Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Emosi Anak Perempuan di Masa Pubertas
Freepik/8photo

Intinya sih...

  • Orangtua perlu tetap tenang saat anak marah untuk membantu mereka belajar mengatur emosi sendiri.

  • Validasi perasaan anak terlebih dahulu sebelum memberikan solusi, agar anak merasa didengar dan diterima.

  • Ajarkan anak kasih sayang pada diri sendiri untuk membangun kepercayaan diri dan tangguh menghadapi kegagalan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Perubahan emosi merupakan salah satu hal alami yang terjadi saat anak memasuki masa pubertas. Di fase ini, otak sedang berkembang pesat dan hormon mulai bergeser, sehingga wajar jika mereka menjadi lebih sensitif, mudah tersinggung, atau merasa bingung dengan perasaannya sendiri.

Kalau tidak dipahami dengan baik, perubahan ini dapat memengaruhi cara anak melihat dirinya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang di sekitarnya, termasuk Mama. Itulah mengapa penting bagi orangtua untuk memberikan dukungan emosional yang tepat agar anak merasa aman dan dimengerti.

Berikut Popmama.com bagikan beberapa cara dukung emosi anak perempuan di masa pubertas yang bisa Mama lakukan untuk melewati masa ini dengan lebih nyaman. Yuk, disimak, Ma!

1. Tetap tenang saat anak marah

Freepik/teksomolika

Saat anak mengalami perubahan emosi yang intens, reaksi orangtua akan sangat berpengaruh pada cara mereka merespons perasaan itu. Jika Mama ikut terbawa emosi, si Anak bisa merasa semakin bingung atau tidak aman. Sebaliknya, ketika Mama mampu bersikap tenang, anak akan merasa lebih nyaman dan tahu bahwa perasaannya tidak membuat orang lain menjauh.

Sikap tenang dari orangtua membantu anak belajar mengatur emosinya sendiri. Ini juga menjadi contoh nyata bahwa emosi besar bukan sesuatu yang perlu ditakuti atau dihindari.

Misalnya, ketika anak tiba-tiba menangis atau marah karena hal kecil, Mama bisa menarik napas dalam, mendekatinya tanpa menghakimi, dan berkata, “Mama di sini, kamu boleh cerita kalau sudah siap.” Sikap sederhana ini bisa membuat anak merasa aman dan diterima.

2. Validasi perasaannya terlebih dahulu

Freepik

Saat anak mama menghadapi masalah atau perasaan yang membuatnya frustrasi, orangtua terkadang tergoda untuk segera memberi solusi atau menyuruh anak “lupakan saja.” Padahal, anak perlu merasa didengar dan dimengerti sebelum diajak mencari jalan keluar. Validasi perasaan membantu anak merasa bahwa emosinya wajar dan diterima, bukan sesuatu yang salah.

Misalnya, ketika si Anak kesal karena teman sekelasnya mengambil mainannya, Mama bisa mengatakan, “Wah, pasti itu bikin kamu kesal, ya.” Setelah anak merasa didengar, barulah Mama bisa menuntunnya untuk mencari cara mengatasi masalah tersebut. Dengan cara ini, anak belajar mengenali perasaannya sendiri dan membangun kemampuan memecahkan masalah secara lebih sehat.

3. Ajarkan anak kasih sayang pada diri sendiri

Freepik/karlyukav

Di masa transisi ini, si Anak sering mulai membandingkan diri dengan teman sebaya atau merasa kurang percaya diri. Orangtua bisa membantu mereka menyadari pikiran negatif dan belajar berbicara lebih lembut pada diri sendiri. Mengajarkan self-compassion membuat anak lebih tangguh menghadapi kegagalan dan lebih percaya diri dalam mencoba hal baru.

Misalnya, ketika anak berkata, “Aku jelek” atau “Aku nggak bisa,” Mama bisa menanggapi, “Mama tahu kamu merasa begitu, tapi Mama lihat kamu sudah berusaha keras dan itu hebat.” Dengan cara ini, anak belajar mengubah kritik diri menjadi dorongan yang positif dan tetap merasa dihargai.

4. Ciptakan momen koneksi harian

Freepik

Koneksi dengan anak tidak harus selalu lewat pembicaraan serius. Rutinitas kecil yang dilakukan bersama setiap hari bisa membuat anak merasa dekat dan diperhatikan, sekaligus memperkuat ikatan emosional.

Misalnya, Mama bisa menyempatkan waktu untuk ngobrol singkat sebelum tidur, jalan sore sambil bertanya kabar hari ini, atau melakukan aktivitas ringan bersama seperti memasak atau menggambar. Momen-momen sederhana ini memberi anak ruang untuk terbuka, sekaligus menumbuhkan rasa aman dan nyaman dalam hubungan dengan orangtua.

Masa pubertas memang penuh perubahan emosi, tapi dengan pendekatan yang tepat, Mama bisa membuat anak merasa didukung dan aman. Coba terapkan cara dukung emosi anak perempuan di masa pubertas tadi, dan rasakan perbedaannya dalam keseharian bersama anak, Ma!

Editorial Team