Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Kasus Obesitas Naik Drastis, Ancaman Penyakit Mematikan di Depan Mata.png
Popmama.com/Salsyabila Sukmaningrum

Intinya sih...

  • Kasus obesitas di Indonesia naik dua kali lipat dalam satu dekade terakhir, membuat penyakit ini semakin mengkhawatirkan.

  • Obesitas bisa menjadi pemicu munculnya penyakit mematikan seperti diabetes, kanker, gangguan pernapasan, dan penyakit kardiovaskular.

  • Faktor penyebab obesitas tidak hanya dari kurangnya aktivitas fisik atau makan berlebihan, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor genetik, hormonal, psikologis, lingkungan, dan konsumsi obat-obatan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Obesitas kini bukan sekadar gangguan kesehatan yang mengganggu penampilan saja, sebab ancamannya semakin serius dan memengaruhi berbagai lini. Kasus obesitas di Indonesia sendiri telah meningkat dua kali lipat dalam satu dekade terakhir dengan 23,4% orang dewasa ikut terdampak. 

Kasus obesitas yang semakin meningkat ini menjadi ancaman nasional karena menjadi dapat memicu berbagai penyakit tidak menular (PTM) yang mengancam nyawa, seperti diabetes, penyakit kardiovaskular, kanker, hingga gangguan pernapasan. Beberapa penyakit tersebut diketahui menjadi 75% penyebab dari kematian di seluruh dunia.

Ancaman obesitas yang semakin di depan mata ini dikupas dalam forum ‘Bahas Tuntas Obesitas, Kolaborasi Membawa Harapan’ di The Westin Jakarta, Rabu (24/9/25). Forum multi-pemangku kepentingan ini dihadiri oleh para ahli, pemangku kebijakan, hingga pelaku industri medis untuk membahas langkah yang diambil dalam menghadapi epidemi obesitas yang kian mengkhawatirkan. 

Berikut ini Popmama.com telah merangkum informasi seputar kasus obesitas di Indonesia naik drastis memicu ancaman penyakit mematikan di depan mata.

Satu dari Empat Orang Indonesia Mengalami Obesitas

Freepik/jcomp

Indonesia saat ini tengah dihadapkan dengan epidemi obesitas yang semakin meningkat kasusnya. Jika dibandingkan dengan satu dekade yang lalu, kasus obesitas di Indonesia kini meningkat dua kali lipat dengan kenaikan prevalensi lebih dari 10 persen.

Data dari Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 menyebutkan bahwa satu dari empat orang dewasa di Indonesia (23,4% penduduk) kini mengalami obesitas. Hal ini tidak semata-mata muncul begitu saja sebab orang dewasa yang mengalami obesitas kebanyakan telah mengalami kondisi ini sejak usia anak-anak atau remaja.

“Kalau kita melihat 10 tahun yang lalu, tahun 2013, prevalensi kita itu hanya 14 persen. Artinya dalam 10 tahun terakhir, kenaikan prevalensi itu hampir mencapai 10 persen dan ini untuk orang dewasa saja, kita belum melihat pada obesitas anak. Padahal kalau kita lihat, apabila obesitas ini terjadi pada usia yang lebih muda, misalkan pada anak-anak itu, resiko obesitas bertahan hingga dewasa itu lebih besar,” ujar Digna Niken Purwaningrum, S.Gz, MPH, Ph.D selaku Ahli Gizi dari PKKMK FKKMK Universitas Gadjah Mada, Rabu (24/9/25). 

Obesitas Jadi Pemicu Munculnya Penyakit Mematikan

Popmama.com/Salsyabila Sukmaningrum

Secara global, lebih dari 890 juta orang dewasa merupakan penderita obesitas dan jika dilihat dari kasus yang terjadi di negara-negara Asia, Indonesia kemungkinan akan mengalami dua kali peningkatan kasus obesitas dibandingkan dengan saat ini. Epidemi obesitas yang semakin mengkhawatirkan ini menjadi perhatian karena kini obesitas menjadi penyakit yang memicu munculnya penyakit serius yang mengancam nyawa.

“Jadi kalau dulu bahasa kami ini, diabetes itu adalah mother of disease. Tapi sekarang kita sepertinya bukan diabetes deh, sepertinya obesitas lah pangkal dari segalanya. Jadi sekarang kita mindsetnya berubah, obesitas is mother of disease,” tegas Dr. dr. Wismandari, Sp. P.D, Subsp. E.M.D. (K) dari Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, Rabu (24/9/25).

Disebutkan juga bahwa obesitas kini menyebabkan inflamasi sistemik dalam seluruh tubuh yang meningkat akibat resistensi insulin dari penumpukan jaringan lemak yang dapat meningkatkan risiko diabetes. Kondisi ini juga dapat meningkatkan risiko hipertensi, sleep apnea, kanker, dan gangguan muskuloskeletal karena obesitas termasuk penyakit kronik yang dibentuk jaringan hormonal, metabolik, dan neurologis yang kompleks.

“Obesitas tidak hanya melulu masalah berat badan, karena obesitas itu adalah berat badan yang berlebih, penumpukan jaringan lemak yang berlebih, yang berpotensi untuk memberikan masalah kesehatan yang kronik dan kompleks,” kata dr. Farid Kurniawan, Sp. PD, PhD dari Himpunan Studi Obesitas Indonesia, Rabu (24/9/25).

Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Obesitas

Unsplash/All Go

Saat bicara soal obesitas, lagi-lagi yang dibicarakan soal kurangnya aktivitas fisik atau makan terlalu banyak. Padahal, obesitas juga bisa dipengaruhi oleh berbagai penyebab dan faktor eksternal.

Dokter Farid menjelaskan bahwa gaya hidup di perkotaan yang tidak sehat dapat memicu obesitas. Ia menyebutkan sebuah studi kasus mahasiswa rural yang pindah ke lingkungan urban mengalami peningkatan berat badan dua kali lipat akibat terpapar gaya hidup tidak sehat.

Selain gaya hidup yang tidak sehat, obesitas juga dapat disebabkan oleh berbagai penyebab yang sebenarnya bisa dideteksi di awal, namun sayangnya tidak terdeteksi karena kurangnya edukasi. Kebanyakan orang tidak pergi ke fasilitas kesehatan saat mengalami obesitas karena dianggap biasa, padahal bisa saja ada penyakit lain yang menyertai.

“Ada beberapa faktor lain yang bisa menjelaskan kenapa orang ini menjadi obesitas, salah satunya adalah tadi sudah disebutkan juga, peran genetik, kemudian peran hormonal, peran psikologis, lingkungan, dan obat-obatan. Jadi ada beberapa hal sebenarnya yang membuat orang menjadi obesitas. Bukan hanya masalah kurang gerak dan kebanyakan makan,” ungkas Dokter Wisma.

Tanggapi Tantangan Obesitas, Pemerintah Hadirkan PNPK di Lingkup Nasional

Popmama.com/Salsyabila Sukmaningrum

Sebelum semakin melonjak, pemerintah mengambil langkah strategis untuk menghadapi tantangan obesitas. Kementerian Kesehatan meluncurkan Pedoman Nasional Pelayanan Klinis (PNPK) pada Mei 2025. 

Program yang telah berlangsung selama hampir empat bulan ini menjadi pedoman penanganan yang jelas dan berbasis bukti. PNPK mencakup diagnosis, pengobatan, hingga tindak lanjut yang kerangkanya membantu dokter dalam menstandarkan pelayanan dan manajemen obesitas di tingkat medis. 

“Kita tentunya bersyukur dan jauh lebih gembira dengan adanya PNPK yang sudah beroperasi ini, sehingga PNPK ini dapat menjadi satu guideline-nya, karena kita sebelumnya tidak punya guideline. Jadi guideline-nya ini bagus dan kita harapkan guideline-nya ini dapat diterapkan di rumah sakit ataupun untuk dokter-dokter yang berpraktek di klinik juga. Karena obesitas ini scope-nya besar, yang tidak bisa hanya di rumah sakit,” kata Dr med, dr. Maya Surjadjaja, Sp. GK, M.Gizi, FAAM dari Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia, Rabu (24/9/25). 

Penerapan PNPK di lapangan sendiri menegaskan tiga pilar utama penanganan, yakni pola makan, aktivitas fisik, dan perubahan gaya hidup (dari terapi farmakologis dan pembedahan bariatrik). Penanganan obesitas dengan PNPK ini juga sudah mulai diterapkan di fasilitas kesehatan pertama dan ditanggung oleh BPJS sehingga diharapkan masyarakat dapat segera memeriksakan kondisinya saat mengalami obesitas. 

Itu dia informasi mengenai kasus obesitas di Indonesia naik drastis memicu ancaman penyakit mematikan di depan mata.

Adanya PNPK ini menjadi langkah serius pemerintah dalam menangani peningkatan kasus obesitas di Indonesia. Dengan ini, berbagai pendekatan yang dilakukan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya memiliki IMT (indeks massa tubuh) yang ideal.

Bukan hanya pengaruhi penampilan, obesitas bisa memicu munculnya penyakit serius jika tidak segera ditangani, Ma!

Editorial Team