Obat Kedua bagi Pasien Covid-19, Ketahui Manfaat dan Cara Kerjanya!

Obat ini direkomendasikan WHO

11 Juli 2021

Obat Kedua bagi Pasien Covid-19, Ketahui Manfaat Cara Kerjanya
Pixabay/Stevepb

Pandemi Covid-19 terus meningkat di seluruh dunia. Di Indonesia saja, kasusnya belum ada tanda-tanda melandai.

Terdapat penambahan 35.099 kasus, dengan total menjadi 2.491.006. Kasus aktif atau pasien positif yang masih membutuhkan perawatan medis menurun. Sebelumnya 8.278 pasien, kini 5.707. Total kasus aktif pasien yang membutuhkan perawatan yaitu 373.440 pasien.

World Health Organization (WHO) menambahkan memberikan tambahan obat untuk pasien Covid-19. Dengan cara itu, diharapkan tingkat kesembuhan terus meningkat.

Apa obat kedua untuk pasien Covid-19? Bagaimana cara kerja dan manfaatnya?

Popmama.com akan merangkumnya untuk kamu!

1. Obat penghambat reseptor Interleukin-6

1. Obat penghambat reseptor Interleukin-6
Freepik/Racool_studio

Obat penghambat reseptor Interleukin-6, masuk dalam daftar obat perawatan pasien Covid-19. Hasil rekomendasi WHO, obat ini dapat menyelamatkan pasien Covid-19.

WHO mengatakan uji coba menunjukkan bahwa pemberian obat ini mengurangi kemungkinan kematian sebesar 13 persen, dibandingkan dengan perawatan standar.

Dengan kata lain, penggunaanya bisa menekan 15 kematian per seribu pasien, atau sekitar 28 kematian lebih sedikit untuk setiap seribu pasien sakit kritis.

Pasien kritis yang memakai ventilator berkurang 28 persen, dibandingkan dengan perawatan standar.

Rekomendasi itu muncul ketika negara-negara di seluruh dunia termasuk Afrika Selatan, Indonesia, dan Bangladesh memerangi gelombang baru virus yang menghancurkan, dipicu oleh varian Delta yang pertama kali muncul di India.

Editors' Pick

2. Fungsi Interleukin-6

2. Fungsi Interleukin-6
Pexels/Polina Tankilevitch

Interleukin 6 (IL-6) adalah sitokin protein yang berfungsi sebagai pembawa pesan yang mengaktifkan sistem kekebalan terhadap invasi asing. Juga dapat membantu melawan penyebaran kanker.

Pemeriksaan ini menganalisis Interleukin-6 dalam konsentrasi serum yang rendah, plasma, atau sampel kultur sel.

3. Tocilizumab

3. Tocilizumab
Freepik/drobotdean

Tocilizumab termasuk ke dalam kategori obat yang disebut antibody monoklokal (mAbs. Obat ini digunakan dalam pengobatan berbagai penyakit termasuk radang sendi dan kanker, dan diproduksi oleh raksasa farmasi Swiss, Roche. Obat itu dijual di bawah merk Actemra.

Actemra ini adalah obat radang sendi. Belum lama ini, Actemra juga baru mendapatkan persetujuan penggunaan darurat dari Administrasi Makanan dan Obat-obatan (FDA) Amerika Serikat.

BIasanya, Tocilizumab digunakan dengan Sarilumab. Kedua obat tersebut bertindak untuk menekan reaksi berlebihan dari pasien Covid-19 yang sudah parah.

Karena biasanya pasien dengan kasus Covid-19 yang sudah parah menderita reaksi berlebihan dari system kekebalan tubuh.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan “obat-obatan ini menawarkan harapan bagi pasien dan keluarga yang menderita dampak buruk dari Covid-19 yang parah dan kritis.”

4. Harganya cukup mahal

Sebagian besar obat antibodi monoklokal (mAbs) terbilang mahal. Jadi obat-obatan tersebut di khawatirkan tidak terjangkau bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah atau menengah.

Dalam dosis 600 mg tocilizumab yang dibutuhkan untuk pasien covid-19, kisaran harganya di beberapa negara, antara lain:

  • US$ 410 (Rp.5,9 juta) di Australia
  • US$  646 (Rp. 9,3 juta) di India
  • US$ 3.625 (Rp. 52.5 juta) di Amerika Serikat
  • US$ 40 (Rp. 579.894) per 400 mg di Jepang

5. Sarilumab

5. Sarilumab
Pexels.com/didsss

Sarilumab, obat antibodi monoklonal (mAbs) kedua yang di rekomendasikan oleh WHO selain tocilizumab. Obat ini diproduksi oleh perusahaan farmasi Amerika Serikat Regeneron dan pembuat obat Prancis Sanofi.

Produk tersebut dipasarkan dengan merk Kevzara. Regeneron telah mengajukan dan mendapat paten atas sarilumab dan formulasinya, di setidaknya 50 negara berpenghasilan rendah dan menengah, menurut MSF.

WHO juga meminta produsen untuk mengurangi harga obat, menerima perjanjian lisensi non-eksklusif yang transparan atau mengabaikan hak eksklusivitas. 

Kedua obat Covid-19 yang telah direkomendasikan oleh WHO tersebut berdasarkan analisis data dari lebih 10.000 pasien yang terlibat dalam 27 uji klinis.

Dengan adanya obat kedua untuk pasien Covid-19 diharapkan harapan untuk smebuh terus meningkat, juga angka kesembuhan ikut bertambah.

Baca juga:

The Latest