istirahat dan kenyamanan, tetapi juga memainkan peran penting dalam mendukung kesehatan dan perkembangan janin. 

Namun, ada kalanya tidur ibu hamil menjadi terganggu karena masalah kesehatan tertentu. Salah satunya adalah sleep apnea, yakni gangguan tidur yang ditandai dengan mendengkur saat tidur.

Sleep apnea saat hamil tidak hanya mengganggu kualitas tidur, tetapi juga dapat berdampak pada kesehatan ibu dan janin di dalam kandungan. Pasalnya, sleep apnea dapat mengubah sistem metabolisme tubuh.

Berikut Popmama.com rangkum faktor risiko, gejala, dan pengobatan sleep apnea saat hamil. Yuk, simak sampai tuntas!

1. Apa itu sleep apnea?

1. Apa itu sleep apnea
Freepik/freepik

Sleep apnea adalah suatu kondisi di mana seseorang yang sedang tertidur, kemudian pernapasannya berhenti secara tiba-tiba tanpa disengaja dan dalam waktu yang singkat. Kondisi ini dapat terjadi beberapa kali saat tertidur, sehingga membuat tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen.

Sleep apnea terbagi menjadi dua, yakni sleep apnea obstruktif dan sleep apnea sentral. Sleep apnea obstruktif terjadi ketika saluran napas bagian atas tersumbat beberapa kali saat tertidur, sehingga mengurangi atau menghentikan aliran napas sepenuhnya. 

Sementara sleep apnea sentral terjadi ketika otak tidak mengirimkan sinyal yang diperlukan untuk bernapas, yang mungkin disebabkan oleh kondisi kesehatan lain. Kasus sleep apnea sentral lebih jarang terjadi dibandingkan dengan sleep apnea obstruktif.

2. Bisakah kehamilan memicu sleep apnea?

2. Bisakah kehamilan memicu sleep apnea
Freepik/krakenimages.com

Dilansir dari laman The Bump, kehamilan memang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami sleep apnea. Ada beberapa alasan mengapa kehamilan dapat memicu sleep apnea, di antaranya adalah sebagai berikut:

  • Berat badan meningkat. Penambahan berat badan yang terjadi pada masa kehamilan dapat meningkatkan risiko sleep apnea obstruktif. Selain berat badan yang meningkat, jaringan pada payudara juga bisa tumbuh dan menambah beban di dada, sehingga meningkatkan risiko sleep apnea.
  • Faktor anatomi. Kehadiran janin di dalam kandungan juga dapat menekan rongga dada, sehingga dapat mengurangi volume udara dan meningkatkan laju pernapasan.
  • Perubahan hormonal. Perubahan hormon selama kehamilan dapat memengaruhi tubuh ibu hamil. Salah satunya adalah peningkatan estrogen yang dapat menyebabkan hidung tersumbat, sehingga membuat ibu hamil lebih sulit bernapas. 

Editors' Pick

3. Faktor risiko sleep apnea di masa kehamilan

3. Faktor risiko sleep apnea masa kehamilan
Freepik/pch.vector

Faktor risiko yang paling umum dari kondisi sleep apnea di masa kehamilan adalah memiliki riwayat sleep apnea atau tidur mendengkur sebelum hamil.

Mengalami obesitas sebelum hamil juga dapat meningkatkan risiko sleep apnea saat hamil. Selain itu, berikut faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko sleep apnea pada ibu hamil:

  • Riwayat keluarga dengan sleep apnea obstruktif
  • Mengalami kondisi gagal jantung atau ginjal
  • Memiliki kondisi diabetes gestasional
  • Hamil di usia tua
  • Memiliki amandel yang besar dan leher yang lebih lebar

4. Gejala sleep apnea di masa kehamilan

4. Gejala sleep apnea masa kehamilan
Freepik/freepik

Gejala paling umum dari sleep apnea selama kehamilan adalah mendengkur saat tidur. Tentunya Mama tidak tahu apakah Mama mendengkur saat tertidur, sehingga Mama mungkin bisa bertanya kepada pasangan atau orang lain yang tinggal bersama di rumah. 

Namun, mendengkur tidak selalu menandakan ibu hamil menderita sleep apnea obstruktif. Maka dari itu, Mama bisa memerhatikan gejala lainnya seperti berikut:

  • Sering merasa kelelahan atau mengantuk di siang hari
  • Sakit kepala saat bangun tidur
  • Sakit tenggorokan atau mulut kering saat bangun tidur
  • Kenaikan berat badan yang tidak biasa selama kehamilan
  • Sering buang air kecil
  • Sering tersedak saat tertidur
  • Peningkatan tekanan darah
  • Sering berkeringat dan jantung berdebar di malam hari
  • Libido menurun

5. Bahaya sleep apnea yang tidak ditangani dengan tepat di masa kehamilan

5. Bahaya sleep apnea tidak ditangani tepat masa kehamilan
Freepik/freepik

Sleep apnea obstruktif dapat mengganggu kualitas tidur yang dapat mengakibatkan ibu hamil merasa sangat lelah dan sakit kepala keesokan harinya. 

Selain itu, sleep apnea yang tidak diobati dapat berdampak buruk pada kesehatan ibu hamil secara keseluruhan karena ketika pernapasan terhenti, kadar oksigen dalam darah menurun dan detak jantung meningkat. 

Kondisi ini dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan lainnya pada ibu hamil, seperti penyakit jantung, diabetes gestasional, hipertensi gestasional, kolesterol tinggi, refluks asam, asma, dan melemahnya sistem kekebalan tubuh.

Penelitian juga menunjukkan bahwa sleep apnea saat hamil dapat memicu persalinan berlangsung lama, operasi caesar yang tidak direncanakan, preeklampsia, dan sindrom hipoventilasi obesitas.

Sementara pada janin, sleep apnea yang diderita ibu hamil juga dapat mengganggu aliran darah ke janin melalui plasenta, sehingga menyebabkan turunnya kadar oksigen pada janin.

Hal ini dapat menyebabkan detak jantung janin menurun atau asidosis. Kondisi ini juga dapat memicu pertumbuhan janin terhambat dan janin menjadi lebih kecil dari usia kehamilan.

Sleep apnea juga dapat menurunkan jumlah hormon pertumbuhan yang dilepaskan, yang tidak hanya menyebabkan masalah pertumbuhan tetapi juga masalah perkembangan. Kondisi ini kemudian dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur, serta masalah kesehatan atau bahkan kematian bayi saat baru lahir.

6. Diagnosis sleep apnea saat hamil

6. Diagnosis sleep apnea saat hamil
Pexels/Mart Production

Meskipun Mama tidur mendengkur di masa kehamilan, sebaiknya jangan terlebih dahulu melakukan diagnosis terhadap diri sendiri. Alangkah baiknya jika Mama berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter kandungan.

Dokter akan menanyakan gejala yang dirasakan, kemudian mengevaluasi mulut, hidung, dan tenggorokan. Dokter mungkin juga akan mengukur hal-hal seperti aliran udara, pola pernapasan, dan kadar oksigen dalam darah.

Ini akan membantu dokter menentukan tingkat keparahan sleep apnea dan merencanakan pengobatan yang sesuai.

7. Pengobatan sleep apnea di masa kehamilan

7. Pengobatan sleep apnea masa kehamilan
Freepik/pressfoto

Perawatan sleep apnea di masa kehamilan umumnya dimulai dengan perubahan gaya hidup. Dokter mungkin menyarankan pasien untuk tidak tidur telentang dan mengatur posisi tidur dengan bantal kehamilan untuk menopang punggung.

Untuk kondisi sleep apnea yang disebabkan oleh hidung tersumbat, pasien mungkin disarankan untuk menggunakan saline spray, humidifier, atau dekongestan yang sesuai dengan anjuran dokter.

Jika pasien mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, konsultasikan dengan dokter untuk merencanakan diet. 

Jika sleep apnea berlanjut atau semakin parah, pasien mungkin memerlukan alat CPAP (continuous positive airway pressure), yang memberikan aliran udara lembut untuk menjaga jalan napas tetap terbuka. Selain CPAP, terdapat pula sleep apnea patch yang memungkinkan saluran udara tetap terbuka. 

Demikian rangkuman mengenai faktor risiko, gejala, dan pengobatan sleep apnea saat hamil. Semoga informasi di atas dapat bermanfaat, ya, Ma!

Baca juga:

The Latest