Apa itu Sidang Isbat dan Kenapa Hari Raya Idulfitri Bisa Berbeda-beda?

Sidang isbat untuk menentukan Hari Raya Idulfitri akan digelar pada 1 Mei mendatang

19 April 2022

Apa itu Sidang Isbat Kenapa Hari Raya Idulfitri Bisa Berbeda-beda
Freepik/nikitabuida

Jelang hari lebaran, Kementerian Agama (Kemenag) diperkirakan akan menggelar sidang isbat untuk menyambut Hari Raya Idulfitri 2022 atau 1 Syawal 1443 H pada 1 Mei 2022 mendatang.

DIjelaskan oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Dirjen Bimas Islam) Kemenag Kamaruddin Amin, nantinya pelaksanaan dan hasil sidang isbat akan mempertimbangkan informasi yang telah diperoleh dalam melihat hilal.

Melansir dari berbagai sumber, kali ini Popmama.com akan rangkumkan apa itu sidang isbat dan kenapa Hari Raya Idulfitri bisa berbeda-beda setiap tahunnya. Yuk, simak dan beritahu anak mama di rumah.

1. Apa itu sidang isbat?

1. Apa itu sidang isbat
Freepik/freepik

Setiap memasuki bulan Ramadan dan menyambut Hari Raya Idulfitri, umat muslim tentu sudah tidak asing dengan adanya sidang isbat yang dilakukan Kemenag untuk menentukan bulan baru di kalender Hijriyah.

Adanya sidang isbat sebagai penentu bulan Ramadan dan Syawal pun kerap menjadi pertanyaan tersendiri bagi anak-anak. Tak jarang mereka bertanya, apa itu sidang isbat?

Jika merujuk pada kamus besar bahasa Indonesia, ‘Isbat’ diartikan sebagai penetapan dan penentuan. Begitu juga dengan sidang isbat yang berarti sebagai sidang sebagai penetapan atau menentukan awal bulan dalam kalender Hijriyah.

Editors' Pick

2. Cara melihat hilal dalam menentukan bulan baru

2. Cara melihat hilal dalam menentukan bulan baru
Pexels/Kush Kaushik

Dalam sidang isbat, nantinya akan dipaparkan hasil perolehan dari hilal yang dilihat. Ada pun cara melihat hilal sendiri terbagi ke dalam tiga cara, yaitu:

1. Dengan mata telanjang. Di mana kondisi ini bisa disebut dengan fenomena kasatmata-telanjang dalam melihat hilal. Namun untuk cara ini, biasanya akan sangat sulit lantaran adanya bias cahaya matahari atau saat kondisi sedang mendung.

2. Alat bantu optik namun tetap mengandalkan mata. Biasanya menggunakan alat berupa teleskop yang kemudian menghasilkan fenomena kasatmata-teleskop.

3. Alat optik yang terangkai sensor atau kamera. Cara terakhir adalah menggunakan teleskop yang sudah dilengkapi dengan sensor atau kamera untuk memproduksi denyut elektronik yang bisa diolah sebagai gambar. Untuk kondisi ini, bisa menghasilkan fenomena kasat-kamera.

3. Tahapan sidang isbat

3. Tahapan sidang isbat
Kemenag.go.id

Dalam situs Kemenag RI, sidang isbat tahun ini akan digelar pada 1 Mei 2022 mendatang. Di mana sidang tersebut akan berlangsung di Auditorium HM Rasjidi Kemenag dan diawali dengan Seminar Pemaparan Posisi Hilal oleh Tim Unifikasi Kalender Hijriyah Kemenag.

“Sidang akan digelar secara hybrid, yakni daring dan luring. Sebagian peserta hadir di lokasi acara, sebagian mengikuti secara online melalui Zoom Meeting,” ujar Kamaruddin, dikutip dari laman resmi Kemenag.

Dijelaskan juga oleh Kamaruddin bahwa dalam sidang ini nantinya akan mempertimbangkan informasi awal berdasarkan hasil perhitungan secara astronomis (hisab) dan hasil konfirmasi lapangan melalui mekanisme pemantauan (rukyatul) hilal.

Sehingga ditetapkan secara hisab, semua sistem sepakat bahwa ijtimak menjelang Syawal jatuh pada hari Minggu mendatang tepatnya 1 Mei 2022 M atau bertepatan dengan 29 Ramadan 1443 H. 

4. Mengapa Hari Raya Idulfitri berbeda-beda?

4. Mengapa Hari Raya Idulfitri berbeda-beda
Unsplash/masjidmpd

Merujuk pada kriteria baru MABIMS atau Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura, secara astronomis hilal dapat teramati jika bulan berada diketinggian minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat.

Sehingga pemerintah Indonesia akan menetapkan kapan Hari Raya Idulfitri 2022 dalam sidang isbat pada 1 Mei 2022 mendatang. Berbeda dengan Muhammadiyah yang telah menetapkan Idulfitri 2022 pada Senin, 2 Mei 2022.

Mengapa penetapannya berbeda-beda?

Tanggal penetapan Hari Raya Idulfitri berbeda-beda karena adanya penetapan dalam melihat hilal. Sebagaimana pemerintah merujuk pada kriteria MABIMS, sementara Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal yang berpedoman pada Majelis Tarjih dan Tajdid (Pimpinan Pusat) PP Muhammadiyah.

Dalam penjelasan yang dibagikan PP Muhammadiyah, posisi bulan yang berada di atas ufuk saat terbenam matahari, berapa pun tingginya meski hanya 0,1 derajat, itu tetap dihitung sebagai hari pertama di bulan baru. 

Dalam Maklumat Nomor 01/MLM/I.0/E/2022 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah 1443 H, dijelaskan bahwa tinggi bulan saat matahari terbenam di Yogyakarta sudah berwujud. Sehingga seluruh wilayah Indonesia, saat matahari terbenam maka bulan sudah berada di atas ufuk.

“Umur bulan Ramadan 1443 H 30 hari dan tanggal 1 Syawal 1443 H jatuh pada hari Senin Pon, 2 Mei 2022 M,” tulis dalam maklumat yang disampaikan.

Dari perbedaan cara menentukan hilal tersebutlah yang kemudian membuat adanya perbedaan pada Hari Raya Idulfitri setiap tahunnya. 

Baca juga:

The Latest