Anak Yatim akibat Pandemi, Sejumlah Pihak Merespons dengan Kolaborasi

Di tengah pandemi, anak yang kehilangan pengasuhan mengalami kondisi yang sulit

11 September 2021

Anak Yatim akibat Pandemi, Sejumlah Pihak Merespons Kolaborasi
Freepik

Sudah hampir 2 tahun pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Kini, anak-anaklah yang menjadi korban utama. Mengapa demikian?

Menurut penelitian The Lancet, 1,5 juta anak di seluruh dunia telah kehilangan orangtua akibat Covid-19.

Melihat hal ini, SOS Children’s Villages Indonesia bergerak mengadakan diskusi publik pada tanggal 8 September 2021 dalam rangka 49 Tahun SOS Children’s Villages Indonesia.

Diskusi tersebut diadakan dalam bentuk Webinar dan bertujuan untuk menganalisis data awal serta merumuskan solusi yang tepat dan cepat dalam pemenuhan hak-hak anak yang terdampak, khususnya di bidang pengasuhan alternatif berbasis keluarga.

SOS Children’s Villages Indonesia mengusung tema “Respons Kondisi Anak yang Kehilangan Orangtua karena Covid-19” untuk Webinar tersebut.

Mereka mengundang Dr. Harry Hikmat, M.Si. selaku Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Kementerian Sosial Republik Indonesia; Kalis Mardiasih selaku relawan dari Gerakan Kawal Masa Depan; dan Gregor Hadi Nitihardjo selaku Direktur Nasional SOS Children’s Villages Indonesia sebagai narasumber.

Lebih lanjut, simak informasi mengenai respons terhadap kondisi anak yatim akibat pandemi yang telah Popmama.com rangkum dari Webinar “Respons Kondisi Anak yang Kehilangan Orangtua karena Covid-19” oleh SOS Children’s Villages Indonesia di bawah ini.

1. Program ATENSI dari pemerintah

1. Program ATENSI dari pemerintah
Freepik

Menyadari gentingnya kondisi anak-anak yang kehilangan orangtua akibat Covid-19, Kementerian Sosial telah melakukan upaya pendataan. Dr. Harry Hikmat memaparkan bahwa data anak yatim, piatu, dan yatim piatu yang telah dihimpun per 7 September 2021 adalah sebesar 25.202 anak.

“Anak yatim, piatu, maupun yatim piatu mengalami kondisi yang sulit. Dari sisi pengasuhan, ada risiko anak tidak ada yang mengasuh sama sekali, bahkan buruknya menjadi gelandangan. Itu yang sangat tidak kami inginkan,” ujarnya.

Menurutnya, program Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) yang telah berjalan sejak 2019 dapat menjadi jawaban untuk kondisi ini. ATENSI merupakan layanan rehabilitasi sosial yang menggunakan pendekatan berbasis keluarga, komunitas, dan/atau residensial.

Ada berbagai macam kegiatan dukungan yang diberikan oleh program ini. Ada kegiatan dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak, perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak, dukungan keluarga, terapi fisik, terapi psikososial, terapi mental spiritual, pelatihan vokasional, pembinaan kewirausahaan, bantuan sosial dan asistensi sosial, serta dukungan aksesibilitas.

Editors' Pick

2. Program Kawal Masa Depan

2. Program Kawal Masa Depan
Freepik/jcomp

Kalis Mardiasih selaku relawan Gerakan Kawal Masa Depan (KMD) menerangkan bahwa KMD adalah inisiatif dari publik untuk membantu anak yatim, piatu, dan yatim piatu yang orangtuanya meninggal dunia karena Covid-19.

“Ini adalah respons cepat dari masyarakat ketika melihat situasi yang terjadi,” ujarnya.

Diketahui, KMD memiliki 2 bentuk bantuan, yaitu bantuan dalam jangka pendek dan jangka panjang. Bantuan dalam jangka pendek berupa santunan uang sebesar 1 juta rupiah untuk masing-masing anak. Bantuan ini bisa mereka gunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Sedangkan bantuan jangka panjangnya berupa program beasiswa dan monitoring beragam keahlian untuk anak-anak yatim.

Dalam Webinar ini, Kalis juga memaparkan perkembangan awal KMD. Katanya, sudah ada lebih dari 750 anak yatim dan wali yang mendaftar untuk mendapat santunan dari KMD. Lebih dari 500 orang juga mulai tertarik menjadi orangtua asuh dengan berdonasi secara rutin setiap bulannya.

Dalam waktu 1 bulan, donasi yang terkumpul dari publik telah mencapai 1,5 Miliar rupiah. Ini adalah perkembangan yang sangat positif.

3. Program-program yang dimililiki SOS Children’s Villages Indonesia

3. Program-program dimililiki SOS Children’s Villages Indonesia
Freepik/tirachardz

Menurut SOS Children’s Villages Indonesia, pandemi ini tidak hanya mengakibatkan anak menjadi yatim, piatu, atau yatim piatu. Tapi juga mengakibatkan sistem keluarga menjadi lemah.

Untuk mengatasi permasalahan ini, mereka memiliki program Family Strengthening. Program ini difokuskan untuk membantu dan mencegah anak-anak terpisah dari keluarga karena faktor apa pun. Menurut mereka, setiap anak harus tetap merasakan adanya keluarga, walaupun tidak tinggal dengan orangtua kandung.

Lalu, ketika anak-anak sudah tidak memiliki orang dewasa dan keluarga, mereka juga memiliki program Pengasuhan Alternatif Berbasis Keluarga (PABK) yang akan bergerak memastikan anak tersebut mendapatkan kasih sayang selayaknya keluarga.

Kini, mereka sedang melakukan Rapid Assesment untuk mendapatkan data aktual anak-anak yang kehilangan pengasuhan orangtua. Pendataan ini berfokus pada 3L, yaitu look, listen, dan link. Melihat apa yang ada di lapangan, mendengar langsung dari anak, serta menghubungkan kebutuhan dengan anak.

Dengan pendataan ini, mereka ingin meninjau langsung kehidupan, kesehatan, pendidikan, serta pemenuhan kebutuhan makanan dan perlindungan anak-anak yang bersangkutan. Ini merupakan dasar yang perlu mereka lihat untuk bisa melakukan intervensi.

4. Kolaborasi antara SOS Children’s Villages Indonesia dengan Kawal Masa Depan dan Kementerian Sosial

4. Kolaborasi antara SOS Children’s Villages Indonesia Kawal Masa Depan Kementerian Sosial
Freepik/DCStudio

Menaruh perhatian pada permasalahan yang sama, SOS Children’s Villages Indonesia akan berkolaborasi dengan Kawal Masa Depan dan Kementerian Sosial. Kolaborasi ini bertujuan untuk memastikan setiap anak yang kehilangan orangtua karena pandemi Covid-19 mendapatkan bantuan yang tepat dan sesuai kebutuhan.

“Kami tahu kami belum maksimal, jadi memang diperlukan kerja sama dengan pihak-pihak lain. Sistem memang sudah ada di pemerintah. Namun, bukan berarti pemerintah mampu menampung atau meng-cover semuanya. Kami terbuka untuk bekerja sama dengan Kawal Masa Depan ataupun SOS Children’s Village’s Indonesia,” ujar Dr. Harry sebagai perwakilan Kementerian Sosial.

Seperti halnya Dr. Harry, Kalis Mardiasih sebagai relawan dari Gerakan KMD juga menyatakan terbuka untuk berkolaborasi dengan banyak pihak, termasuk dengan SOS Children’s Village’s Indonesia.

Perkembangan awal gerakan KMD dirasa sangat positif. Dengan berkolaborasi dengan berbagai pihak, Kalis berharap gerakan tersebut dapat semakin berkembang.

“Tentunya kami butuh kolaborasi dari banyak pihak,” ujar Kalis.

Sambutan positif terhadap kolaborasi ini dilengkapi oleh Gregor Hadi Nitihardjo selaku Direktur Nasional SOS Children’s Villages Indonesia. Ia ingin organisasinya tersebut dapat terus mengusahakan dan berjuang agar semua anak tidak hidup sendirian, juga tidak kehilangan kasih sayang serta hak-haknya.

“Kami dari SOS Children’s Villages Indonesia sebagai organisasi non-profit yang memberikan pengasuhan alternatif berbasis keluarga dan menguatkan serta mendampingi ratusan keluarga Indonesia, sangat senang bila dapat bekerja sama dan mengerjakan misi besar untuk anak Indonesia ini bersama-sama dengan banyak pihak,” ujar Gregor.

5. Acara lanjutan

5. Acara lanjutan
Freepik

Dalam rangka 49 Tahun SOS Children’s Villages memperjuangkan hak dan masa depan anak Indonesia, diskusi publik dengan tema “Respons Kondisi Anak Kehilangan Orangtua Akibat Covid-19” akan berlangsung selama bulan September 2021.

Acara akan dilanjutkan dengan diskusi mengenai pengasuhan alternatif berbasis keluarga yang berkualitas bagi anak.

Selain itu, mereka juga telah mempersiapkan acara untuk anak-anak. Anak-anak diajak untuk menyampaikan aspirasi melalui lomba pidato yang akan disampaikan di depan publik dalam acara Press Conference pada tanggal 30 September 2021 mendatang.

Itulah informasi mengenai respons terhadap kondisi anak yatim akibat pandemi. Semoga kolaborasi tersebut berjalan lancar dan anak-anak yang terdampak pandemi dapat terpenuhi kebutuhannya.

Baca juga:

The Latest