10 Cerita Fabel dan Pesan Moral yang Perlu Diajarkan ke Anak

Inilah beberapa cerita fabel beserta pesan moral untuk disampaikan ke anak, Ma!

20 Oktober 2023

10 Cerita Fabel Pesan Moral Perlu Diajarkan ke Anak
Freepik/Angel.nt

Fabel adalah jenis dongeng yang menceritakan mengenai kehidupan hewan, di mana hewan-hewan  tersebut sebagai tokoh utama yang dapat berperilaku seperti manusia. Dalam cerita fabel, hewan memiliki perasaan, berbicara, berpikir, bersikap, dan memiliki emosi layaknya manusia pada umumnya. 

Cerita binatang termasuk cerita moral, karena ceritanya mengandung pesan moral kepada pembacanya, terutama untuk anak-anak. 

Pasti anak Mama menyukai binatang kan? Dan tentu saja, jika anak Mama didongengkan mengenai dongeng hewan ini akan sangat senang sekali. Karena fabel dibuat untuk mendidik anak-anak lho, Ma dan tujuannya agar anak-anak mencontoh tokoh yang baik dan tidak mencontoh tokoh yang buruk yang ada di dalam cerita tentang hewan tersebut. 

Mama penasaran dan ingin cepat-cepat menceritakan pada anak tentang dongeng tentang hewan ini? Berikut Popmama.com akan memberikan daftar 10 cerita hewan atau cerita fabel singkat untuk anak dan pesan moral yang perlu diajarkan ke anak. Yuk simak, Ma!

1. Kisah Memberi Lonceng pada Kucing

1. Kisah Memberi Lonceng Kucing
Youtube.com/Wootata

“Meong… Meong… Meong…” terdengar suara meongan kucing saat melihat tikus-tikus yang berkeliaran di depannya. Tanpa membuang waktu, kucing pun melahap salah satu tikus yang sedang melamun.

Hal ini membuat keluarga tikus amat marah sekaligus takut. Jika tikus mendengar eongan kucing, pasti mereka segera bersembunyi dan melindungi diri masing-masing agar tidak dimangsa kucing. Sementara kucing amat senang jika ia bisa menangkap tikus-tikus nakal yang memakan makanan di dapur.

Suatu ketika, keluarga tikus berkumpul. Mereka mencari cara agar bisa terbebas dari kucing. Tikus-tikus amat ketakutan dan hidup mereka terganggu bila seekor kucing masih berkeliaran.

Keluarga tikus pun bingung. Mereka hanya ingin tahu kapan kucing datang dan kapan pula kucing pergi, agar mereka tidak tertangkap begitu saja. Memang tidak mudah mengusir seekor kucing.

Tiba-tiba, seekor tikus muda memiliki rencana yang bagus.

“Aha! Aku punya ide!” cetus tikus muda.

“Apa idemu?” tanya tikus yang lain.

“Menurutku, ini adalah cara yang sederhana,” jawab tikus muda.

“Cara apa? Coba kau jelaskan kepada kami,” perintah tikus lain.

“Kita buat lonceng dan kita kalungkan lonceng itu di leher kucing. Jadi, ketika dia datang, kita akan tahu melalui bunyi loncengnya,” jelas tikus muda.

“Wah. ide yang bagus. Aku setuju.” sahut tikus-tikus lain.

Semua tikus merasa bahagia. Rencana ini belum pernah terpikirkan oleh mereka. Tikus berjingkrak-jingkrak kegirangan. Namun. tiba-tiba seekor tikus tua menghentikan kegembiraan tersebut.

Tikus tua berkata, “Itu memang ide yang amat bagus. Tetapi yang jadi persoalan, siapa yang akan mengalungkan lonceng itu kepada kucing?”

Semua tikus pun terdiam. Mereka kembali berpikir. Ah, rencana yang bagus tersebut menjadi percuma karena para tikus tidak segera berbuat sesuatu.

Pesan moral yang bisa diambil adalah: Mama bisa ajarkan ke anak ya, pikirkan matang-matang idenya agar bisa dilakukan dengan berhasil. Namun ide yang paling baik adalah ide yang dipraktekan. Jadi jangan khawatir jika ide anak berlum berhasil. Terus menjadi anak yang kreatif dengan mencoba cara cara baru.

4. Kisah Babi dan Domba

4. Kisah Babi Domba
Youtube.com/Gubug Dongeng

Di sebuah desa yang jauh dari keramaian kota. Letaknya di sebuah lembah yang hijau, dengan pepohonan yang rimbun. Di sana tinggal beberapa keluarga saja, namun mereka memiliki usaha perternakan babi dan domba yang terkenal.

Mereka memperkerjakan beberapa orang dari desa terdekat di sekitar lembah itu. Pekerja-pekerja ini, sehari-hari ditugaskan untuk mengembalakan domba dan memberikan makanan untuk babi.

Apabila domba telah memilki bulu yang cukup lebat, mereka akan mengambil bulunya dengan cara memangkas dengan gunting khusus. Kemudian bulu domba tersebut diperdagangkan ke pasar kota atau menunggu pembeli datang.

Begitupula dengan ternak babi. Apabila telah cukup besar dan memiliki berat yang cukup, akan diperdagangkan ke kota terdekat atau menunggu para langganannya datang membeli.

Jumlah domba dan babi yang dimiliki cukup banyak di kampung itu, sehingga hampir setiap bulan terlihat banyak pembeli dari kota yang datang ke desa tersebut.

Konon di zaman itu, binatang dapat berbicara satu dengan lainya dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh manusia.

Kebetulan saja, kandang domba dan babi tidak berjahuan. Sehingga mudah diamati oleh para pekerja atau pemiliknya. Tanpa disadari kondisi kandang yang berdekatan itu, membuat babi dan domba kadang berbicara.

Sehari-hari, kedua kandang itu ribut dengan suara domba dan babi. Tanpa disadari manusia yang tidak mengenal bahasa binatang pada saat itu, sebenarnya suara gaduh itu bertanda babi dan domba sedang mengejek satu dengan lainnya.

Pada saat hari penjualan babi tiba. Beberapa babi besar biasanya dikeluarkan dari kandang untuk ditimbang dan diserahkan kepada pembeli yang telah memilih sebelumnya.

Pada suatu ketika,  seekor babi muda yang sudah cukup besar dipilih untuk dijual. Pemilik ternak itu menyuruh beberapa pekerja untuk segera mengeluarkan babi tersebut dari kandangnya. Namun tidak disangka, para pekerja sulit untuk menangkapnya.

Berbeda dengan babi-babi dewasa pada umumnya. Babi muda itu berlari mengintari kandang agar supaya sulit ditangkap oleh para pekerja. Namun karena pekerja-pekerja tersebut telah berpengalaman, mereka berhasil menangkapnya  dan mengikat kedua pasang kakinya dengan tali agar mudah dikeluarkan dari kandang.

Terdengar babi muda itu berteriak sambil meronta-ronta. Mendengar teriakan babi muda yang ketakutan, terdengar teriakan dari kawanan domba dari kandangnya.

 “Penakut!” teriak mereka serentak.

Kemudian salah satu dari kawanan domba itu berkata, “Kenapa kamu harus berteriak dan menangis begitu gaduh, padahal teman-temanmu yang lain jarang melakukan hal yang sama. Mereka semua pasrah akan nasibnya, karena pada suatu saat semua ternak akan disembelih para pembeli.”

Mendengar ucapan dari domba dari kandang sebelah, seeokor babi dewasa kemudian membalasnya,

“Hai domba yang sok bijaksana! Engkau dapat berkata demikian dengan entengnya, karena engkau tidak mengalami hal yang sama. Apabila setiap pekerja datang menghampirimu, dan mengeluarkanmu dari kandang, mereka hanya mencukur bulu-bulumu, kemudian memasukan kembali engkau kedalam kandang.

Tetapi lihatlah kami, setiap kami diambil, tandanya sebentar lagi nyawa kami akan hilang. Disembelih oleh para pedagang kota. Hidup kami tidak lama seperti hidup yang kamu nikmati. Begitu tegakah engkau, melihat seorang anak babi di penghujung kematiannya, kemudian kalian semua metertawai dan mengejeknya?”

Seketika itu juga, terdengar kandang domba sunyi senyap. Mereka semua merenungkan apa yang dikatakan oleh babi dewasa tadi. Mereka kemudian menyadari, begitu beruntungnya mereka, dapat menikmati hidup lebih lama daripada seekor babi. Kemudian domba dewasa meminta maaf kepada babi dewasa tadi, atas perlakuan mereka yang tidak pantas.

Babi dewasa pun dapat memahami keadaan itu, lalu melanjutkan kegiatanya berguling dalam sedikit lumpur didalam kandangnya. Sementara babi muda tadi, berhasil dibawa oleh pembeli meninggalkan desa.

Pesan moral yang bisa diambil adalah: Mama bisa ajarkan ke anak ya untuk memberikan dukungan moral pada orang yang kesusahan. Ketika orang lain mengalami masalah atau sedang kesusahaan,  mungkin anak tidak dapat membantu atau memberi lebih banyak, namun bukan berarti anak diam. Berilah dukungan moral untuk menguatkan mereka.

2. Kisah Semut dan Belalang

2. Kisah Semut Belalang
jhargrave.medium.com

Di tengah hutan, hiduplah seekor semut yang sangat rajin. Setiap hari semut kecil ini selalu berusaha mengumpulkan makanan dan menyimpannya di dalam lumbung. Teriknya matahari dan derasnya air hujan, tidak menyurutkan semangat sang semut untuk mengumpulkan makanan.

Dengan bersusah payah, sang semut bekerja keras untuk membawa makanan demi makanan yang berhasil dikumpulkannya untuk disimpan di dalam lumbung rumahnya.

Pada suatu hari, ketika sang semut sedang berusaha membawa makanannya untuk di simpan di lumbung, sang semut bertemu dengan seekor belalang yang sedang asyik berjemur sambil bermalas-malasan.

“Hai mut, apa yang sedang kamu lakukan?” tanya belalang.

“Aku sedang mengumpulkan makanan untuk kusimpan di lumbung” sahut sang semut. Belalang tertawa.

“Untuk apa bersusah payah  mengumpulkan makanan, bukankah di hutan banyak sekali makanan yang bisa kita santap?”

“Itu memang betul lang, tetapi aku menyimpan makananku untuk persiapan musim dingin nanti” kata sang semut sambil berusaha mendorong makanan hasil temuannya ke lumbung. Belalang kembali tertawa sambil mengejek sang semut. 

“Musim dingin masih lama, buat apa bersusah-susah sekarang? Toh masih banyak waktu untuk itu. Lebih baik kita bersenang-senang dulu”katanya sambil menyantap daun hijau yang ada di dekatnya.

Sang semut tidak memperdulikan belalang yang sedang bermalas-malasan itu, dia tetap saja sibuk untuk mengumpulkan makanan demi makanan yang bisa dijumpainya.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, sang semut kembali bersiap-siap untuk mencari makanan lagi. Ketika dia membuka pintu rumahnya untuk pergi, dilihatnya belalang sedang asyik duduk sambil bermain gitar dan bermalas-malasan.

Sang semut hanya menggelengkan kepala dan segera berlalu. Belalang yang melihat semut sudah mulai sibuk kembali mencari makan, hanya tertawa dan mengejek,

“Buat apa susah..buat apa susah..susah itu tak ada gunanya,” senandung sang belalang mengiringi langkah semut yang hendak pergi.

Demikianlah sepanjang hari sang semut sibuk mengumpulkan makanannya di lumbung sementara sang belalang asyik-asyikan bermain gitar, berjemur dan bermalas-malasan.

Setelah bekerja hampir sepanjang tahun, lumbung tempat persediaan sang semut hampir penuh, tetapi hal ini tidak membuat sang semut yang rajin itu menjadi malas. Dia masih tetap berusaha untuk mencari makanan untuk disimpan di lumbungnya.

“Selagi masih ada kesempatan, aku harus terus berusaha untuk mengumpulkan makanan, sebab tidak ada yang tau berapa lama musim dingin akan berlangsung,” kata sang semut dalam hati.

Sementara itu sang belalang, masih tetap saja bermalas-malasan dan bersenang-senang sepanjang hari.

Musim gugur pun segera tiba. Pohon-pohon yang tadinya hijau, perlahan-lahan berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Rumput-rumput pun mulai mengering. Udara menjadi semakin dingin.

Sang semut yang rajin tak putus harapan. Dia masih tetap berusaha untuk mencari makanan walaupun tempat persediaannya sudah penuh. Sedangkan sang belalang yang malas itu mulai sibuk mengumpulkan makanan untuk persediaan di musim dingin.

Akhirnya musim dingin pun tiba. Sang semut yang rajin itu duduk dengan nyaman didalam rumahnya yang hangat sambil menikmati makanannya yang berlimpah. Sedangkan sang belalang yang malas itu hanya menyimpan sedikit persediaan makanan. Sang belalang berpikir, “Musim dingin akan segera berakhir, jadi buat apa susah-susah mengumpulkan makanan di lumbung.”

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, tak terasa sudah sebulan berlalu dan musin dingin masih belum berakhir.

Persediaan makanan sang belalangpun habis… dia hanya bisa memandang rumah sang semut yang nyaman dan hangat dari balik jendelanya untuk kemudian berusaha mencari makan di tengah-tengah musim dingin, tetapi dia tidak berhasil.

Akhirnya dengan menahan malu, dia mengetuk pintu rumah sang semut… tok..tok..tok..tok.. sang belalang mulai mengetuk.

Sang semut pun membuka pintu dan berkata “ada apa lang?” katanya. “Tolong berikan aku sedikit dari persediaan makananmu itu, karena persediaanku sudah habis, dan aku sangat kelaparan,” kata belalang mengiba.

Sang semut tertawa “Enak saja kau lang… ketika aku bersusah payah mengumpulkan makananku, kau malah mengejekku. Dan sekarang kau minta makanan persediaanku?” kata semut sambil mengejek. “Pergilah, cari sendiri makananmu…,” kata sang semut melanjutkan.

Belalang pun pergi meninggalkan rumah sang semut untuk mencari makanannya, tetapi dia tidak berhasil menemukan apa-apa. Ketika sang belalang hampir mati kedinginan dan kelaparan, sang semut datang untuk menolongnya dan mengajak belalang untuk tinggal di rumahnya yang hangat dan nyaman serta berlimpah makanan.

Pesan moral yang bisa diambil adalah: Mama bisa ajarkan ke anak ya, jangan sia-siakan hidup dengan bermalas-malasan. Karena upah kemalasan adalah bencana.

3. Kisah Semut dan Merpati

3. Kisah Semut Merpati
Youtube.com/Bunda Maya IBN

Pada suatu hari, ketika musim panas, segerombolan semut-semut sedang berjalan beriringan sambil membawa makanan diatas kepala mereka. Semut-semut itu terlihat begitu kompak dan sangat bersahabat satu dengan yang lain.

Pemimpin mereka adalah seekor semut gagah yang berjalan paling depan yang dengan cekatan selalu memberi aba-aba saat harus berbelok ataupun melangkah, agar makanan yang dibawa mereka, tidak jatuh ke tanah.

“Satu!!..dua!!..kiri!!..kiri..!!” Sang pimpinan memberi komando…”Awas!! di depan ada tanjakan!!” katanya lagi sebagai peringatan. Semut-semut yang lain cepat-cepat bersiap-siap agar makanannya tidak terjatuh dan mulai menanjak. “dibawah ada sungai, kita harus belok kekiri!” kata sang pemimpin lagi, rombongan semut di belakang mengikuti terus petunjuk dari pimpinan mereka hingga akhirnya mereka tiba di sarangnya.

Setelah meletakan hasil bawaan mereka, semut-semut itu berpisah untuk mengerjakan tugas-tugas mereka yang lain.

Adalah seekor semut yang masih muda belia. Rasa ingin taunya tentang dunia di luar sarangnya, begitu besar sehingga dia memberanikan diri untuk meminta iijin kepada sang pemimpin agar dapat diijinkan keluar dari sarang untuk memulai petualangannya.

“ehmm..maaf pak pemimpin” kata semut muda itu terbata-bata. “Apa boleh aku pergi keluar untuk melihat-lihat? Aku berjanji kalau aku tidak akan pergi lama” katanya lagi. Sang pemimpin semut itupun menatap dengan penuh rasa sayang kepada semut muda itu

“Anakku, jika engkau ingin pergi berjalan-jalan, aku tidak akan melarangmu. Tetapi berhati-hatilah karena dunia di luar sarang ini sangat luas dan kejam” katanya dengan bijaksana. Alangkah senangnya hati semut muda itu.

Setelah menyiapkan bekal untuk perjalanannya, berpamitanlah semut muda kepada sang pemimpin “Pak pemimpin, aku akan pergi sekarang,” katanya dengan penuh semangat.

“Berhati-hatilah di jalan, dan segeralah pulang,” kata sang pemimpin sambil menepuk-nepuk bahu semut muda itu. Maka berangkatlah semut muda itu dengan penuh semangat dan sukacita.

Kebetulan tak jauh dari sarang semut itu, terdapat sungai dengan air yang jernih. Karena rasa ingin tahunya, semutpun berjalan menelusuri jalan yang lembab, beberapa kali ia harus memanjat beberapa dahan pohon dan rerumputan.

Semut muda berjalan tanpa mengenal lelah hingga akhirnya dia merasa sangat haus. Semut muda segera mencari air untuk diminumnya. Di kejauhan, dilihatnya mata air yang sangat jernih, lalu semut muda ini pun segera berjalan menuju mata air yang sejuk itu.

Setelah dekat dengan mata air, semut muda sempat kebingungan, karena ternyata setelah dekat, letak mata air itu lebih tinggi dari tanah yang dipijaknya. Tetapi semut muda tidak kehilangan akal. Dia naik perlahan-lahan keatas sebuah batang rumput yang daunnya menjulur ke arah mata air itu.

Saat dia hampir saja mencapai puncaknya, tiba-tiba semut muda terpeleset dan jatuh kedalam mata air. Semut muda berusaha untuk menyelamatkan diri, tetapi dia kesulitan karena dia tidak bisa berenang.

Saat semut muda sedang bertarung antara hidup dan mati untuk menyelamatkan dirinya, seekor burung merpati yang sejak tadi asyik memperhatikan tingkah semut muda itu, tergerak oleh belas kasihan, lalu segera mematuk daun di pohon yang sedang dihinggapinya hingga jatuh ke dekat semut muda yang hampir tenggelam.

Semut muda segera menggapai daun itu dan dengan bersusah payah dia berusaha untuk naik keatas daun. Ketika sampai di atas daun, semut muda menatap burung merpati dengan penuh rasa terima kasih. Burung merpati pun terbang kearah daun itu dan mendorong dengan paruhnya agar daun tersebut menepi kepinggir mata air.

“Hai burung merpati, terima kasih atas pertolonganmu hari ini. Jika bukan karena engkau, aku sudah mati tenggelam tadi,” kata semut muda itu sambil berusaha untuk turun dari daun itu menuju ke tanah. Burung merpati menjawab

“sama-sama semut. Apa yang sedang kau lakukan di tempat ini?” tanya merpati.

“Aku sedang berjalan-jalan untuk melihat dunia di luar sarangku, lalu aku kehausan. Saat aku sedang memanjat rumput itu, aku terjatuh,” kata semut muda.

“Apa yang akan kau lakukan sekarang?” tanya merpati lagi.

“Aku akan kembali ke sarangku, karena ibu bapakku pasti sedang mencemaskan diriku,” jawab semut muda lagi.

Sementara semut muda dan merpati sedang bercakap-cakap, mereka tidak menyadari bahwa ada bahaya yang sedang mengintai. Seorang pemburu sedang mengarahkan senjatanya kearah burung merpati dan siap menembaknya. Saat burung merpati menyadari keadaan itu, dia pun segera terbang ke atas meninggalkan semut muda sendiri.

Melihat kejadian ini, semut muda segera berlari kearah si pemburu dan dengan sigap dia memanjat sepatu si pemburu dan masuk kedalam sepatu itu. Segera digigitlah kaki si pemburu. Pemburu menjerit karena kesakitan lalu segera melemparkan senjatanya ke bawah untuk cepat-cepat melepaskan sepatunya. Semut muda keluar dari sepatu sang pemburu lalu pergi meninggalkan tempat itu.

“Terima kasih semut, kau sudah menyelamatkan nyawaku hari ini,” kata burung merpati.

“Sama-sama burung merpati. Tadipun engkau sudah menyelamatkan nyawaku,” kata semut muda. Akhirnya merekapun berpisah.

Pesan moral yang bisa diambil adalah: Mama bisa ajarkan ke anak ya, persahabatan tidak mengenal perbedaan, bahwa siapa menabur kebaikan, maka kebaikan pula lah yang akan dituainya.

Editors' Pick

5. Kisah persahabatan singa dan tikus

5. Kisah persahabatan singa tikus
amazinglifequotes.wordpress.com

Singa merupakan raja hutan yang dikenal menakutkan. Tidak ada binatang di hutan yang berani mendekati singa atau berada di sarangnya. Suatu hari, si tikus penasaran dengan sarang singa. Ia pun diam-diam datang ke sarang singa untuk melihat rumah raja hutan itu.

Tiba-tiba, singa mengetahui keberadaan tikus dan menangkapnya. Tikus merasa ketakutan dan meminta maaf kepada singa. Si singa akhirnya melepaskan tikus dan membiarkannya bebas. Tikus sangat berterima kasih pada singa dan berjanji untuk membalas kebaikannya itu.

Hingga pada suatu hari, giliran singa yang terjebak masalah. Singa ditangkap oleh jaring pemburu di hutan. Ia meraung tidak berdaya hingga tikus mendengarnya.Tikus berlari dengan cepat dan membantu singa lolos dari jaring pemburu. Ia menggigit tali jaring hingga singa bebas.

Singa begitu terkejut dengan aksi tikus. Ia sangat berterima kasih bisa diselamatkan tikus. Sejak peristiwa itu, singa dan tikus mulai menjalin persahabatan.

Pesan moral yang bisa diambil adalah: Mama bisa ajarkan ke anak ya, arti dari menolong teman yang kesusahan adalah perbuatan baik dan akan mendapatkan balasan suatu hari nanti.

6. Kisah Gajah dan Buaya yang Serakah

6. Kisah Gajah Buaya Serakah
Youtube.com/Gubug Dongeng

Pada disebuah pinggiran sungai, hidup seekor buaya yang tengah kelaparan. Sudah selama tiga hari ia tidak makan apapun. Dan kini perutnya sangat lapar dan jika ia tidak makan, maka bisa-bisa ia mati. Kemudian ia pun masuk ke dalam sungai dan berenang di dalamnya untuk mecari makanan.

Akhirnya, sang buaya melihat ada seekor bebek yang tengah berenang. Ketika sang bebek tahu sedang diincar oleh buaya, ia pun akhirnya menepi. Melihat bebek yang hendak dimangsa tersebut kabur, akhirnya buaya pun mengejarnya dan alhasil bebek tertangkap olehnya.

Sembari menangis ketakutan sang bebek berkata, “Ampun buaya, lepaskanlah aku. Dagingku hanya sedikit. Mengapa engkau tidak memangsa kambing saja di hutan”. Sembari menunjukkan taring tajamnya, sang buaya berkata,”Baiklah kalau begitu antarkan aku ke tempat persembunyian kambing di hutan sekarang”.

Kemudian tidak jauh dari tempat itu, ada lapangan hijau dimana banyak kambing yang sedang mencari rumput untuk dimakan. “Pergi sana, aku akan memangsa kambing saja”.

Akhirnya bebek merasa sangat senang dan berlari dengan kecepatan yang penuh.

Akhirnya buaya pun mendapati seekor anak kambing yang berhasil ia tangkap sesudah beberapa lama. Karena saking takutnya, anak kambing tersebut berkata,”Tolong jangan makan aku.

Aku masih sangat kecil sehingga dagingku tidaklah banyak. Mengapa engkau tidak memakan gajah saja yang dagingnya lebih banyak dariku. Aku akan mengantarmu kesana”.

“Baiklah, antarkan aku kesana sekarang juga!” Pinta gajah. Akhirnya, buaya diajak ke tepian danau yang sangat luas oleh anak kambing tersebut. Dan benar saja, di sana sudah ada anak gajah yang besar.

Akhirnya, buaya langsung mengejar dan kemudian menggigit kaki anak gajah tersebut. Namun, kulit gajah sangat tebal sehingga itu tidak dapat melukainya. Anak gajah pun berteriak dan meminta tolong kepada sang ibu. Sedangkan buaya terus saja berusaha untuk menjatuhkan gajah tersebut.

Namun sayangnya tidak bisa. Mendengar teriakan sang anak, sekumpulan gajahpun akhirnya mendatangi dan menginjak buaya hingga ia tidak bisa bernapas.

Akhirnya, sang buaya tetap saja tidak mampu melawan karena ukuran ibu gajah yang amat besar. Belum lagi ia dalam keadaan lemas karena belum makan. Setelah itu, buaya pun mati karena sudah kehabisan tenaga.

Pesan moral yang bisa diambil adalah: Mama bisa ajarkan ke anak ya makna dari bersyukur, seperti: Kalau sudah menerima apapun meskipun kecil atau meskipun sedikit berterimakasihlah dan bersyukurlah dengan apa yang sudah didapat.

7. Kisah Persahabatan Monyet dan Kelinci

7. Kisah Persahabatan Monyet Kelinci
Youtube.com/Edutania Channel

Pada suatu hari, terlihat di pinggir sungai ada seekor monyet dan seekor kelinci. Biasanya si kelinci suka mendengar cerita-cerita dari si monyet.

Sebenarnya si kelinci suka akan cerita-erita si monyet, akan tetapi si kelinci sedikit risih dan terganggu dengan cara kebiasaan buruk si monyet yang suka menggaruk-garuk hampir semua bagian tubuhnya ia garuk-garuk.

Dan begitupun sebaliknya, si monyet pun suka apabila mengobrol dengan si kelinci, akan tetapi si monyet merasa terganggu dengan kebiasaan buruk si kelinci yang suka mengendus-endus dan suka menggerakan kuping nya kesisi kanan dan kesisi kiri.

Dan pada akhirnya simonyet pun memberanikan diri berkata dengan maksud menegur kepada si kelinci. “Hei kau kelinci, apakah kau bisa menghentikan kebiasaan buruk mu itu ?” tegur si monyet kepada si kelinci.

“Menghentikan apa monyet?” si kelinci balik bertanya.

“Berhenti mengendus-endus, berhenti menggerak-gerakan hidung, dan berhenti menggerak-gerakan telinga mu yang panjang itu kelinci…, Betapa buruknya kebiasaan kau kelinci …” Jawab si monyet.

“Hei kau monyet, kau hanya bisa menilai kebiasaan buruk ku saja, bagimana dengan kebiasaan buruk mu? di setiap kita lagi asik ngobrol kau selalu saja menggeruk-garuk. Sungguh sangat buruk kebiasan mu itu monyet” Tegur si kelinci membalas teguran si monyet tadi. 

“Kelinci, aku tidak bisa menghentika nya,” kata si monyet.

“Monyet, aku tidak selalu harus mengendus, menggerakan telinga dan hidung ku.” kata si kelinci membalas perkataan yang di lontarkan si monyet kepadanya tadi.

Akhirnya mereka pun saling membalas pembicaraan itu. Dan si monyet pun karena tidak terima di tegur seperti itu oleh si kelinci, akhiranya si monyet pun menantang kelinci untuk bertanding.

Si monyet meminta si kelinci mulai saat ini dia tidak boleh lagi mengendus-endus dan menggerak-gerakan hidung dan telinganya lagi. dan si monyet pun sama, ia tidak akan lagi menggaruk-garuk lagi.

Singkat cerita, keesokan harinya mereka berdua pun bertemu kembali di pinggir sungai ditempat biasanya mereka berdua bertemu.

Mereka berdua sedang menjalankan misi tantangan yang susah, si monyet jangan menggeruk-garuk lagi, begitupun si kelinci tidak boleh mengendus-endus, atau menggerak-gerakan hidung dan telinganya.

Akhirnya sesuai dengan hasil keputusan janji mereka berdua, kelinci dan monyet pun hanya duduk terdiam saja. Si monyet tetap diam tapi dia diam sedang menahan ingin menggaruk merasakan kulitnya yang sangat gatal, ia ingin menggaruk dagunya, dan lengan kiri dan kanan nya pun angat terasa gatal.

Akan tetapi si monyet tetap mencoba bertahan dan tetap terdiam.

Begitu pun halnya, si kelinci pun sedang berusaha menahan kebiasaan buruknya itu. Sebenarnya Ia ingin sekali mengendus-enduskan hidungnya, ingin sekali menggerakan kupingnya, tapi ia tetap terlihat duduk diam.

“Monyet, aku punya ide, Kita duduk diam di sini sudah sangat lama, dan aku pun sudah mulai bosan. Bagaimana kalau kita mengobrol dan bercerita untuk menghabiskan waktu.” Kata si kelinci.

“Itu adalah ide yang sangat bagus kelinci, silahkan kau kelinci bercerita terlebih dahulu ” Kata si monyet.

Si kelinci pun mulai bercerita. “Monyet, saat kemarin aku akan datang kesini untuk menemui mu, aku mencium seperti ada singa di balik rerumputan. Oleh karena itu, aku pun mengendus-endus udara, tetapi singa itu tidak ada disana.

Tapi aku belum yakin di balik rumput itu tidak ada singa, Nah untuk memastikannya aku pun menggerakan hidung ku beberapa kali, tapi tidak ada bau singa disana. Kemudian aku menggerak-gerakan telinga ku ke kiri dan kekanan untuk mendengarkan, tetapi memang tidak ada singa di sana.

Dan akhirnya aku pun yakin bahwa di balik rumput itu memang tidak ada singa. Kemudian akupun melanjutkan perjalanan ke sini untuk menemuimu temanku.”

Simonyet pun mendengarkan cerita si kelinci itu yang bercerita sambil menggerak-gerakan hidung dan telinganya. Kemudian si monyet pun mulai bercerita. “temanku, kemarin pun sama. Saat aku akan menemuimu disini di tengah jalan aku berpapasan dengan beberapa anak-anak, mereka jahil sekali kepadaku kelinci.

Pertama salah satu diantara mereka melemparkan kelapa dan mengenai kepalaku tepat disini, dan sianak satunya melemparkan batok kelapa dan tepat sekali mengenai daguku disini kelinci.

Dan dua anak perempuan itu melempar ku dengan batok kelapa juga tepat mengenai tangan kiri dan tangan kanan ku. Kemudian akupun lari secepat-cepatnya ketepi sungai ini untuk menemui mu sahabat ku.”

Si kelinci pun mendengarkan dan melihat gerakan simonyet saat bercerita. Dan si kancil pun tertawa cekikikan, dan si monyet pun tertawa lebar. Sebenarnya si kelinci tahu apa yang dilakukan oleh simonyet, dan sebaliknya si monyet pun tahu apa yang dilakukan si kelinci.

“Ya…ya..ya monyet, cerita mu memang sangat bagus monyet. tapi kau kalah dalam pertandingan ini monyet, karena kau menggeruk saat bercerita.” kata sikelinci

“Iya kelinci, cerita mu juga benar-benar bagus kelinci. Tetapi saat kau bercerita kau mengendus-endus dan menggerakan telinga mu.” balas si monyet

“Aku pikir kita berdua tidak ada yang bisa menghilangkan kebiasan buruk kita ini. Karena aku sendiri tidak bisa menghilangkan kebiasaan ini ” kata sikelinci sambil mengendus-endus dan mengerak-gerakan telinganya

“Aku pun sama kelinci, aku pun tidak bisa menghilangkan kebiasaan buruk ini.” Kata si monyet sambil menggaruk-garuk kepala, dagu dan menggeruk tangan kanan kirinya.

Akhirnya keduanya setuju, bahwa kebiasaan buruk mereka berdua susah dihilangkan. dan mereka pun setuju untuk tidak merasa terganggu dengan kebiasaan mereka masing-masing.

Pesan moral yang bisa diambil adalah: Mama bisa ajarkan pada anak, bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan dan sebagai makhluk sosial harus dapat menerima kekurangan orang lain dan tidak memaksakan kehendak. 

8. Kisah Semut dan Kepompong

8. Kisah Semut Kepompong
Youtube.com/Edutania Channel

Dikisahkan ada sebuah hutan yang sangat lebat, disana tinggallah bermacam-macam hewan, mulai dari semut, gajah, harimau, badak, burung dan sebagainya.

Pada suatu hari tiba-tiba datanglah badai yang sangat dahsyat. Badai itu membuat panik seluruh hewan penghuni hutan itu. Seketika semua hewan langsung panik dan berlari ketakutan menghindari badai yang datang tersebut.

Keesokan harinya, matahari muncul dengan sangat hangatnya dan kicauan burung terdengar dengan merdunya, namun apa yang telah terjadi? Ternyata banyak pohon di hutan tersebut tumbang berserakan sehingga membuat hutan tersebut menjadi hutan yang berantakan.

Seekor Kepompong sedang menangis dan bersedih akan apa yang telah terjadi pada sebuah pohon yang sudah tumbang. “Hu…. huu…. betapa sedihnya kita, diterjang badai tapi tak ada tempat satu pun yang aman untuk berlindung,” Sang Kepompong sedih meratapi keadaannya.

Tiba-tiba dari balik tanah, muncullah seekor semut yang dengan sombongnya berkata, “Hai kepompong, lihatlah aku, aku terlindungi dari badai kemarin, tidak seperti kau yang ada di atas tanah, lihat tubuhmu, kau hanya menempel di pohon yang tumbang dan tidak bisa berlindung dari badai,” kata sang Semut dengan kesombongnya.

Si Semut semakin sombong dan terus berkata demikian kepada semua hewan yang ada di hutan itu, sampai pada suatu hari si Semut berjalan diatas lumpur hidup.

Ternyata Si Semut itu tidak mengetahui kalau ia berjalan diatas lumpur hidup yang bisa menelan dan menariknya kedalam lumpur tersebut.

“Tolong…tolong…. aku terjebak di lumpur hidup… tolong”, teriak si semut meminta bantuan kepada hewan lain. Lalu suara semut terdengar dari atas, “Kayaknya kamu lagi sedang kesulitan ya, semut?”

Semut menengok ke atas mencari sumber suara tadi, ternyata suara tadi berasal dari seekor kupu-kupu yang sedang terbang di atas lumpur hidup tadi.

“Siapa kau?” tanya si Semut galau. “Aku adalah kepompong yang waktu itu kau hina,” jawab si Kupu-kupu. Semut merasa malu sekali dan meminta bantuan si Kupu-kupu untuk menolong dia dari lumpur yang menghisapnya.

“Tolong aku kupu-kupu, aku minta maaf waktu itu aku sangat sombong sekali bisa bertahan dari badai cuma hanya karena aku berlindung dibawah tanah”.

Akhirnya kupu-kupu pun menolong si Semut dan semut pun selamat. Ia pun berjanji pada kupu-kupu agar tidak lagi menghina semua makhluk ciptaan Tuhan yang ada di hutan tersebut.

Pesan moral yang bisa diambil adalah: Mama bisa ajarkan pada anak, untuk harus menyayangi dan menghormati semua makhluk ciptaan Tuhan.

9. Kisah Kura-kura dan Kelinci yang Sombong

9. Kisah Kura-kura Kelinci Sombong
Youtube.com/Cerita Kartun Anak Anak Bahasa Indonesia

Di satu hutan rimba yang lebat, terdapat satu sungai jernih yang biasa menjadi tempat berkumpulnya para binatang.

Pada suatu hari ditepi sungai itu, para binatang sedang berkumpul. Mereka terlihat sedang berbincang dengan amat seru. Salah satu binatang yang berkumpul itu adalah Kura-kura.

Tiba-tiba, Kelinci datang dan mengacaukan semuanya. Kelinci memang sangat suka mengacau

“Lihatlah, teman-teman. Kakiku panjang. Aku bisa berlari cepat, tidak seperti Kura-kura,” ucap Kelinci, sambil melirik ke arah Kura-kura.

Kura-kura yang mendengarnya pun merasa jengkel.

“Aku tidak lamban, aku hanya tak ingin terburu-buru,” balas Kura-kura.

“Akui saja jika kau memang lamban, Kura-kura,” ledek Kelinci. Ia baru puas jika teman yang diledeknya merasa berkecil hati.

“Aku akan membuktikan bahwa aku bukan binatang yang lamban. Bagaimana jika kita lomba lari?” tantang Kura-kura.

Mendengar tantangan Kura-kura, Kelinci tertawa terbahak-bahak. Ia mengira Kura-kura hanya bercanda. Sementara itu, teman-teman binatang yang lain merasa kasihan kepada Kura-kura.

“Apa kau takut, Kelinci?” tanya Kura-kura.

Karena tak mau diremehkan, Kelinci langsung menerima tantangan Kura-kura. Mereka pun sepakat akan bertanding esok hari.

Malam itu, Kura-kura tak bisa tidur. Ia terus memikirkan tantangannya kepada Kelinci, dan bagaimana cara memberi pelajaran kepada Kelinci agar ia tak sombong lagi.

Pagi harinya, semua binatang berkumpul di tepi sungai. Mereka hendak menyaksikan pertandingan lari antara Kura-kura dan Kelinci.

“Aturannya adalah kita harus berlari memutari hutan ini dengan menyeberangi jembatan di ujung jalan sana, lalu kembali lagi kesini.” jelas Kura-kura.

Kelinci hanya mengangguk setuju. “Satu… dua… tiga… Priit!!”

Pertandingan pun dimulai. Kelinci berlari sangat cepat, meninggalkan Kura-kura jauh di belakang. Tapi, Kura-kura pantang menyerah. Ia terus berusaha mengejar Kelinci.

Kelinci pun sampai di sebuah jembatan. Ia berlari sangat kencang, karena ingin segera menang. Namun, tiba-tiba…

Krak!!

Olala, saat Kelinci melintasi jembatan, tiba-tiba jembatan itu patah. Kelinci pun terjatuh ke sungai yang dalam. Kelinci kelabakan berteriak meminta tolong. Ia memang tak bisa berenang.

Kebetulan, Kura-kura juga sampai di jembatan. Melihat Kelinci yang hampir tenggelam, Kura-kura langsung menolongnya. Kura-kura pun membawa Kelinci ke tepi sungai. Setelah beberapa saat, akhirnya Kelinci bisa kembali bernapas lega.

“Terima kasih, Kura-kura. Kau telah menolongku,” ucap Kelinci.

“Sama-sama, Kelinci,” balas Kura-kura.

Sejak saat itu, Kelinci tak lagi menyombongkan dirinya. Ia sadar bahwa ia tak sesempurna yang ia bayangkan. Ia mempunyai kelemahan, dan ada hal-hal yang memang tak bisa ia lakukan.

Pesan moral yang bisa diambil adalah: Mama bisa ajarkan pada anak, Tuhan menciptakan makhluk-Nya dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jangan menyombongkan kelebihan kamu, karena kamu juga pasti mempunyai kekurangan. 

10. Kisah Dua Ekor Kambing

10. Kisah Dua Ekor Kambing
Youtube.com/Edutania Channel

Dahulu kala, ada sebuah sungai kecil mengalir di antara dua bukit. Di sungai itu, terdapat jembatan kecil dan sempit. Jika ada dua orang yang hendak menyeberang dari dua sisi yang berbeda, salah seorang dari mereka harus menunggu dulu. Sebab, jembatan itu terlalu sempit untuk dilalui oleh dua orang.

Suatu hari, dua ekor kambing, yang satu berwarna cokelat dan satunya berwarna putih, hendak menyeberangi jembatan dari dua sisi yang berbeda secara bersamaan. Kambing cokelat berteriak pada kambing putih, “Tunggu. Biar aku dulu yang menyeberang.”

Kambing putih menjawab, “Tidak, aku dulu yang menyeberang. Aku sedang terburu-buru.” Teriak kambing putih tidak kalah keras.

“Tidak, aku tidak mau. Aku lebih tua, aku dulu,” balas kambing cokelat.

“Aku dulu,” kata kambing putih sambil mulai melangkah melewati jembatan.

“Ah, terserah. Aku tidak mau mengalah,” kata kambing cokelat yang juga mulai melewati jembatan.

Kedua kambing akhirnya bertemu di tengah jembatan.

“Kembalilah dan biarkan aku menyeberang dulu,” kata kambing putih sambil menghentak-hentakkan kakinya, mengancam si kambing hitam.

“Kau saja yang kembali,” kata kambing cokelat tidak mau mengalah.

Mereka pun berkelahi. Kedua kambing mundur mengambil ancang-ancang dan menghantamkan tanduknya. Kedua kambing terpeleset jatuh ke sungai. Akhirnya, keduanya mati tenggelam gara-gara tidak ada yang mau mengalah.

Pesan moral yang bisa diambil adalah: Mama bisa ajarkan pada anak, jangan ingin menang sendiri. Jadilah anak yang mau mengalah. Ingatlah, mengalah bukan berarti kalah. Mengalah itu adalah tanda kebijaksanaan.

Nah, itulah tadi beberapa cerita hewan untuk anak beserta pesan moral yang terkandung, yang bisa Mama ceritakan pada anak ya! Agar anak bisa mendapatkan sisi baik dan membuang sisi buruk, dari beberapa karakter hewan di cerita dongeng hewan tersebut. Semangat, Ma! Semoga si Kecil senang!

Baca Juga: 

The Latest