Rentan Saat Musim Hujan, Kenali Gejala dan Penyebab Leptospirosis

Penyakit infeksi bakteri yang banyak terjadi di daerah yang terkena banjir

13 Oktober 2020

Rentan Saat Musim Hujan, Kenali Gejala Penyebab Leptospirosis
Freepik/user18526052

Saat musim hujan umumnya, anak rentan terkena penyakit seperti flu. Namun, ada penyakit lainnya yang terjadi saat musim hujan terlebih ketika banjir. Leptospirosis merupakan penyakit infeksi bakteri yang banyak terjadi di daerah yang terkena banjir.

Leptospirosis adalah penyakit bakteri yang dapat menyerang manusia dan hewan. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri dari genus Leptospira.

Tanpa pengobatan, Leptospirosis dapat menyebabkan kerusakan ginjal, meningitis (radang selaput di sekitar otak dan sumsum tulang belakang), gagal hati, gangguan pernapasan, bahkan kematian.

Berikut ini Popmama.com akan membahas penyebab dan cara mengatasi Leptospirosis selengkapnya di bawah ini. Yuk simak informasinya!

1. Leptospirosis adalah penyakit yang disebarkan melalui urine atau darah hewan

1. Leptospirosis adalah penyakit disebarkan melalui urine atau darah hewan
Freepik/Photolink1

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira Interrogans yang disebarkan melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi bakteri ini.

Penyakit ini menyerang manusia melalui paparan air atau tanah yang telah terkontaminasi urin hewan pembawa bakteri leptospira selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.

Berbagai jenis hewan liar dan peliharaan membawa bakteri, seperti tikus, sapi atau babi, kuda, dan juga anjing. Bakteri tersebut dapat bertahan hidup dalam ginjal hewan yang terinfeksi.

Leptospirosis juga rentan menyerang anak yang ada kontak dengan hewan tersebut. Pada manusia, Leptospirosis dapat menyebabkan berbagai gejala. Namun, ada beberapa orang yang terinfeksi mungkin tidak memiliki gejala sama sekali.

2. Faktor yang menyebabkan anak dapat terinfeksi penyakit Leptospirosis

2. Faktor menyebabkan anak dapat terinfeksi penyakit Leptospirosis
Freepik/Senivpetro

Anak dapat terinfeksi penyakit Leptospirosis melalui:

  • Kontak dengan urin (atau cairan tubuh lainnya, kecuali air liur) dari hewan yang terinfeksi.
  • Kontak dengan air, tanah, atau makanan yang terkontaminasi air seni hewan yang terinfeksi.
  • Bakteri tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir (mata, hidung, atau mulut), terutama jika kulit pecah akibat luka atau goresan.
  • Minum air yang terkontaminasi juga dapat menyebabkan infeksi. Wabah leptospirosis biasanya disebabkan oleh air yang terkontaminasi, seperti air banjir.

Penularan penyakit Leptospirosis ini jarang terjadi dari satu orang ke orang lainnya.

Editors' Pick

3. Gejala dan fase yang dialami ketika anak terkena Leptospirosis

3. Gejala fase dialami ketika anak terkena Leptospirosis
Freepik

Pada anak, Leptospirosis dapat menyebabkan berbagai macam gejala, termasuk:

  • Demam tinggi
  • Sakit kepala
  • Panas dingin
  • Nyeri otot
  • Muntah
  • Penyakit kuning (kulit dan mata kuning)
  • mata merah
  • Sakit perut
  • Diare
  • Ruam

Banyak dari gejala ini bisa disalahartikan Mama sebagai penyakit lain. Selain itu, beberapa anak yang terinfeksi mungkin tidak menunjukkan gejala sama sekali.

Waktu ketika anak terpapar sumber yang terkontaminasi, ia dapat jatuh jatuh sakit dalam 2 hari hingga 4 minggu. Penyakit biasanya dimulai secara tiba-tiba dengan demam dan gejala lainnya.

Leptospirosis dapat terjadi dalam dua fase:

Setelah fase pertama, anak akan mengalami demam, menggigil, sakit kepala, nyeri otot, muntah, atau diare. Ia dapat pulih untuk sementara tetapi ada kemungkinan menjadi sakit lagi.

Jika fase kedua terjadi maka kondisi kesehatan anak akan semakin menurun, ia mungkin mengalami gagal ginjal atau hati atau meningitis.

Penyakit ini berlangsung dari beberapa hari hingga 3 minggu atau lebih. Tanpa pengobatan, pemulihan bisa memakan waktu beberapa bulan.

4. Leptospirosis banyak ditemui di area tropis dan subtropis, seperti Indonesia

4. Leptospirosis banyak ditemui area tropis subtropis, seperti Indonesia
Freepik/Jcomp

Leptospirosis banyak ditemui di area tropis dan subtropis, di mana udaranya panas dan lembap yang membuat bakteri ini dapat bertahan hidup lebih lama, seperti Afrika, Amerika Selatan, Karibia, serta Asia Tengah dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Ini merupakan bahaya ketika orangtua dari anak bekerja di luar ruangan atau bersama hewan, seperti:

  • Petani
  • Pekerja tambang
  • Pekerja saluran pembuangan
  • Pekerja rumah jagal
  • Dokter hewan dan perawat hewan
  • Pekerja ikan
  • Peternak sapi perah
  • Personil militer

Penyakit ini juga dikaitkan dengan berenang, bermain perahu, atau berkebun. Selain itu juga dikaitkan dengan banjir atau hujan lebat, siapa saja yang pernah bersentuhan dengan air banjir, air tawar yang terkontaminasi (sungai dan aliran air) atau tanah dapat berisiko terinfeksi.

5. Proses diagnosis Leptospirosis dapat dilakukan melalui sejumlah pemeriksaan

5. Proses diagnosis Leptospirosis dapat dilakukan melalui sejumlah pemeriksaan
Freepik/pressfoto

Proses diagnosis leptospirosis dapat dilakukan melalui sejumlah pemeriksaan gejala, riwayat penyakit anak, serta pemeriksaan fisik.

Selain itu juga akan dilakukan beberapa tes penunjang untuk membantu memastikan diagnosis leptospirosis dan mengetahui tingkat keparahan yang dialami pasien.

Tes penunjang tersebut, antara lain:

  • Tes urine, untuk melihat keberadaan bakteri leptospira dalam urine.
  • Tes darah, untuk melihat adanya bakteri dalam aliran darah, dan antibodi dalam tubuh anak. Pemeriksaan antibodi dalam darah perlu diulang lagi dalam waktu 1 minggu untuk memastikan hasilnya, karena hasil positif bisa saja ditunjukkan dari infeksi lain yang terjadi sebelumnya.
  • Pemeriksaan fungsi ginjal, untuk melihat kondisi ginjal anak dan infeksi bakteri ini pada ginjal.
  • Pemeriksaan fungsi hati.
  • Foto Rontgen paru, untuk melihat apakah infeksi sudah menyebar hingga ke organ paru-paru.

6. Pengobatan Leptospirosis yang menggunakan antiobiotik berupa doksisiklin atau peninsilin

6. Pengobatan Leptospirosis menggunakan antiobiotik berupa doksisiklin atau peninsilin
freepik.com/Racool_studio

Leptospirosis dapat diobati dengan antibiotik, seperti doksisiklin atau penisilin, yang harus diberikan pada awal gejala timbulnya penyakit.

Sedangkan antibiotik intravena mungkin diperlukan untuk anak dengan gejala yang lebih parah.

Anak yang memiliki gejala leptospirosis harus segera mengunjungi penyedia layanan kesehatan untuk diberikan penanganan yang tepat dan menghindari infeksi pada organ tubuh lainnya.

7. Cara yang perlu dilakukan untuk mencegah anak agar tidak terjangkit penyakit Leptospirosis

7. Cara perlu dilakukan mencegah anak agar tidak terjangkit penyakit Leptospirosis
Freepik/prostooleh

Beberapa upaya yang bisa Mama lakukan untuk mencegah anak agar tidak terjangkit penyakit Leptospirosis, adalah sebagai berikut:

  • Hindari mengonsumsi air yang sudah terkontaminasi dan pastikan kebersihan air sebelum menyajikannya untuk anak.
  • Jauhi binatang yang rentan terinfeksi bakteri, terutama tikus liar yang paling banyak membawa bakteri leptospira saat musim hujan dan terjadi banjir.
  • Bersikap cermat terhadap lingkungan, terutama saat melakukan rekreasi ke wilayah dengan danau atau sungai.
  • Gunakan disinfektan.
  • Berikan anak pakaian yang melindungi tubuh dari kontak langsung dengan hewan pembawa bakteri leptospira, serta bersihkan dan tutup luka pada tubuh anak dengan plester air agar tidak terpapar air yang terkontaminasi bakteri.
  • Ingatkan anak untuk mandi secepatnya setelah berolahraga dalam air.
  • Jaga kebersihan dan ingatkan anak untuk cuci tangan setelah melakukan kontak dengan hewan atau sebelum makan.
  • Vaksinasi hewan piaraan atau ternak supaya terhindar dari leptospirosis.

Nah itu dia gejala dan penyebab Leptospirosis yang bisa terjadi saat banjir ketika musim hujan mulai melanda. Selalu perhatikan ketika anak bermain di luar rumah dan lakukan pencegahan-pencegahan di atas agar anak terhindar dari Leptospirosis.

Baca juga:

The Latest