Koleksi "Believe" dari BIASA: Selebrasi Harapan Melawan Ketidakpastian

- Koleksi "Believe" BIASA di Jakarta Fashion Week 2026 menghadirkan narasi "tujuh babak" dengan kedekatan emosional.
- Eksplorasi desain koleksi ini menemukan harmoni antara struktur dan fluiditas, dengan permainan tekstur yang kaya.
- Koleksi ini menjadi pesan optimisme dan rasa kemanusiaan, didedikasikan untuk mendiang Warwick Purser, sahabat lama BIASA.
Di tengah dunia yang terus berubah, BIASA menghadirkan sesuatu yang hangat dan menenangkan di panggung Jakarta Fashion Week 2026. Koleksi terbarunya bertajuk “Believe” menjadi refleksi mendalam tentang harapan, empati, dan kekuatan manusia untuk terus bangkit di masa yang penuh ketidakpastian.
Ada 70 tampilan rancangan yang tidak memamerkan keindahan busana, tetapi juga menghadirkan perjalanan emosional. Mulai dari kerapuhan hingga kekuatan, dari kepedihan menuju pembaruan. Setiap karya bak puisi visual yang menenangkan, memeluk makna resiliensi dan rasa percaya terhadap kehidupan.
Berikut Popmama.com rangkum 5 hal menarik dari koleksi “Believe” yang memukau di Jakarta Fashion Week 2026.
1. Narasi “tujuh babak” dengan kedekatan emosional

Koleksi “Believe” dibagi menjadi tujuh babak warna dan suasana, bukan tanpa sebab karena setiap babak punya “suar emosi” yang berbeda. Warnanya membawa pesan tentang perjalanan batin manusia.
Misalnya makna awal baru direpresentasikan lewat warna wasabi green dan putih tulang sebagai simbol kesadaran dan harapan, hingga babak kembali berpijak yang menutup pertunjukan dengan warna merah bata dan cokelat kakao, melambangkan ketenangan serta keberlanjutan.
Setiap babak seperti potongan kisah tentang keseimbangan hidup antara kerapuhan dan kekuatan, antara kehilangan dan kebangkitan. Koleksi ini mengajak penonton untuk tidak sekadar melihat fashion sebagai bentuk estetika, tetapi juga sebagai refleksi jiwa dan perjalanan spiritual.
2. Eksplorasi desain antara struktur dan fluiditas

Salah satu kekuatan utama koleksi ini adalah kemampuannya menemukan harmoni antara struktur dan fluiditas. Siluet-siluet bervolume berpadu lembut dengan bahan yang ringan seperti cotton mousseline, sutra, linen, denim katun, chiffon, dan organdi.
Koleksi “Believe” menampilkan permainan tekstur yang kaya mulai dari lipatan origami, efek pavlova meringue, hingga detail frayed pada denim. Menghadirkan esensi potongan bak seni rupa yang bisa dikenakan, meneruskan pesan soal keindahan sejati muncul dari keseimbangan antara kekuatan dan kelembutan.
3. Jiwa dan napas Koleksi BIASA dengan craftmanship-nya

DNA BIASA yang sudah 30 tahun lebih hidup tetap hadir kokoh pada koleksi ini. Meski fluiditas dihadirkan untuk mengikuti zaman, nilai craftsmanship dan sentuhan manusia selalu ada dan menjadi jantung merek tersebut.
Hampir semua detail dibuat dengan tangan, dari appliqué pada kain sutra dan chiffon, bordir polkadot, hingga tenun tradisional bertekstur seperti jacquard.
BIASA menegaskan pentingnya jejak tangan manusia dalam setiap karya. Seperti kata Susanna Perini, pendiri BIASA, menyebut fashion bukan sekadar tren melainkan bahasa untuk mengekspresikan ketahanan, keindahan, dan harapan.
“Fashion bagi saya selalu menjadi bahasa yang mampu mengungkapkan hal-hal yang tak terucap: ketahanan, keindahan, dan harapan. Believe adalah wujud kepercayaan terhadap alternatif yang positif, rasa kemanusiaan, dan kasih sayang sebagai bentuk penciptaan paling tulus,” terangnya saat media gathering, Selasa (4/11/2025) di store BIASA, Kemang, Jakarta Selatan.
Koleksi ini juga menjadi penghormatan terhadap kreativitas dan ketulusan para pengrajin yang menjaga warisan budaya tetap hidup.
4. Simbolisme karya lewat warna dan material

Alat bercerita dari produk fashion selain bentuk juga warna dan material yang dihadirkan. Misalnya, warna biru langit transparan yang menenangkan, linen berwarna kulit yang menyimbolkan penerimaan, hingga merah garnet yang penuh vitalitas. Menyadarkan jika setiap pilihan warna dan materialnya membawa emosi tersendiri.
Teknik pewarnaan dan perawatan material juga menghadirkan sisi artistik yang kuat. Salah satu koleksi unik adalah sapuan cat tangan pada kain linen. Setiap karyanya jadi unik dan tidak ada yang menyamai. Lalu atau kaftan bermotif marble yang menciptakan kesan organik.
Koleksi ini juga menghadirkan bahkan tas dan aksesori dalam bentuk kelopak bunga hingga akar menjadi simbol harapan, ketangguhan, dan pertumbuhan.

“Believe” merupakan manifesto optimisme dan rasa kemanusiaan. Koleksi ini didedikasikan untuk mendiang Warwick Purser, sahabat lama BIASA yang berkontribusi besar dalam menghidupkan semangat craftsmanship Indonesia.
Susanna Perini menegaskan bahwa “Believe” lahir dari refleksi tentang bagaimana merespons masa yang sulit dengan empati dan tanggung jawab. Kondisi perang, pasca pandemi hingga tantangan terkini soal teknologi, semua dirangkum dan dijawab lewat produk fashion yang berusaha masih manusiawi oleh BIASA.
Susanna pun tak luput menyinggung soal manusia yang digerakkan AI. BIASA menjawab itu dengan tegas: kreasi tangan manusia akan selalu punya jiwa yang tak tergantikan. Sentuhannya pada setiap karya unik, mungkin tidak sempurna, tapi itulah yang menjadikannya karya luar biasa buatan manusia.
Koleksi ini menjadi pengingat bahwa dari kesederhanaan pun, keindahan dan kekuatan sejati bisa tumbuh.
Lewat “Believe”, merek yang pertama kali hadir di Bali ini berhasil membuktikan bahwa fashion bisa menjadi bentuk kontemplasi dan spiritualitas. Setiap potongan busana, warna, dan tekstur berbicara tentang kepercayaan bahwa di tengah kerapuhan, manusia tetap mampu menemukan kekuatan dan harapan baru.
Koleksi ini bukan hanya tentang pakaian, tapi tentang perjalanan jiwa dan penghormatan terhadap kemanusiaan.



















