Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Apakah Orang yang Berselingkuh Bisa Berubah? Ini Kata Psikolog

Pexels/Keira Burton
Pexels/Keira Burton
Intinya sih...
  • Orang yang berselingkuh bisa sembuh dengan mengakui kesalahan tanpa defensif
  • Motivasi internal untuk berubah penting agar perubahan bersifat tulus dan efektif
  • Sesi terapi pasangan membantu memperbaiki komunikasi dan mencegah perselingkuhan berulang
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Perselingkuhan sering kali meninggalkan luka yang dalam bagi pasangan, membuat kepercayaan runtuh dan hubungan terasa tak lagi sama. 

Namun, di balik rasa kecewa dan amarah yang muncul, banyak orang diam-diam memendam satu pertanyaan besar mengenai pengalaman emosional pahit itu.

Apakah orang yang pernah berselingkuh bisa benar-benar sembuh dan berubah?

Pertanyaan ini wajar muncul, terutama ketika hubungan masih ingin diperjuangkan. Sebab, memahami apakah perilaku selingkuh dapat dihentikan bukan hanya soal memberi kesempatan kedua, tetapi juga tentang keamanan emosional bagi diri sendiri. 

Untuk menjawabnya pertanyaan tersebut, berikut Popmama.com siap membahasnya berdasarkan penjelasan dari Psikolog. 

1. Bisa sembuh, namun harus mampu mengakui kesalahan tanpa bersikap defensif

ilustrasi pasangan bertengkar
Freepik

Pada dasarnya, seseorang yang pernah berselingkuh sebenarnya bisa sembuh, tetapi ada beberapa syarat penting yang harus dipenuhi. Syarat pertama adalah kemampuan untuk mengakui kesalahan tanpa bersikap defensif. 

Banyak orang mengaku bersalah, tetapi masih menyelipkan kalimat pembelaan yang justru mengalihkan tanggung jawab kepada pasangan. Padahal, pengakuan yang sehat harus datang dari kesadaran penuh dari sang pelaku, bukan justru menyalahkan korban. 

“Bisa sembuh, tapi harus memenuhi beberapa syarat,” kata Dya Adis Putri Rahmadanti, M.Psi, Psikolog, C.Ht, Psikolog klinis & Hipnoterapis Audentia Mind Medcare, saat diwawancarai dalam sesi Popmama Talk edisi Desember 2025. 

“Yang pertama, dia bisa mengakui kesalahan yang dia lakukan tanpa defensif. Defensif itu misalnya: “Iya aku salah, aku selingkuh, tapi kamu kan begini-begini…” Itu termasuk defensif. Harusnya: “Iya aku salah, ini nggak harusnya aku lakukan, dan dampaknya seperti ini,” tanpa menyalahkan pasangan,” lanjutnya

2. Harus ada motivasi dari dalam diri untuk benar-benar bisa berubah

energi habis meski tidak bertengkar dengan pasangan
pexels/RDNE Stock project

Syarat kedua yakni adanya motivasi internal untuk berubah. Motivasi ini harus datang dari keinginan pribadi untuk memperbaiki diri dan hubungan, bukan sekadar takut ditinggalkan.

Ketika alasan berubah hanya karena takut kehilangan pasangan, maka perubahan yang terjadi biasanya bersifat sementara dan tidak menyentuh akar masalah.

Sebaliknya, motivasi yang tulus justru lahir dari kesadaran bahwa perilaku selingkuh membawa dampak buruk, baik untuk diri sendiri maupun hubungan.

Ketika seseorang benar-benar ingin memperbaiki kualitas dirinya, proses pemulihan akan jauh lebih efektif. Sikap inilah yang menjadi pondasi untuk membangun hubungan lebih sehat ke depannya.

“Yang kedua, adanya motivasi dalam diri untuk berubah. Motivasi ini harus dari kesadaran sendiri, memperbaiki hubungan dengan pasangannya baik-baik aja, bukan hanya karena takut ditinggal. Dua hal itu berbeda,” ungkap Dya Adis Putri Rahmadanti, M.Psi, Psikolog, C.Ht.

3. Mengikuti sesi terapi bersama pasangan agar ‘sembuh’ optimal

ilustrasi konsultasi atau terapi pasangan (pexels.com/Polina Zimmerman)
pexels/Polina Zimmerman

Pada dasarnya, terapi pasangan tidak hanya membantu memperbaiki komunikasi, tetapi juga menjadi ruang aman untuk mempelajari keterampilan penting seperti emotional regulation dan boundary setting. 

Dua hal ini sangat berpengaruh dalam mencegah perselingkuhan berulang. Melalui terapi, pasangan bisa memahami dinamika hubungan mereka secara lebih mendalam.

Mereka juga dapat belajar melihat pola perilaku yang selama ini mungkin tidak disadari. Dengan begitu, proses pemulihan berjalan lebih terarah dan memiliki kesempatan lebih besar untuk berhasil menghilangkan perilaku selingkuh. 

“Kemudian, mau melakukan sesi terapi, misalnya terapi pasangan. Nanti akan belajar emotional regulation, boundary setting, supaya perselingkuhan nggak terulang lagi,” jelas Dya Adis Putri Rahmadanti, M.Psi, Psikolog, C.Ht.

“Dan yang terakhir, tidak menyalahkan pasangannya. Kalau syarat itu dipenuhi, bisa berubah. Tapi kalau defensif dan tidak ada perubahan perilaku, agak susah untuk berubah,” pungkasnya. 

Demikian pembahasan mengenai apakah orang yang berselingkuh bisa sembuh menurut pandangan psikolog. Pada akhirnya, perubahan memang membutuhkan komitmen, keberanian, dan kesediaan untuk melihat ke dalam diri sendiri.

POPMAMA TALK Desember 2025 - Dya Adis Putri Rahmadanti, M.Psi, Psikolog, C.Ht

Psikolog klinis & Hipnoterapis Audentia Mind Medcare

Senior Editor - Novy Agrina    

Editor - Onic Metheany & Denisa Permataningtias  

Content Writer - Putri Syifa Nurfadilah & Sania Chandra Nurfitriana    

Script - Sania Chandra Nurfitriana    

Social Media - Irma Erdiyanti  

Photographer - Hari Firmanto

Videographer - Hari Firmanto

Video Editor - Hari Firmanto

Design - Aristika Medinasari

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Putri Syifa N
EditorPutri Syifa N
Follow Us

Latest in Life

See More

Sabet 43 Medali, Indonesia Sementara Peringkat 2 di SEA Games 2025

15 Des 2025, 12:33 WIBLife