Cara Membentuk Rasa Percaya Diri Anak yang Paling Efektif

Dukungan dan apresiasi orangtua berperan penting dalam membetuk rasa percaya diri pada anak

29 Agustus 2022

Cara Membentuk Rasa Percaya Diri Anak Paling Efektif
Pexels/Gustavofring

Memiliki anak dengan rasa percaya diri tinggi, menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi para orangtua. Anak dengan rasa percaya diri yang tinggi, menandakan bahwa ia yakin dengan kemampuan dirinya.  

Menumbuhkan rasa percaya diri pada anak dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun, karena pelajaran bermakna  tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Yang terpenting orangtua selalu beri dukungan kepada anak untuk melakukan hal-hal yang positif.

Anak yang percaya diri akan lebih mudah untuk berbaur dengan lingkungan disekitarnya. Kepercayaan diri pada anak juga mampu meningkatkan kualitas dirinya. Oleh karena itu, dukungan dari orang-orang disekitar juga diperlukan untuk meningkatkan rasa percaya dirinya.

Pada Jumaat (26/08/2022) melalui siaran live streaming TikTok, Popmama.com bersama dengan Christine Anggraini, M.Psi., Psikolog klinis dewasa, membahas cara efektif  membentuk rasa percaya diri anak.

Membangun rasa percaya diri anak bukanlah perkara yang mudah. Namun hal tersebut bisa dilatih secara perlahan-lahan sampai anak mulai terbiasa.

Berikut Popmama.com rangkumkan informasi mengenai cara membentuk rasa percaya diri anak yang paling efektif. 

Disimak ya, Ma!

1. Bentuk rasa percaya anak terhadap orangtua

1. Bentuk rasa percaya anak terhadap orangtua
Pexels/arinakrasnikova

Sebelum membentuk rasa percaya diri anak, yang pertama kali harus dilakukan orangtua adalah membentuk rasa percaya anak terhadap orangtua. Yakinkan si kecil bahwa orangtuanya bisa menjadi sosok yang dapat dipercaya.

Jika si kecil sudah percaya dengan orangtuanya, maka ia akan mengikuti apa yang diperintahkan oleh orangtuanya tanpa ragu. Oleh karena itu, dukungan orangtua sangat berperan dalam membentuk rasa percaya diri anak.

Misalnya si kecil yang sedang belajar mengendarai sepeda, ia tidak akan takut jatuh selama ada orangtua disampingnya yang siap menolong dan membantu.

Jangan lupa untuk memberikan afirmasi positif pada anak seperti, “Nggak apa-apa, kita coba lagi ya!”, “Tenang ada Mama disini”

2. Hati-hati melabeli rasa malu kepada anak

2. Hati-hati melabeli rasa malu kepada anak
Pexels/vanessaloring

Sebagai orangtua, Mama perlu hati-hati melabeli rasa malu kepada anak. Malu dengan pemalu, merupakan hal yang berbeda.

Anak yang cenderung diam di tempat baru, bukan berarti dia pemalu. Melainkan ia sedang melakukan pengamatan dan adaptasi terhadap lingkungan dan tempat baru.

Anak marah bukan berarti ia pemarah. Begitu juga dengan anak yang malu. Anak malu dalam kondisi tertentu, bukan berarti ia pemalu. Jika anak sudah familiar dengan lingkungannya, maka ia akan menunjukan dirinya dengan lebih berani.

Orangtua boleh mengkritik perilaku si kecil dengan cara yang baik, misalnya dengan bertanya “Kamu kenapa kurang berani di tempat tadi?”, “Apa yang bikin takut?”.

Bagi orangtua hindari terburu-buru memberikan label pemalu pada anak, yang membuatnya tidak percaya diri.

Editors' Pick

3. Sesuaikan kegiatan yang dapat melatih rasa percaya diri si kecil dengan umurnya

3. Sesuaikan kegiatan dapat melatih rasa percaya diri si kecil umurnya
Pexels/joshwilink

Jika anak berusia 0-1 tahun, biarkan ia bereksplorasi dengan caranya sendiri. Misalnya berguling-guling di tempat tidur, mengigit benda-benda yang ada di sekitarnya, dan lain-lain.

Namun hal tersebut tetap perlu pengawasan dari orang dewasa, agar kegiatan eksplorasi anak tetap aman baginya.

Dengan membiarkan si kecil berekplorasi, maka ia akan terkoneksi langsung dengan lingkungannya melalui panca indera.

Untuk anak usia dua tahun ke atas yang sudah bisa memahami lingkungannya, Mama dapat melatih rasa percaya dirinya dengan memberikan apresiasi. Misalnya, “terima kasih ya, sudah bantu mama”, “Kamu hebat sekali”, “Hati-hati, ya”.

Menurut Christine yang merupakan seorang psikolog, jika si Kecil diberikan apresiasi oleh orangtuanya maka ia akan merasa bahwa ia achieved something yang membuatnya merasa lebih percaya diri untuk melakukan hal lainnya.

4. Kenalkan si kecil dengan lingkungannya secara perlahan, tidak perlu terburu-buru

4. Kenalkan si kecil lingkungan secara perlahan, tidak perlu terburu-buru
Pexels/kampusproduction

Jika si Kecil masih malu-malu saat bertemu orang lain, Mama bisa mengenalkannya kepada saudara, sepupu-sepupunya terlebih dahulu.

Jika ia sudah menginjak usia sekolah, barulah si Kecil dikenalkan dengan teman-teman sebayanya, gurunya, dan orang-orang disekitarnya.

Sejatinya manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan koneksi dengan orang lain. Koneksi anak harus diawali dengan koneksi dengan orangtuanya terlebih dahulu.

Seiring berjalannya waktu, si Kecil akan terbiasa dengan lingkungan di sekitarnya dan bertemu dengan orang-orang baru.

5. Cari tahu zona nyaman si kecil

5. Cari tahu zona nyaman si kecil
Pexels/Gustavofring

Zona nyaman tiap anak dapat berbeda-beda. Beberapa anak ada yang lebih nyaman berbaur dengan orang dewasa namun susah bergaul dengan teman sebaya ataupun sebaliknya.

Hal itu perlu Mama ketahui penyebabnya, mengapa si Kecil lebih nyaman dengan orang-orang tertentu.

Perhatikan juga lama screen time si Kecil dengan gadget setiap harinya. Sebab beberapa anak lebih nyaman menyendiri dengan gadgetnya, dibandingkan dengan bermain bersama teman-teman seusianya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor anak kurang percaya diri dalam bergaul dapat disebabkan oleh banyak hal, salah satunya kenyamanan.

Hal-Hal yang Menyebabkan si Kecil Memiliki Kepercayaan Diri Rendah

Hal-Hal Menyebabkan si Kecil Memiliki Kepercayaan Diri Rendah
Pexels/Paveldanilyuk

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan si Kecil kurang percaya diri, di mana hal tersebut berkaitan dengan presepi kegagalan. Berikur beberapa faktor penyebabnya:

1. Tuntutan orangtua

Beberapa orangtua terkadang terlalu menuntut anaknya untuk berhasil, namun kurang mendampingi anak saat ia menghadapi kegagalan. Hal tersebut dapat membuat si Kecil tertekan dan kurang percaya diri untuk melangkah jauh.

2. Kurangnya apresiasi dari orangtua

Ada beberapa orangtua yang menganggap keberhasilan anak memang sudah menjadi kewajibannya, sehingga tidak perlu untuk diberikan apresiasi berupa ucapan selamat atau yang lainnya. Kurangnya apresiasi dapat membuat anak kecil hati dan merasa apa yang ia lakukan hanyalah sia-sia.

3. Pengalaman yang buruk di masa lalu

Pengalaman buruk di masa lalu, sebaiknya dijadikan pelajaran untuk hari esok. Namun tidak jarang juga pengalaman membuat seseorang trauma hingga mengurungkan niatnya untuk mencoba hal baru lagi.

4. Kurangnya komunikasi antara orangtua dan anak

Orangtua merupakan rumah bagi anak-anaknya. Saat anak menghadapi kegagalan, ia akan mencari orangtuanya sebagai tempat berkeluh kesah.

Namun jika komunikasi anak dengan orangtua tidak berjalan baik, anak seolah kehilangan arah dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Oleh karena itu, komunikasi antara anak dengan orangtua harus terus dijaga dengan baik.

Itu dia Ma, cara membentuk rasa percaya diri anak yang paling efektif. Orangtua merupakan tempat berpulang untuk anak-anaknya. Oleh karena itu, berikan si Kecil semangat untuk melangkah maju dan tidak lupa untuk memberi apresiasi kepadanya.

Baca Juga:

The Latest