TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Tahan Emosi, Ini 7 Cara Mengatasi Anak yang Suka Berteriak

Jangan langsung memarahi apalagi membentak si Kecil yang berteriak ya Ma!

Pexels/Stephen Andrews

Seberapa sering Mama mendengar si Kecil yang berteriak, baik di rumah atau di tempat umum? Hal ini tentu saja bisa membuat Mama merasa kewalahan hingga frustasi.

Meskipun berteriak adalah bagian alami dari pemrosesan perasaan pada anak-anak kecil yang masih terhambat dalam komunikasi, ini juga bisa menjadi salah satu tahap yang paling menusuk telinga.

Inilah mengapa penting untuk mencari tahu penyebab dan menemukan cara untuk mengatasinya. Karena tak hanya dapat menghentikan kebiasaan berteriak pada balita, tetapi juga mengatasi sakit kepala yang orangtua kerap rasakan.

Sebelum membahas lebih lanjut seputar cara mengatasi anak yang suka berteriak, berikut Popmama.com juga telah menyiapkan apa saja penyebab balita berteriak. Yuk simak! 

Mengapa Balita Suka Berteriak?

Freepik/liuntova

Baik disadari atau tidak, berteriak adalah bentuk komunikasi yang hebat, mengingat balita masih memiliki sedikit kata untuk digunakan.

Balita menggunakan teriakan sebagai cara untuk mencoba mengungkapkan apa yang dibutuhkan kepada orangtua.

Tak hanya itu, dilansir dari BabyCenter ada beberapa alasan mengapa balita akan berteriak. Alasan tersebut antara lain:

Membutuhkan perhatian 

Balita cenderung berteriak jika ia menganggap bahwa orangtuanya tidak memberikan perhatian yang cukup, atau membutuhkan sesuatu dari orangtuanya.

Ketika berteriak dapat menarik perhatian, si Kecil bepikir bahwa cara ini adalah bentuk komunikasi yang tepat.

Mengalami emosi yang kuat

Dibandingkan dengan anak yang lebih besar dan remaja, emosi yang kuat adalah sesuatu yang baru dialami oleh balita. Karena itu, jika si Kecil frustrasi, marah, sedih, atau sejenisnya, ia mungkin akan berteriak sebagai hasilnya.

Di usia ini, balita juga belum memahami kosa kata yang tepat untuk menggambarkan sesuatu yang ia rasakan. Sehingga berteriak adalah satu-satunya jalan keluar untuk menyampaikan perasaan yang dimiliki.

Menikmati diri sendiri

Berteriak juga bisa menjadi tanda bahwa balita sedang bersenang-senang. Dan semakin banyak kesenangan yang dimiliki, maka semakin banyak teriakan yang akan anak lepaskan.

Mama tak perlu khawatir, karena berteriak adalah fase yang akan berlalu, terutama setelah balita sudah memahami perasaannya.

Namun, sebelum itu, orangtua dan balita harus bekerja sama untuk menemukan cara berkomunikasi yang tepat, agar anak mendapatkan apa yang diinginkannya dengan cara yang lebih bisa diterima.

Cara Mengatasi Balita yang Suka Berteriak

Ketika balita berteriak, mungkin sulit bagi Mama untuk berpikir jernih. Namun ditengah keributan ini, ada beberapa taktik yang berguna untuk menghentikan balita yang berteriak. Berikut beberapa caranya yang bisa Mama terapkan:

1. Beri anak perhatian

Freepik/user3222645

Jika Mama merasa si Kecil berteriak untuk mendapatkan perhatian, tinggalkan apa pun yang Mama lakukan dan duduklah bersamanya.

Pertama, akui perasaannya. Lalu tanyakan bantuan apa yang dibutuhkan dan alasan mengapa ia memutuskan untuk berteriak.

Cobalah untuk membantunya alih-alih membentak atau ikut meneriakinya. Dengan lembut, buat si Kecil mengerti bahwa ia tidak bisa selalu mendapatkan perhatian setiap saat dan tidak boleh berteriak untuk mendapatkannya.

2. Mencari tempat yang sepi dan tenang

Freepik

Seringkali ada kejadian di mana si Kecil yang terus menerus berteriak di depan umum. Apakah itu karena lapar, mengantuk, atau meminta dibelikan mainan tertentu.

Jika anak mama terus-menerus berteriak di depan umum dan membuat Mama merasa kewalahan, cobalah mencari tempat yang lebih sepi dan tenang, di mana teriakannya tidak diperhatikan.

Dengan menghindari kejadian seperti itu, anak dapat menenangkan diri sambil terhindar dari rasa malu. Kemudian bantu anak secara perlahan untuk mengurangi perilaku tantrum.

Taktik ini mungkin tidak bisa menjadi solusi yang instan. Tetapi dengan cara ini, anak dapat belajar untuk mengelola emosinya dan mencari tempat yang nyaman agar tidak berteriak sepanjang waktu.

3. Bantu balita melatih keterampilan komunikasinya

Freepik

Ingat, si Kecil masih melatih keterampilan komunikasinya. Sehingga, mintalah anak untuk dengan tenang memberi tahu Mama apa yang salah,

Ketika ini terjadi, Mama mungkin juga perlu berperan sebagai detektif, dengan menanyakan kemungkinan-kemungkinan penyebab anak berteriak.

Misalnya, "Apakah kamu marah karena balok yang rubuh?" atau "Apakah kamu ingin makan apel?".

Saat anak sudah kembali tenang, bantu ia melatih kata-kata: "Bisakah kamu mengatakan, "Aku marah?" daripada berteriak?" atau "Kamu lapar"

4. Alihkan anak ke hal atau aktivitas lain

Freepik/Artfolio

Jika balita tiba-tiba marah dan berteriak untuk melampiaskan amarahnya, jangan panik atau marah sendiri.

Melainkan, alihkan perhatiannya ke hal lain atau aktivitas lain, yang akan membuatnya lupa mengapa dia menangis sejak awal.

Ajakan “Kita nyanyi aja yuk” atau “Apakah kamu mau menari? Ayo kita menari!” yang sederhana, sedikitnya dapat membantu dalam situasi seperti itu.

Maka dari itu, cobalah untuk berperan aktif dalam kegiatan ini, setidaknya sampai anak tenang dan kembali ke perilaku sebelumnya.

5. Jawab dengan lembut

Freepik/Racool-studio

Setiap kali si Kecil berteriak, ingatlah taktik "semakin keras dia berteriak, semakin lembut responsmu" .

Jika Mama bersuara dengan lembut, anak pada akhirnya akan mencocokkan volumenya dengan suara Mama, karena ia ingin terlibat.

Ketika anak secara bertahap menghentikan amukannya dan menunjukkan temperamennya yang membaik, jangan lupa berikan pujian.

Berbicara dengan lembut saat emosi adalah perilaku positif yang ingin Mama perkuat pada anak, bukan?

6. Membuat teriakan menjadi permainan

Freepik/shurkin_son

Mama mungkin bertanya-tanya bagaimana caranya membuat teriakan balita menjadi sebuah permainan.

Ini mungkin menjadi cara yang "paling berisik" namun bisa bekerja paling baik ketika Mama dan anak berada di tempat pribadi.

Saat balita sedang berteriak, cobalah memanjakan kebutuhannya untuk bersuara, dengan mengatakan, "Ayo kita teriak sekeras yang kita bisa" dan bergabunglah dengannya dalam teriakan.

Setelah itu katakan, “Sekarang, mari kita lihat siapa yang paling pandai berbicara pelan-pelan”.

Manfaatkan momen ini untuk bermain bersama anak. Mama dapat memainkan permainan seperti 'Simon Says', di mana Mama bisa menambahkan gerakan seperti melompat-lompat atau menggerakkan tangan.

Ketika anak mau bermain bersama, dan secara otomatis ia akan teralih dari keinginannya untuk berteriak.

7. Berikan anak beberapa ruang sendiri

Freepik/Pvproduction

Terkadang, seorang anak hanya perlu melepaskannya emosinya. Sehingga penting untuk menahan diri agar tidak terlibat dalam pertandingan teriakan atau adu mulut dengan anak.

Berikan anak ruang untuk mengeluarkan perasaannya, menenangkan diri, dan mendapatkan kembali kendali atas dirinya sendiri. Pastikan saja bahwa ia tidak bisa menyakiti diri sendiri dan terhindar dari barang-barang yang bisa membahayakannya.

Nah itulah 7 cara mengatasi anak yang suka berteriak. Kuncinya adalah tetap tenang dan tidak kehilangann kendali! Jadi, tetaplah teguh, analisis penyebabnya, dan coba bantu anak melewatinya.

Selain itu, tunjukkan kasih sayang, periksa apakah semuanya baik-baik saja, dan lanjutkan ke langkah selanjutnya untuk menenangkan anak. Bagaimana cara Mama menenangkan si Kecil yang suka berteriak?

Baca juga:

The Latest