Siapa Tjokorda Bagus Santaka?

group-image

Umat agama Hindu di Bali pastinya sudah tidak asing mendengar salah satu tokoh fenomenal yang bernama Tjokorda Bagus Santaka. Sosok beliau menjadi salah satu panutan dalam upacara adat Hindu Bali yang bernama Palebon di Ubud karena menggunakan lembu yang bewarna ungu.

Sosok Tjokorda pun meninggalkan banyak warisan budaya lainnya yang terkenal di Ubud, Bali. Lalu, Siapa Tjokorda Bagus Santaka? Berikut penjelasannya!

Siapa Tjokorda Bagus Santaka?

Tjokorda Bagus Santaka adalah seorang tokoh adat yang dikenal dengan panggilan Cok Santaka. Ia berasal dari Ubud, Bali, dan meninggal pada usia 64 tahun. Ayahnya, Tjokorda Agung Suyasa, merupakan mantan Bendesa Pakraman Ubud Newata dan sering disebut sebagai Raja Ubud.

Cok Santaka adalah anak pertama dari Tjokorda Agung Suyasa dan memiliki istri bernama Tjokorda Istri Raka Ernawati. Mereka memiliki dua anak, yaitu Tjokorda Sri Tyas Utami dan Tjok Dwidharma. Salah satu adik Cok Santaka adalah Tjokorda Oka Artha Ardhana, yang saat itu menjabat sebagai Wakil Gubernur Bali.

Selain itu, Cok Santaka memiliki dua adik kandung lainnya, yaitu Tjokorda Ngurah Suyadnya (Cok Wah) dan Tjokorda Gde Raka Sukawati. Menurut pernyataan Cok Wah kepada media, Cok Santaka dikenal sebagai sosok yang menerapkan sifat air dalam kehidupannya. Ia tidak suka menonjol dan menjalani kehidupan dengan santai. Selain itu, Cok Santaka juga dikenal sebagai seorang indigo.

Perjalanan Karir Tjokorda Bagus Santaka di Ubud Bali

Dalam kariernya, Cok Santaka adalah seorang tokoh adat yang disegani oleh masyarakat setempat. Ia meninggalkan warisan berupa pengabdian dan kontribusinya dalam menjaga tradisi dan budaya Bali, khususnya di wilayah Ubud.

Selama hidupnya, Cok Santaka memiliki hubungan dekat dengan keluarga dan masyarakat Bali. Ketika meninggal, ribuan orang berkumpul untuk menghormatinya dalam upacara Palebon di Ubud. Salah satu aspek yang menarik dari upacara tersebut adalah penggunaan lembu berwarna ungu sebagai bagian dari petulangan. 

Warna ungu dipilih karena identik dengan warna indigo, yang merupakan bagian dari identitas spiritual Cok Santaka. Selain itu, warna ungu juga memiliki makna positif dalam budaya Bali, menggambarkan kebangkitan dan keteguhan dalam menghadapi kesedihan.

Prosesi Palebon dan penggunaan warna ungu menjadi representasi dari penghormatan dan pengabdian kepada Cok Santaka, serta sebuah ajakan untuk keluarga yang ditinggalkan agar tetap tegar dan bangkit dalam menghadapi cobaan hidup.

Apa Itu Upacara Palebon?

Upacara Palebon adalah salah satu upacara adat Bali yang dilakukan sebagai bagian dari tradisi kematian. Dalam upacara ini, jenazah akan dimakamkan atau disucikan melalui serangkaian prosesi adat yang khusus. Palebon biasanya dilakukan dengan penuh penghormatan dan dihadiri oleh keluarga, kerabat, serta masyarakat setempat.

Prosesi Palebon meliputi berbagai tahapan, termasuk persiapan jenazah, prosesi pengantar jenazah ke tempat pemakaman atau pemujaan terakhir, dan ritual-ritual yang bertujuan untuk menghormati dan mengenang almarhum. Selain itu, Palebon juga sering kali diwarnai dengan berbagai elemen budaya dan spiritual, seperti tarian, musik, dan penggunaan simbol-simbol adat.

Tujuan utama dari Palebon adalah untuk memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum, serta untuk memfasilitasi peralihan rohnya ke alam setelah kematian sesuai dengan keyakinan dan tradisi agama Hindu yang dominan di Bali. Upacara ini juga merupakan momen penting bagi keluarga dan masyarakat untuk merayakan kehidupan dan mengungkapkan rasa duka cita mereka atas kepergian almarhum.

Apa Perbedaannya dengan Upacara Ngaben di Bali?

1. Tujuan Utama

  • Palebon: Palebon bertujuan untuk menyucikan jenazah dan mengantarkan roh almarhum ke alam setelah kematian.
  • Ngaben: Ngaben, atau sering disebut sebagai upacara kremasi, bertujuan untuk membakar jasad almarhum sehingga rohnya bisa terbebas dan berpindah ke alam setelah kematian.

2. Pelaksanaan

  • Palebon: Palebon biasanya dilakukan secara langsung setelah kematian, di mana jenazah disucikan dan kemudian dimakamkan atau disemayamkan dalam sebuah prosesi adat.
  • Ngaben: Ngaben biasanya dilakukan setelah beberapa waktu pasca-kematian, di mana jenazah telah diawetkan dan disimpan dalam sebuah peti mati. Upacara Ngaben melibatkan prosesi pembakaran jenazah di atas punden (tempat pembakaran), yang biasanya terjadi di sebuah tempat khusus yang disebut "Pura Dalem" atau tempat kremasi.

3. Prosesi

  • Palebon: Prosesi Palebon meliputi persiapan jenazah, pengantar jenazah ke tempat pemakaman atau pemujaan terakhir, serta serangkaian ritual adat untuk menghormati almarhum.
  • Ngaben: Prosesi Ngaben meliputi persiapan jenazah, prosesi pengantar jenazah ke tempat pembakaran, upacara pembakaran jenazah, dan serangkaian ritual khusus yang bertujuan untuk membebaskan roh almarhum.

Nah, itu dia penjelasan mengenai Siapa Tjokorda Bagus Santaka? Beliau adalah salah satu tokoh yang paling di hormati di Ubud, Bali karena meninggalkan banyak warisan budaya yang berkaitan dengan upacara agama Hindu di sana. Semoga Informasi di atas bisa bermanfaat, ya.

Baca Juga:

Komentar
Umat agama Hindu di Bali pastinya sudah tidak asing mendengar salah satu tokoh fenomenal yang bernama Tjokorda Bagus Santaka. Sosok....

Umat agama Hindu di Bali pastinya sudah tidak asing mendengar salah satu tokoh fenomenal yang bernama Tjokorda Bagus Santaka. Sosok beliau menjadi salah satu panutan dalam upacara adat Hindu Bali yang bernama Palebon di Ubud karena menggunakan lembu yang bewarna ungu.

Sosok Tjokorda pun meninggalkan banyak warisan budaya lainnya yang terkenal di Ubud, Bali. Lalu, Siapa Tjokorda Bagus Santaka? Berikut penjelasannya!

Siapa Tjokorda Bagus Santaka?

Tjokorda Bagus Santaka adalah seorang tokoh adat yang dikenal dengan panggilan Cok Santaka. Ia berasal dari Ubud, Bali, dan meninggal pada usia 64 tahun. Ayahnya, Tjokorda Agung Suyasa, merupakan mantan Bendesa Pakraman Ubud Newata dan sering disebut sebagai Raja Ubud.

Cok Santaka adalah anak pertama dari Tjokorda Agung Suyasa dan memiliki istri bernama Tjokorda Istri Raka Ernawati. Mereka memiliki dua anak, yaitu Tjokorda Sri Tyas Utami dan Tjok Dwidharma. Salah satu adik Cok Santaka adalah Tjokorda Oka Artha Ardhana, yang saat itu menjabat sebagai Wakil Gubernur Bali.

Selain itu, Cok Santaka memiliki dua adik kandung lainnya, yaitu Tjokorda Ngurah Suyadnya (Cok Wah) dan Tjokorda Gde Raka Sukawati. Menurut pernyataan Cok Wah kepada media, Cok Santaka dikenal sebagai sosok yang menerapkan sifat air dalam kehidupannya. Ia tidak suka menonjol dan menjalani kehidupan dengan santai. Selain itu, Cok Santaka juga dikenal sebagai seorang indigo.

Perjalanan Karir Tjokorda Bagus Santaka di Ubud Bali

Dalam kariernya, Cok Santaka adalah seorang tokoh adat yang disegani oleh masyarakat setempat. Ia meninggalkan warisan berupa pengabdian dan kontribusinya dalam menjaga tradisi dan budaya Bali, khususnya di wilayah Ubud.

Selama hidupnya, Cok Santaka memiliki hubungan dekat dengan keluarga dan masyarakat Bali. Ketika meninggal, ribuan orang berkumpul untuk menghormatinya dalam upacara Palebon di Ubud. Salah satu aspek yang menarik dari upacara tersebut adalah penggunaan lembu berwarna ungu sebagai bagian dari petulangan. 

Warna ungu dipilih karena identik dengan warna indigo, yang merupakan bagian dari identitas spiritual Cok Santaka. Selain itu, warna ungu juga memiliki makna positif dalam budaya Bali, menggambarkan kebangkitan dan keteguhan dalam menghadapi kesedihan.

Prosesi Palebon dan penggunaan warna ungu menjadi representasi dari penghormatan dan pengabdian kepada Cok Santaka, serta sebuah ajakan untuk keluarga yang ditinggalkan agar tetap tegar dan bangkit dalam menghadapi cobaan hidup.

Apa Itu Upacara Palebon?

Upacara Palebon adalah salah satu upacara adat Bali yang dilakukan sebagai bagian dari tradisi kematian. Dalam upacara ini, jenazah akan dimakamkan atau disucikan melalui serangkaian prosesi adat yang khusus. Palebon biasanya dilakukan dengan penuh penghormatan dan dihadiri oleh keluarga, kerabat, serta masyarakat setempat.

Prosesi Palebon meliputi berbagai tahapan, termasuk persiapan jenazah, prosesi pengantar jenazah ke tempat pemakaman atau pemujaan terakhir, dan ritual-ritual yang bertujuan untuk menghormati dan mengenang almarhum. Selain itu, Palebon juga sering kali diwarnai dengan berbagai elemen budaya dan spiritual, seperti tarian, musik, dan penggunaan simbol-simbol adat.

Tujuan utama dari Palebon adalah untuk memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum, serta untuk memfasilitasi peralihan rohnya ke alam setelah kematian sesuai dengan keyakinan dan tradisi agama Hindu yang dominan di Bali. Upacara ini juga merupakan momen penting bagi keluarga dan masyarakat untuk merayakan kehidupan dan mengungkapkan rasa duka cita mereka atas kepergian almarhum.

Apa Perbedaannya dengan Upacara Ngaben di Bali?

1. Tujuan Utama

  • Palebon: Palebon bertujuan untuk menyucikan jenazah dan mengantarkan roh almarhum ke alam setelah kematian.
  • Ngaben: Ngaben, atau sering disebut sebagai upacara kremasi, bertujuan untuk membakar jasad almarhum sehingga rohnya bisa terbebas dan berpindah ke alam setelah kematian.

2. Pelaksanaan

  • Palebon: Palebon biasanya dilakukan secara langsung setelah kematian, di mana jenazah disucikan dan kemudian dimakamkan atau disemayamkan dalam sebuah prosesi adat.
  • Ngaben: Ngaben biasanya dilakukan setelah beberapa waktu pasca-kematian, di mana jenazah telah diawetkan dan disimpan dalam sebuah peti mati. Upacara Ngaben melibatkan prosesi pembakaran jenazah di atas punden (tempat pembakaran), yang biasanya terjadi di sebuah tempat khusus yang disebut "Pura Dalem" atau tempat kremasi.

3. Prosesi

  • Palebon: Prosesi Palebon meliputi persiapan jenazah, pengantar jenazah ke tempat pemakaman atau pemujaan terakhir, serta serangkaian ritual adat untuk menghormati almarhum.
  • Ngaben: Prosesi Ngaben meliputi persiapan jenazah, prosesi pengantar jenazah ke tempat pembakaran, upacara pembakaran jenazah, dan serangkaian ritual khusus yang bertujuan untuk membebaskan roh almarhum.

Nah, itu dia penjelasan mengenai Siapa Tjokorda Bagus Santaka? Beliau adalah salah satu tokoh yang paling di hormati di Ubud, Bali karena meninggalkan banyak warisan budaya yang berkaitan dengan upacara agama Hindu di sana. Semoga Informasi di atas bisa bermanfaat, ya.

Baca Juga:

Oalah, ini yang kemaren di Bali rame banget ya, sampe artis - artis pada banyak yang datang. Katanya juga dia mertua Happy Salma bukan sih?