Pentingnya Hubungan Mama dan Papa terhadap Tumbuh-Kembang Anak

Hubungan yang harmonis bisa membuat anak tumbuh menjadi individu yang baik, lho

17 Juni 2022

Penting Hubungan Mama Papa terhadap Tumbuh-Kembang Anak
Freepik/Prostooleh

Peran orangtua dalam membantu tumbuh-kembang anak tidak sebatas membimbing dan memastikan kebutuhan nutrisinya tercukupi. Akan tetapi, hubungan Mama dengan Papa juga ada efeknya terhadap perkembangan si Kecil, lho.

Pada acara LazBaby & Kids Festival yang diadakan hari Selasa (22/6/2021) lalu, seorang konsultan pernikahan, Indra Noveldy, mengatakan bahwa lingkungan keluarga berperan besar dalam memengaruhi perkembangan fisik maupun emosional anak.

Berkaitan dengan itu, sangat penting bagi orangtua untuk menjaga hubungannya dengan pasangan. Kendati demikian, ada banyak tantangan yang harus dihadapi terutama di masa pandemi seperti saat ini.

Apa sajakah tantangannya? Lalu, apakah ada tips untuk mempertahankan keharmonisan dengan pasangan selama pandemi? Nah, kali ini, Popmama.com sudah merangkum informasi mengenai pentingnya hubungan Mama dan Papa selama pandemi terhadap tumbuh-kembang si Kecil. Disimak baik-baik ya, Ma!

1. Mengapa Mama perlu menjaga keharmonisan hubungan dengan si Papa?

1. Mengapa Mama perlu menjaga keharmonisan hubungan si Papa
Popmama.com/Fria Sumitro

Seperti yang telah disinggung di awal artikel, memastikan hubungan Mama dan Papa tetap terjaga sangat penting karena punya pengaruh terhadap perkembangan buah hati. Akan tetapi, ada sebuah kekeliruan yang banyak dilakukan oleh para orangtua.

Indra menuturkan bahwa kebanyakan dari mereka biasanya hanya memprioritaskan cara parenting (mendidik anak) yang terbaik untuk si Kecil. Padahal, ada satu hal yang perlu diperhatikan sebelum memasuki tahap tersebut. Indra menyebutnya sebagai couple illness.

Istilah tersebut merujuk kepada penyakit-penyakit yang muncul dan memengaruhi hubungan antara seorang ayah dan ibu. Ini harus diperhatikan karena mood (suasana hati) orangtua, terutama Mama, ternyata punya ikatan kuat yang langsung terkoneksi dengan anak.

Ia memaparkan bahwa usia 0–7 tahun merupakan golden years di mana pertumbuhan fisik dan emosinal anak sangat dipengaruhi oleh orangtuanya sendiri. Dalam memaparkan ini, Indra memberi contoh bahwa apabila mood seorang ibu selalu baik selama masa kehamilan, maka calon bayinya juga akan tumbuh menjadi anak yang baik pula.

“Apapun yang dirasakan oleh sang bunda, itu jadi jalan tol. Langsung dirasakan oleh bayi di dalam kandungan. Jadi, kalau bundanya happy, bayinya happy. Bundanya optimis, calon bayinya optimis banget. Bundanya energetic, calon bayinya juga energetic banget.”

Bukan hanya semasa kehamilan saja, di saat sudah memiliki anak pun, si Papa punya peran dengan berkontribusi untuk menciptakan suasana rumah tangga yang harmonis dan nyaman, baik untuk Mama maupun anak.

Editors' Pick

2. Indra: ‘Orangtua juga harus melakukan investasi sejak dini’

2. Indra ‘Orangtua juga harus melakukan investasi sejak dini’
Popmama.com/Fria Sumitro

Karena ada pengaruh kesehatan hubungan dengan anak, maka orangtua harus mulai berinvestasi sedini mungkin. Investasi di sini bukanlah dalam bentuk uang, melainkan investasi dalam hal parenting.

Menurut Indra, kunci dari investasi parenting ini adalah dengan melakukan programming. Yang dimaksud dengan programming di sini adalah orangtua wajib merancang anak untuk tumbuh menjadi individu yang baik bahkan sejak dalam kandungan.

Bentuk kiat programming yang bisa dilakukan, seperti mencari ilmu sebanyak-banyak tentang parenting itu sendiri atau, sesuai dengan poin pertama, Mama dan Papa harus meminimalisasikan munculnya penyakit yang dapat memperkeruh hubungan.

Apabila orangtua berhasil menjalankan programming sejak dini, maka tahap parenting yang selanjutnya tidak akan terlalu berat untuk dilakukan. Sebab, untuk mengubah anak yang sudah sejak awal pasti sangat susah, kan?

“Semakin dini kita berinvestasi, semakin besar manfaatnnya,” imbuh Indra.

3. Faktor yang bisa memicu timbulnya masalah dalam hubungan

3. Faktor bisa memicu timbul masalah dalam hubungan
Freepik/Wayhomestudio

Banyak hal yang bisa menimbulkan masalah dalam keluarga, yakni berupa faktor yang datang dari sifat alamiah pernikahan itu sendiri dan faktor pandemi Covid-19.

1. Faktor Alamiah Sebuah Pernikahan

Menurut Indra, pernikahan itu sebenarnya fase “perkenalan” yang sebenarnya. Di saat sudah mulai membangun rumah tanggalah setiap pasangan baru mulai mengenal karakter asli satu sama lain. Tidak jarang mereka terkejut dengan perbedaan ini, namun enggan untuk mengungkapkan masalah tersebut karena takut membuat pasangan tersinggung.

Dikarenakan belum satu frekuensi atau mengenal seutuhnya dengan pasangan, Mama mungkin bisa saja membahas suatu hal yang ternyata sensitif bagi si Papa. Alhasil, ia memberikan reaksi yang terlalu berlebihan sehingga timbullah sebuah argumen.

Bukan hanya itu, sikap ego juga bisa memperkeruh hubungan berkeluarga. Terutama dalam pasangan muda, mereka umumnya masih dalam tahap aktualisasi diri. Dalam tahap tersebut, seseorang masih ingin memanfaatkan potensi yang ada dalam dirinya. Kalau tidak sepaham dengan pasangan, turbulensi dalam rumah tangga sangat mungkin untuk terjadi.

2. Faktor Pandemi Corona

Di sisi lain, wabah virus Corona yang tengah melanda Indonesia juga ikut andil dalam memicu konflik dalam keluarga. Berkaitan dengan hal tersebut, Sherlly Yusuf, selaku co-founder Babyologist, menambahkan bahwa pandemi seperti sekarang merupakan masa yang sangat sulit bagi setiap pasangan.

Bukan hanya menjaga tubuh dari infeksi virus, tapi kesehatan mental juga harus diperhatikan. Karena selalu di rumah, pekerjaan rumah Mama pastinya semakin bertambah, nih. Harus selalu mengurus anak sekaligus si Papa. Padahal, Mama juga butuh waktu me-time (waktu sendiri) untuk bersantai dan menjadi ‘waras’.

“Gak mudah lho tetap waras di masa pandemi ini,” kata Sherlly.

Belum lagi dampak finansial yang begitu kentara di masa pandemi ini. Pengeluaran semakin besar, tapi pemasukan semakin kecil.

Kombinasi faktor keuangan dan emosional tersebut, apabila tidak ditangani dengan baik, bisa menuntun menuju pertikaian. Mama merasa penat dan stres, emosi tidak stabil, dan Mama bisa menjadi sangat sensitif. Akhirnya, malah berantem sama pasangan bahkan tentang masalah yang kecil.

4. Dampak hubungan orangtua yang tidak sehat terhadap tumbuh-kembang anak

4. Dampak hubungan orangtua tidak sehat terhadap tumbuh-kembang anak
Freepik/Yanalya

Setiap orangtua harus mengingat bahwa dalam membantu tumbuh-kembang anak, keduanya harus selalu bekerja sama. Itu sebabnya, penting sekali untuk menjaga hubungan satu sama lain. Jika ini gagal dicapai, dampaknya bisa dirasakan oleh anak.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, usia 0–7 tahun merupakan waktu emas bagi perkembangan anak. Lebih spesifik, Indra mengatakan kalau otak anak masih didominasi oleh gelombang alpha dan tetha sehingga apapun yang mereka lihat akan membekas dalam ingatan. Itu sebabnya si Kecil sangat dikenal sebagai copycat atau peniru yang ulung.

Anak baru bisa berpikir kritis di usia 8 tahun ke atas. Sebelum umur tersebut, dirinya belum bisa memilih dan memilah. Semisal Mama dan Papa sering bertengkar di depan si Kecil sewaktu umurnya masih dalam kisaran 0–7 tahun, layaknya jalan tol, kata Indra, ia akan mengingat hal tersebut.

Efek yang timbul pun beragam. Anak bisa mengalami gangguan psikis, seperti merasa stres, cemas, dan depresi. Atau, anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang nakal. Hal ini karena kedua orangtuanya kurang memperhatikannya sehingga ia mencari cara untuk mendapatkan perhatian dengan cara membuat masalah.

Sherlly juga menambahkan, orangtua harus selalu menjaga keharmonisan karena pandemi ini juga memiliki dampak terhadap anak. Berdasarkan survei yang ia lakukan terhadap kurang lebih 2.000 orang ibu-ibu, 60% responden mengatakan kalau anak mereka menjadi takut dengan orang sedangkan 40% lagi menyatakan kalau anak mereka mengalami speech delay atau gangguan berbicara.

Hal ini sangat dimaklumi mengingat si Kecil selalu di rumah saja. Adanya pembatasan sosial membuatnya kurang bersosialisasi dan distimulasi. Pastinya, kondisi ini menjadi sangat buruk kalau Mama dan Papa sering bertengkar. Wah, bisa dobel dampak buruknya nanti, Ma.

5. Cara menjaga agar hubungan Mama dan Papa tetap baik selama pandemi

5. Cara menjaga agar hubungan Mama Papa tetap baik selama pandemi
Freepik/Prostooleh

Mama mungkin bertanya, apa solusinya? Indra menjelaskan agar setiap pasangan mampu menciptakan suasana rumah yang terasa seperti tempat berkencan. Kenapa begitu?

Tentu saja di masa seperti ini, Mama dan Papa tidak bisa keluar untuk berekreasi. Lantas, rumahlah yang menjadi opsi untuk menghabiskan waktu berduaan. Sebagai contoh, Mama bisa mengajak pasangan untuk selalu makan bersama. Kalau si Papa suka nonton film, bisa banget untuk ikut nimbrung bersamanya.

Indra juga melanjutkan supaya ada rules atau peraturan yang dibuat selama ‘berkencan’. Konsultan pernikahan tersebut memberikan pantangan untuk membahas masalah rumah tangga, seperti keuangan atau tumbuh-kembang anak, dalam topik pembicaraan.

Citra Kirana, sebagai salah satu pembicara, juga melakukan hal serupa. “Jangan lihat handphone, ya?” merupakan pengingat sewaktu dirinya bersama pasangan. Selain itu, ada satu hari yang sengaja diinvestasikan untuk menghabiskan waktu bersama.

“Pokoknya setiap malam minggu kita harus punya waktu berdua, ya? Kalau hari minggu gak papa deh kita sama keluarga. Hari-hari yang lain kamu sibuk sama kerjaan kamu, aku sibuk sama kerjaan aku. Malam minggu kita harus nonton deh di rumah, atau kita ya makan di rumah,” jelas Citra.

Mama sudah baca informasi tentang pentingnya menjaga keharmonisan rumah tangga demi tumbuh-kembang anak. Nah, mulai sekarang kurangin marahnya sama si Papa ya, Ma.

Selalu usahakan untuk membangun hubungan yang baik dengan pasangan supaya si Kecil juga merasa nyaman ketika bersama Mama dan Papa. Semoga bermanfaat!

Baca Juga:

The Latest