- Maltofer Obat Tetes: untuk anak < 1 tahun
- Maltofer Sirup: untuk anak > 1 tahun
- Maltofer Tablet Kunyah: untuk remaja dan dewasa
- Maltofer Fol Tablet Kunyah: untuk ibu hamil.
Pentingnya #ZatBesiPasBekerjaCerdas, Bantu Tumbuh Kembang Si Kecil

Selamat Hari Ibu untuk Mama-Mama hebat di luar sana! Dalam rangka merayakan momen Hari Ibu, Popmama.com menggelar acara Popmama Mother’s Day 2025 sebagai bentuk apresiasi untuk seluruh Mama hebat.
Mengusung tema “Supporting Mama in Raising the Alpha and Beta Generations”, acara yang diselenggarakan di The Plaza, IDN HQ, Jakarta Selatan, pada Sabtu, (20/12/2025) ini menghadirkan 120 Mama yang tergabung dalam Popmama Community. Kebayang ‘kan serunya kayak apa?
Apalagi saat sesi talkshow “Stop Kesulitan dalam Belajar! Cukup Zat Besi, Anak Tumbuh Cerdas” bersama dokter spesialis anak, dr. Reza Fahlevi, Sp.A(K), dan Aditiya M. Sobari selaku Senior Brand Manager Combiphar.
Wah, Mama-Mama di The Plaza auto heboh dan super antusias! Banyak insight penting dibagikan, mulai dari kenapa zat besi jadi nutrisi kunci untuk fokus dan kecerdasan anak, sampai pentingnya memilih zat besi yang pas dan bekerja cerdas di dalam tubuh.
Lewat semangat kampanye Maltofer #ZatBesiPasBekerjaCerdas, sesi ini mengajak Mama untuk lebih aware bahwa dukungan kecil dari nutrisi yang tepat bisa berdampak besar untuk proses belajar dan tumbuh kembang si Kecil. Penasaran sama keseruannya? Scroll artikel ini sampai akhir, Ma!
1. Pentingnya zat besi untuk tumbuh kembang si Kecil

Layaknya nutrisi lainnya, zat besi termasuk asupan yang penting untuk mendukung tumbuh kembang anak, Ma. Zat besi bukan hanya berfungsi untuk mencegah anemia, tapi juga berpengaruh besar pada nafsu makan, daya fokus, hingga kecerdasan anak.
Dokter Reza memaparkan, pemenuhan zat besi yang cukup menjadi salah satu kunci agar anak bisa tumbuh optimal, terutama di masa golden period, yaitu sejak kehamilan hingga anak berusia dua tahun.
Pada periode ini, sekitar 70–80 persen perkembangan otak terjadi, dan akan mencapai hampir 90 persen saat anak berusia lima tahun.
Jika pada fase krusial ini kebutuhan zat besi tidak terpenuhi, aliran oksigen dan nutrisi ke otak bisa terganggu, sehingga perkembangan kognitif pada anak pun menjadi tidak optimal.
Masalah kekurangan zat besi juga bisa menjadi siklus yang berulang antargenerasi lho, Ma. Ibu yang mengalami anemia saat hamil berisiko melahirkan anak dengan kondisi serupa.
Anak perempuan tersebut kemudian tumbuh, mengalami menstruasi, kembali berisiko anemia, hingga akhirnya hamil dan mengulang siklus yang sama.
Oleh karena itu, penting untuk memutus rantai anemia sejak dini, dimulai dari ibu hamil hingga anak-anak, terutama pada balita.
2. Dampak anak kekurangan zat besi saat memasuki usia sekolah

Dokter Reza juga menjelaskan tentang dampak kekurangan zat besi yang bisa terlihat jelas di setiap tahapan usia anak. Pada balita dan anak di bawah lima tahun, gangguan ini dapat memengaruhi perkembangan otak, motorik, dan membuat anak terlihat lebih lesu.
Saat memasuki usia sekolah, gejalanya mulai tampak dari sulit fokus, mudah bengong, dan kurang aktif di kelas. Pada saat memasuki usia remaja, terutama pada anak perempuan yang sudah menstruasi, kebutuhan zat besi kembali meningkat. Tak jarang, remaja yang terlihat sehat dan cukup asupan gizinya pun kerap mengalami anemia.
“Meski zat besi bisa didapatkan dari makanan sehari-hari, namun secara praktik sering kali sulit untuk terpenuhi. Sebagai contoh, balita membutuhkan sekitar 100 gram hati per hari untuk memenuhi kebutuhan zat besinya, jumlah yang tentu tidak mudah dikonsumsi anak setiap hari. Oleh sebab itu, selain asupan makanan bergizi, suplementasi zat besi juga kerap dibutuhkan,” ujar dokter Reza.
3. Tanda anak kekurangan zat besi, wajib waspada, Ma!

Anak yang kekurangan zat besi seringkali tak langsung disadari oleh orangtua. Inilah kenapa kekurangan zat besi sering disebut sebagai silent disease, karena gejalanya yang samar atau bahkan tidak terasa sama sekali. Dokter Reza juga menyebutkan beberapa tanda anak yang kekurangan zat besi.
“Anak terlihat lebih pucat, baik di wajah, bibir, telapak tangan, maupun di bagian dalam mata. Anak juga bisa tampak lebih lemas, kurang aktif, dan sulit fokus. Pada balita, ada gejala unik yang cukup sering muncul, seperti kebiasaan menjilat atau mengunyah benda-benda yang bukan makanan, misalnya rambut atau pasir. Hal ini terjadi karena tubuh secara alami ‘mencari’ sumber zat besi,” jelasnya.
Pada kondisi tertentu, perubahan juga bisa terlihat pada kuku yang tampak cekung seperti sendok, serta permukaan lidah yang menjadi lebih halus.
Dampaknya, nafsu makan anak bisa menurun, berat badan sulit naik, dan akhirnya memengaruhi tumbuh kembang anak secara keseluruhan.
Gejala ini tak selalu muncul sekaligus, bisa hanya satu atau beberapa saja, tergantung tingkat kekurangan zat besi yang dialami anak. Wah, Mama wajib waspada, nih!
4. Pilih zat besi yang pas dan bekerja cerdas untuk kebutuhan Mama dan si Kecil

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan suplementasi zat besi sejak usia dini. Pemberian suplemen ini merupakan upaya preventif agar kebutuhan zat besi terpenuhi sejak dini dan tumbuh kembang anak tetap optimal.
Saat memilih suplemen zat besi, yang perlu diperhatikan bukan hanya kandungannya, tapi juga jenis zat besi yang digunakan. Zat besi yang ‘pas’, idealnya mudah diserap tubuh, nyaman dikonsumsi oleh anak maupun Mama, serta minim efek samping.

Mama dapat memilih zat besi yang bisa ‘bekerja cerdas’ di dalam tubuh dan diserap terkendali sesuai kebutuhan, tanpa menimbulkan rasa tidak nyaman.
Seperti suplemen zat besi dari Maltofer yang menggunakan Iron Polymaltose Complex (IPC), yaitu jenis zat besi ‘unik’ yang melepaskan besi yang pas, terkendali, dan sesuai kebutuhan, sehingga tidak terjadi penumpukan besi.
“Maltofer berupaya membantu masyarakat Indonesia menjaga kesehatan dengan solusi zat besi yang efektif atasi kurang darah yang nyaman dikonsumsi. Maltofer dengan Iron Polymaltose Complex (IPC) cegah perusakan cerna dan membantu meminimalkan efek samping seperti mual, diare maupun konstipasi yang sering terjadi pada zat besi lainnya (Fe²⁺),” ujar Aditiya M. Sobari, Senior Brand Manager Combiphar.
Selain itu, penyerapan IPC terkendali sesuai kebutuhan tubuh dan tetap aman dikonsumsi bersama makanan, minuman ataupun obat-obatan. Rasanya juga enak, Mama dan si Kecil pasti suka!
5. Yuk, Ma, cukupi kebutuhan zat besi Mama dan si Kecil dengan Maltofer!

Maltofer hadir sebagai salah satu pilihan yang bisa digunakan oleh berbagai kelompok usia, mulai dari remaja dan wanita aktif untuk membantu menjaga energi, terutama saat menstruasi, hingga anak-anak untuk mendukung tumbuh kembangnya.

Maltofer efektif atasi kurang darah karena defisiensi zat besi, dengan atau tanpa anemia. Beberapa produk zat besi Maltofer yang bisa Mama coba di antaranya:
Dengan pemilihan zat besi yang pas, pemenuhan zat besi bisa dilakukan secara lebih konsisten dan efektif dalam mendukung aktivitas sehari-hari serta kesehatan jangka panjang.
Yuk, Ma, dukung tumbuh kembang si Kecil dengan #ZatBesiPasBekerjaCerdas dari Maltofer! (WEB/AMS)






-KrmeYRfTBzmwlUuKpLNohpYo9nuBzpVB.png)











