Klarifikasi Dokter Richard Lee Mengenai Produk DNA Salmon Miliknya

Dalam video yang diunggah pada Jumat, 13 Desember 2024, Denny Sumargo memperlihatkan produk skincare DNA Salmon milik dr. Richard Lee yang dibeli oleh salah satu karyawannya, Densu menjelaskan beberapa kejanggalan yang ada di DNA Salmon tersebut.

"Ini produk milik karyawan saya, yang dibeli seharga Rp 1,5 juta lebih, namun mendapat diskon menjadi Rp 700 ribu, saya cek di e-commerce, (ada yang) harganya cuma Rp500 (ribu)an. Mereknya sama seperti ini. Saya lepas stiker di kemasan produk. Nah ini dia (mendapati logo merek lain), jadi ini sebenarnya produk siapa?," tanya Densu. 

Kejadian ini menambah kecurigaan publik terhadap produk yang sebelumnya sempat kontroversial, serta menimbulkan pertanyaan besar mengenai keaslian dan transparansi merek yang dipasarkan

Densu secara terbuka menyoroti kemungkinan adanya kesalahan dalam informasi produk yang dijual kepada konsumen, terutama terkait perbedaan harga dan label merek yang ditemukan di kemasan.

Tanpa dapat membela diri, dr. Richard Lee segera mengungkapkan permintaan maafnya setelah kontroversi tersebut mencuat.

Dalam klarifikasinya, ia mengakui kesalahan besar karena sebelumnya mengklaim bahwa produk DNA Salmon adalah hasil racikannya.

"Pertama, saya minta maaf pada masyarakat. Ada satu videoku yang mengklaim bahwa itu produk buatanku, itu kekhilafanku, aku minta maaf pada kalian semua, minta maaf kekhilafanku dalam marketing," kata dr. Richard Lee melansir dari YouTube @curhatbang

Dr. Richard Lee akhirnya mengoreksi kesalahan dalam pemasaran produk DNA Salmon dengan menyatakan bahwa produk yang dijualnya sebenarnya adalah skincare asal Korea.

Dia mengakui bahwa produk DNA Salmon yang selama ini dijual bukanlah hasil kreasinya, melainkan merupakan produk yang telah repackage atau dikemas ulang.

Produk tersebut, yang sebelumnya dikenal dengan merek Ribeskin, telah diubah kemasannya dengan menutupi logo asli menggunakan stiker yang didesain khusus dengan branding dr. Richard Lee.

"Tapi di video lainnya aku sering banget koreksi hal tersebut bahwa itu adalah produk Korea, itu adalah Ribeskin dan aku punya kerja sama dengan perusahaan tersebut," jelasnya.

Menghadapi kritik tersebut, dr. Richard dengan jujur mengklarifikasi bahwa ia tidak membuat produk tersebut dari awal, melainkan hanya mengemas ulang produk yang telah ada, dan ia menyesali kesalahan dalam penyampaian informasi kepada publik.

Dr. Richard menjelaskan bahwa ia tidak mungkin sembarangan menutupi stiker pada produk tanpa izin dari pihak yang berwenang, karena ia selalu berusaha menjalankan usahanya dengan integritas dan mematuhi aturan yang berlaku.

Dia juga menegaskan bahwa selama ini ia merasa percaya diri karena penjualan produk DNA Salmon yang merupakan hasil repackage dari merek Ribeskin sangat sukses di pasaran.

"Kenapa aku kasih stiker karena memang diizinkan dan ada kerjasamanya, dan penjualanku paling banyak se-Indonesia bang," kata dr. Richard Lee ke Denny Sumargo.

Bahkan, produk tersebut menjadi yang terlaris di Indonesia, yang semakin memperkuat keyakinannya bahwa strategi pemasaran yang diterapkan sudah tepat.

Keberhasilan ini memberikan dorongan positif bagi dr. Richard untuk terus memasarkan produk tersebut dengan percaya diri, meskipun pada akhirnya ia mengakui ada kesalahan dalam cara penyampaian informasi kepada publik.

Dokter Richard Lee kemudian memberikan penjelasan terkait isu mengenai klaim berlebihan (overclaim) yang melibatkan produk DNA Salmon miliknya.

Meski produk tersebut telah ditarik oleh BPOM, Richard menegaskan bahwa penarikan ini bukan disebabkan oleh kandungan produk yang palsu atau berbahaya bagi konsumen.

"Fix di sini isinya DNA Salmon, bukan DNA Lele atau apa yang dituduhkan, fix kok ini menurut keterangan Ribeskinnya," jelasnya

Dia menjelaskan bahwa tidak ada masalah dengan komposisi atau kualitas produk, melainkan penarikan dilakukan karena masalah izin edar yang belum sepenuhnya sesuai dengan regulasi yang berlaku.

Dr. Richard menambahkan bahwa kesalahan administratif ini adalah penyebab utama penarikan produk, dan bukan karena adanya risiko kesehatan atau ketidakjujuran terkait kandungan dalam produk tersebut.

"Karena BPOM menganggapnya ini cuma boleh dioles nggak boleh pakai jarum atau aplikator. Ini izinnya kosmetik menurut BPOM, jadi hanya boleh dioles dan nggak boleh pakai aplikator kecil-kecil, kalau di Negaranya, di Korea itu dijual bebas, di US juga, regulasinya nggak sama," kata dr. Richard.

Dia pun menyatakan bahwa pihaknya akan segera menyelesaikan masalah izin edar ini agar produk tersebut dapat kembali dijual dengan prosedur yang benar dan transparan.

Dr. Richard Lee mengakui kesalahannya dalam tidak mengajukan izin produk DNA Salmon sebagai obat. Ia menjelaskan bahwa keputusan tersebut diambil karena jika ia mengajukan izin sebagai obat, proses regulasinya akan memakan waktu sangat lama, bahkan bisa memakan waktu hingga tiga tahun untuk mendapatkan persetujuan.

Karena itu, dr. Richard memilih untuk mendaftarkan produk tersebut dengan izin kosmetik, meskipun ia menyadari bahwa ini bukanlah langkah yang sesuai dengan prosedur yang seharusnya.

"Lu kalau mau naikin ini bisa dijual, naikin lagi statenya ke obat dan obat 2 sampai 3 tahun baru jadi, kita akuin dulu kita mau cepet-cepet aja, kita akuin lah," ungkap Richard Lee.

Dia mengakui bahwa langkah tersebut mungkin tampak licik, namun dipilihnya demi mempercepat proses pemasaran dan distribusi produk agar lebih cepat diterima oleh konsumen.

Namun, setelah adanya penarikan oleh BPOM, Richard menyadari bahwa hal tersebut merupakan keputusan yang salah, dan ia berjanji akan memperbaiki prosedur izin dan menjalankan usaha sesuai dengan aturan yang berlaku.

Nah, itu dia beberapa informasi mengenai klarifikasi dokter Richard Lee mengenai produk DNA salmon miliknya. Bagaimana Ma setelah mengetahui hal ini apakah Mama akan tetap membelinya atau malah sebaliknya?