Apa Itu Kamasutra Jawa?

Dalam budaya Jawa, ada tradisi kuno yang berperan penting dalam mempersiapkan calon pengantin laki-laki menghadapi kehidupan rumah tangga. Tradisi ini menonjolkan pendidikan dan nilai-nilai yang terkait dengan hubungan suami-istri serta penghormatan terhadap pasangan.
Tradisi tersebut diangkat ke layar lebar melalui film berjudul Gowok: Kamasutra Jawa, yang resmi tayang pada 5 Juni 2025. Film ini mengisahkan perjalanan seorang perempuan yang menjadi guru dalam tradisi tersebut dan menyoroti konflik emosional serta sosial terkait pendidikan seks dan peran perempuan dalam budaya Jawa.
Nah, dalam artikel ini Popmama.com telah merangkum beberapa informasi yang dapat menjawab pertanyaan "Apa itu Kamasutra Jawa?" secara lebih detail.
Yuk, disimak informasinya!
Apa Itu Kamasutra?

Kama Sutra berasal dari bahasa Sanskerta, terdiri dari kata "kama" yang berarti hasrat estetik dan sensual, serta "sutra" yang berarti jalur atau pedoman. Dalam ajaran Hindu, kama adalah salah satu dari empat tujuan hidup, bersama dengan artha (kekayaan), dharma (kebenaran), dan moksha (pembebasan).
Berbeda dari pandangan agama lain yang menganggap seks sebagai tabu, Hindu melihatnya sebagai bagian sakral dari kehidupan. Meski membahas seks, Kama Sutra tetap menempatkannya dalam konteks spiritual dan penuh penghormatan.
Teks kuno ini ditulis oleh Vātsyāyana Mallanaga antara tahun 400–200 SM, dan merupakan ringkasan dari karya yang lebih tua bernama Kamashastra. Dikarenakan bahasanya yang kompleks, bahkan terjemahan dari ahli seperti Sir Richard Burton dan Bhagwan Lal Indraji masih terasa sulit dipahami.
Kama Sutra bukan hanya soal posisi bercinta, tetapi juga seni membangun keintiman lewat percakapan, puisi, hingga hal-hal sederhana seperti memasak. Ia mengajarkan perempuan untuk menjadi istri yang cerdas dan peka, serta laki-laki untuk memahami sifat dan kebutuhan pasangan secara mendalam.
Kamasutra dalam Budaya Jawa Kuno

Dalam budaya Jawa, ajaran yang setara dengan Kamasutra dikenal dengan nama Asmaragama, yang berarti ajaran tentang cinta yang harus diikuti. Asmaragama lebih menekankan nilai cinta, etika, dan kesucian dalam hubungan seksual daripada hanya aspek teknik semata.
Ajaran ini tercermin dalam naskah-naskah kuno seperti Serat Centhini dan Serat Nitisastra yang memandang seks sebagai bagian dari perjalanan spiritual serta kehidupan yang harmonis. Seksualitas dianggap suci dan bertujuan untuk menciptakan keturunan berkepribadian mulia serta menjaga keseimbangan hidup.
Selain teknik, Asmaragama mengajarkan tahapan dalam hubungan suami istri seperti membangun cinta, saling menghormati, komunikasi, dan pentingnya persiapan spiritual serta kebersihan. Hal ini menunjukkan bahwa seks dalam budaya Jawa selalu terkait dengan tata krama, moral, dan keseimbangan batin.
Tradisi Gowok, Pendidikan Seksual Pranikah Jawa

Tradisi gowok adalah tradisi pendidikan seksual unik di Jawa yang muncul sejak abad ke-15, di mana seorang perempuan dewasa mengajarkan calon pengantin laki-laki tentang seni memuaskan pasangan secara praktis. Gowok tidak hanya mengajarkan teknik bercinta, tetapi juga cara memahami dan menghormati pasangan.
Para laki-laki Jawa dulu rutin belajar kepada gowok sebelum menikah, sebagai bentuk pendidikan seks yang sudah ada jauh sebelum konsep modern. Tradisi ini dilaksanakan secara terbuka dan terstruktur, membuktikan adanya pemahaman seksual yang matang dalam masyarakat Jawa.
Peran gowok juga berfungsi sebagai bentuk dekonstruksi patriarki karena perempuan memegang peran edukasi seksual. Hal ini membuka ruang diskusi tentang seksualitas yang selama ini dianggap tabu dan menegaskan pentingnya kepuasan perempuan dalam hubungan.
Serat dan Kitab Seksualitas Jawa, Edukasi Seks yang Komprehensif

Budaya Jawa memiliki berbagai kitab kuno seperti Serat Centhini dan Serat Susila Sanggama yang membahas seksualitas secara mendalam, tidak hanya soal teknik bercinta tetapi juga aspek psikologis dan kesehatan. Kitab-kitab ini melengkapi pemahaman tentang kehidupan rumah tangga dengan filosofi dan ilmu pengetahuan luas.
Serat Centhini dianggap lebih lengkap dibanding Kamasutra India karena membahas seks, pengobatan, kalender, dan resep tradisional sebagai bagian dari pengetahuan hidup yang utuh.
Dalam kitab ini, pembelajaran seks mencakup cara memuaskan pasangan, tanda orgasme, dan waktu yang tepat untuk berhubungan intim.
Serat Susila Sanggama yang ditulis awal abad ke-20, menekankan edukasi seks bagi pasangan muda dengan bahasa sopan dan fokus pada moral serta kesehatan reproduksi. Ini membuktikan bahwa masyarakat Jawa telah lama sadar pentingnya pendidikan seks yang sehat dan bertanggung jawab.
Itulah rangkuman dari beberapa informasi terkait "Apa itu Kamasutra Jawa?". Semoga informasi di atas dapat menjawab pertanyaannya ya, Ma.