- Menteri Urusan Dalam Negeri dan Komunikasi (2014–2017, 2020–2021)
- Menteri Sains dan Teknologi
- Ketua Komite Keamanan Publik Nasional
- Ketua Divisi Kebijakan LDP
- Ketua Komite Digitalisasi Pemerintahan Jepang
Siapa Sanae Takaichi yang Memenangkan Kursi Perdana Menteri Jepang?

- Sanae Takaichi memenangkan kursi Perdana Menteri Jepang pada Oktober 2025, menjadikannya perempuan pertama yang memimpin Jepang.
- Takaichi memiliki latar belakang politik yang kuat dengan lebih dari 30 tahun karier di parlemen dan dikenal sebagai "Iron Lady Jepang."
- Ideologi Takaichi mencakup pandangan nasionalis konservatif, dukungan terhadap inovasi teknologi, namun menolak legalisasi pernikahan sesama jenis.
Sosok Perempuan yang tengah mendapat sorotan berasal dari Jepang. Nama Sanae Takaichi kini menjadi sorotan dunia setelah resmi memenangkan kursi Perdana Menteri Jepang pada Oktober 2025.
Ia terpilih sebagai pemimpin Partai Liberal Demokrat (LDP), partai berkuasa di Jepang, dan dilantik sebagai Perdana Menteri Jepang ke-102.
Kemenangannya menjadi sejarah baru untuk pertama kalinya dalam sejarah modern, Jepang dipimpin oleh seorang perempuan. Langkah ini menandai era baru dalam politik Negeri Sakura yang selama ini dikenal konservatif dan patriarkis.
Daripada Mama bertanya-tanya, berikut Popmama.com akan membahas tentang siapa Sanae Takaichi yang memenangkan kursi perdana menteri Jepang?. Yuk simak penjelasan berikut ini.
Latar Belakang: Dari Drummer Heavy Metal ke Dunia Politik

Dilansir dari IDN Times, Sanae Takaichi lahir di Prefektur Nara pada 7 Maret 1961. Ia berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya bekerja sebagai pegawai negeri dan ibunya seorang guru sekolah dasar.
Sejak kecil, Takaichi dikenal memiliki kepribadian kuat dan perfeksionis. Masa remajanya cukup unik. Saat kuliah di Kobe University, jurusan Ilmu Politik, Takaichi sempat menjadi drummer di band heavy metal kampusnya.
Ia kerap tampil di acara mahasiswa dengan gaya energik dan berani. Dalam wawancara lamanya, ia pernah berkata bahwa bermain musik membuatnya belajar disiplin dan percaya diri di depan banyak orang, bekal penting saat terjun ke dunia politik.
Setelah lulus, Takaichi sempat bekerja di perusahaan elektronik, lalu melanjutkan magang di Kongres Amerika Serikat, tempat ia mempelajari sistem pemerintahan dan cara politisi perempuan Amerika membangun karier di dunia yang didominasi pria.
Pengalaman itu menjadi titik balik dalam hidupnya. Ia pulang ke Jepang dengan tekad untuk membuka jalan bagi perempuan lain dalam politik, yang saat itu masih minim keterwakilan. Pada 1993, ia memberanikan diri mencalonkan diri sebagai anggota parlemen.
Perjalanan itu tidak mudah, ia sempat kalah dua kali sebelum akhirnya menang dan resmi duduk di Dewan Perwakilan Rakyat Jepang (Diet). Sejak saat itu, karir politiknya terus menanjak.
Rekam Jejak Politik: Tiga Dekade Konsisten di Pemerintahan

Menurut laporan The Japan Times, Takaichi adalah salah satu politisi perempuan paling berpengalaman di Jepang, dengan lebih dari 30 tahun karier di parlemen.
Ia bergabung dengan Liberal Democratic Party (LDP) dan dikenal dekat dengan mendiang Shinzo Abe, yang menjadi mentor sekaligus pendukung kuatnya.
Selama tiga dekade, Takaichi telah memegang banyak posisi penting, di antaranya:
Dikutip dari Reuters, Takaichi dikenal sebagai sosok tegas, efisien, dan berani mengambil keputusan sulit. Ia dijuluki “Iron Lady Jepang” karena keteguhannya dalam menghadapi tekanan politik.
Ia juga salah satu dari sedikit politisi perempuan yang menolak tunduk pada norma tradisional Jepang yang cenderung menempatkan perempuan di posisi sekunder.
Di sisi lain, Nikkei Asia menyoroti kiprahnya dalam mendorong kebijakan digitalisasi dan keamanan siber. Ia fokus pada bidang ini untuk menjadi salah satu targetnya.
Saat menjabat Menteri Komunikasi, Takaichi memperjuangkan perlindungan data pribadi dan memperkuat jaringan digital nasional Jepang, langkah yang kala itu masih jarang di Asia Timur.
Pandangan Politik dan Ideologi

Sebenatnya, bagaimana sih pandangan politik dan ideologinya? Menurut CSIS (Center for Strategic and International Studies), Takaichi menganut pandangan nasionalis konservatif.
Ia mendukung perubahan konstitusi agar Jepang memiliki angkatan militer yang lebih aktif, terutama di tengah ketegangan geopolitik dengan Tiongkok dan Korea Utara.
Meski demikian, Takaichi tidak sepenuhnya kaku. Dalam bidang ekonomi, ia mendukung kebijakan pro-bisnis dan inovasi teknologi, serta berencana memperluas investasi pada kecerdasan buatan, energi terbarukan, dan kendaraan listrik.
Dalam pidato pelantikannya, ia mengatakan bahwa
“Jepang harus kuat secara ekonomi, tetapi juga berakar pada nilai-nilai moral dan budaya yang membentuk bangsa ini.”
Namun di bidang sosial, Takaichi tetap konservatif. Ia menolak legalisasi pernikahan sesama jenis, tetapi mendorong kebijakan yang mendukung keluarga muda, kesejahteraan anak, dan peningkatan angka kelahiran.
Dampak Bagi Dunia dan Indonesia

Analisis dari Lowy Institute menyebut bahwa kepemimpinan Takaichi akan memperkuat peran Jepang sebagai kekuatan strategis di Asia.
Ia kemungkinan besar akan melanjutkan kerja sama erat dengan Amerika Serikat melalui aliansi Quad (Jepang, AS, Australia, India) untuk menjaga stabilitas Indo-Pasifik.
Selain itu, Jepang di bawah Takaichi juga akan fokus memperluas kemitraan dengan negara-negara ASEAN, terutama Indonesia.
Dalam laporan Reuters, Takaichi menilai Asia Tenggara memiliki potensi besar sebagai pusat pertumbuhan ekonomi hijau dan teknologi masa depan.
Indonesia sendiri menjadi salah satu mitra utama Jepang di bidang otomotif, infrastruktur, dan transisi energi. Dengan kebijakan ekonomi Takaichi yang berorientasi pada inovasi, kerja sama kedua negara diperkirakan akan meningkat di bidang:
- Industri kendaraan listrik dan baterai,
- Transfer teknologi digital dan energi bersih,
- Pendidikan vokasi dan pelatihan tenaga kerja industri,
- Serta pengembangan infrastruktur berkelanjutan.
Pengamat menilai hubungan Tokyo–Jakarta akan semakin strategis karena keduanya sama-sama berkomitmen pada stabilitas kawasan dan ekonomi ramah lingkungan.
Kisah yang inspiratif ya, Ma! Itulah informasi tentang siapa Sanae Takaichi yang memenangkan kursi perdana menteri Jepang?.
Dari seorang mahasiswa drummer heavy metal hingga menjadi perdana menteri perempuan pertama Jepang, perjalanan Sanae Takaichi menggambarkan perubahan zaman dan semangat pantang menyerah.
Ia bukan hanya simbol kesetaraan gender, tapi juga bukti bahwa disiplin, pengalaman, dan keberanian bisa menembus batas tradisi.
Kepemimpinannya akan menjadi ujian penting bagi Jepang: apakah negara dengan tradisi kuat ini siap menghadapi masa depan yang lebih terbuka dan modern di bawah tangan “Iron Lady”-nya sendiri.



















