TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

7 Etika Dasar yang Sering Dilupakan Anak saat Bertamu

Meskipun terdengar sederhana namun ini jadi poin yang penting diajarkan anak sejak dini ya, Ma

Freepik/peoplecreations

Akhir pekan adalah waktu yang tepat untuk mengajak si Kecil mengunjungi rumah keluarga atau orang-orang terkasih.

Sambil silaturahmi, anak juga bisa mempelajari etika dasar dalam bertamu, mulai dari mengucapkan salam saat datang, hingga mengucapkan selamat tinggal saat pulang.

Namun, sayangnya, anak-anak sering melupakan etika dasar ini. Walaupun ke rumah kakek dan neneknya sendiri, etika dasar dalam bertamu ini sebaiknya tidak dilupakan, agar anak tetap sopan.

Apa saja sih etika dasar yang sering dilupakan anak saat bertamu ke rumah orang lain? Ini daftarnya.

1. Masuk sebelum dipersilakan

Freepik/rawpixel

Anak-anak tentu suka mengetuk pintu, mengucap salam, dan memencet bel (bahkan terkadang memencet bel terlalu sering).

Itu adalah permulaan yang baik untuk bertandang ke rumah orang. Namun, apa yang terjadi ketika pemilik rumah sudah membukakan pintu? Anak langsung masuk sebelum dipersilakan!

Jika anak Mama pernah begini, maka ingatkan lagi untuk tidak melakukannya. Anak harus mengucapkan salam, mengatakan “halo,” dan menunggu pemilik rumah untuk mengajaknya masuk. Siapapun pemilik rumahnya, walau itu kerabat terdekatnya sendiri.

“Ah, nggak apa deh anakku langsung masuk, toh cuma ke rumah tantenya sendiri.” Apa Mama mengira seperti itu? Jangan dong, Ma. Siapa pun pemilik rumah tersebut, jangan biarkan anak seperti itu.

Mama bisa coba bilang, “Tante Mira mungkin tidak marah kalau kamu masuk ke rumahnya sebelum dipersilakan, tetapi orang lain mungkin marah lho kalau kamu begitu lagi.”

2. Salah menggunakan panggilan nama

Freepik/pressphoto

Sebelum tiba di rumah yang dituju, ada baiknya Mama mengingatkan anak tentang pemanggilan nama dan sebutan si pemilik rumah yang tepat.

“Kita akan ke rumah Pak Budi, ya. Kamu boleh panggil dia Pak Budi atau Eyang Budi agar lebih akrab. Dia tetangga Mama waktu masih kecil dulu.”

Jangan sampai karena Mama memanggil orang tersebut “Om Budi” maka anak ikut memanggilnya seperti sebutan yang Mama gunakan. Maka sangat penting untuk mengajarinya cara menyebut orang dewasa dengan tepat.

Mama bisa bermain peran dengan anak, dengan berpura-pura berkenalan dengan orang dewasa lain. “Hallo Ibu Lisa. Apa kabar Ibu Lisa?” begitu kira-kira. Dengan sering berlatih seperti ini, anak tahu etika dasar yang tepat saat berbicara dengan orang dewasa.

3. Anggap seperti rumah sendiri

Freepik/freephoto

Entah di rumah teman atau rumah saudara dekat, anak-anak sering mudah nyaman di rumah mereka. Kalau sudah nyaman, ia mulai masuk ke kamar-kamar di rumah itu, main di halaman belakang, atau masuk ke ruangan lain tanpa izin.

Walau pun itu rumah neneknya sendiri, anak harus tahu kalau ada bagian-bagian rumah yang tidak boleh dimasuki tanpa izin. Dia juga seharusnya tidak berlarian dan berteriak di dalam rumah, karena itu tidak sopan.

Saking nyamannya di rumah tersebut, anak juga sering memegang dan bermain dengan benda-benda tanpa izin. Entah itu mainan, atau sekadar hiasan dan pajangan rumah.

Sebelum itu terjadi, ajari anak akan etika dasar untuk bersikap sopan di rumah orang lain. Ia harus bersikap seperti tamu, bukan seperti di rumahnya sendiri.

Ajarkan untuk selalu izin tiap akan memasuki ruangan lain, walaupun mungkin anak Mama hanya diajak oleh anak pemilik rumah.

4. Minum dan makan sebelum dipersilakan

Freepik/freephoto

Dapur dan lemari es memang selalu menjadi ruangan yang menarik untuk dijelajahi. Ditambah dengan aroma kue lezat di dapur? Wah, jangan kaget kalau anak Mama bisa tiba-tiba ‘bertamu’ di dapur orang lain.

Lebih parahnya lagi, anak bisa langsung menikmati kue dan minuman yang ada di dapur, walau si pemilik rumah belum menawarkannya untuk anak. Duh, ini sikap yang sangat tidak sopan ya, Ma.

Sebelum sikap buruk ini dilakukan anak, maka ingatkan anak akan etika bertamu yang harus ia patuhi, salah satunya tidak makan dan minum sebelum dipersilakan.

5. Tidak membantu tuan rumah

Freepik/peoplecreations

Walau hanya bantuan sederhana, namun sikap anak untuk menawarkan bantuan pada si pemiliki rumah akan sangat berarti.

Ajarkan anak untuk setidaknya menawarkan diri membantu menata kue di piring, atau menumpuk piring kotor di meja.

Besar kemungkinan pemilik rumah akan menolak bantuan si Kecil, namun tetap saja niat baik anak sudah direkam oleh pemilik rumah.

Lebih baiknya lagi, anak sudah menumbuhkan sikap saling membantu di tengah ritual silaturahmi ke rumah orang lain.

6. Menolak makanan yang disajikan

Freepik/freephoto

Entah masih kenyang atau tidak suka dengan menu yang ditawarkan, anak sering menolak makanan atau minuman yang ditawarkan pemilik rumah. Lebih parahnya lagi, anak sering dengan ketusnya berkata, “Aku enggak suka kue itu! Rasanya aneh!”

Duh, Mama pasti malu atau tidak enak hati dengan pemilik rumah, ya. Maka sebelum itu terjadi, ajarkan anak untuk mau mencoba sajian tuan rumah walau hanya sedikit saja.

Menolak apa yang ditawarkan adalah sikap yang tidak sopan, maka sebaiknya anak mau mencicipinya walau hanya sedikit.

Namun ada pengecualiannya nih, Ma. Jika yang disajikan adalah makanan yang mengandung alergen dan berbahaya untuk kesehatan si Kecil, maka anak juga harus berani bilang, “Maaf, aku tidak bisa makan kue kacang itu, karena aku alergi kacang. Maaf ya, Tante Sarah.

 Kalau begitu, pemilik rumah pasti mengerti, kok.

7. Lupa bilang terima kasih dan selamat tinggal

Freepik/freephoto

Ingatkan anak untuk mengucapkan terima kasih ketika mau pulang. Ada kalanya anak terlalu lelah bermain atau sudah mengantuk, sehingga ia enggan untuk mengucapkan selamat tinggal dan terima kasih. Maka sebelum itu terjadi, ingatkan anak untuk tidak lupa mengucapkan beberapa kalimat penutup tersebut.

Ada juga anak yang merasa tidak senang di rumah itu, maka ia merasa tidak harus mengucapkan terima kasih. Jika memang itu yang ia rasakan, jangan dipaksa untuk bilang terima kasih, Ma.

Namun tetap saja, anak perlu mengucapkan selamat tinggal, karena itu bagian dari etika dasar bertamu yang tidak boleh ia lupakan.

Mengajak si Kecil bertamu ke rumah orang lain ternyata tidak repot kan, Ma?

Baca juga: 

The Latest