Doa Ali bin Abi Thalib saat Jatuh Cinta pada Fatimah

Yaa Allah..
Kau tahu..

Hati ini terikat suka akan indahnya seorang insan ciptaanMu.
Tapi aku takut, cinta yang belum waktunya menjadi penghalang ku mencium surgaMu.
Berikan aku kekuatan menjaga cinta ini, sampai tiba waktunya, andaikan Engkau pun mempertemukan aku dengannya kelak.

Berikan aku kekuatan melupakannya sejenak.
Bukan karena aku tak mencintainya.
Justru karena aku sangat mencintainya.

Inilah cinta, ia menentramkan, bukan menggelisahkan.
Iya mendekatkan diri pada Tuhan, bukan menjauhkan.
Siapapun ingin memiliki cinta seperti ini.

Akupun begitu.

Di balik doa yang dipanjatkan oleh Ali, ternyata Fatimah Az-Zahra adalah seorang putri dari Rasulullah SAW. Ali pertama kali jatuh cinta pada perempuan tersebut pada saat lukanya dibalut setelah berperang.

Semenjak kejadian itu, dirinya bertekad untuk melamar Fatimah. Meskipun Ali sahabat Rasulullah SAW, ia merasa malu dan memutuskan untuk menitipkan doa atas rasa cintanya tersebut.

Ali menyukai Fatimah karena melihat segala keindahan dari dalam diri perempuan tersebut. Kendalanya adalah perasaan rendah diri, dan kemampuan ekonomi yang belum cukup memumpuni untuk meminang sosok yang ia cintai.

Fatimah Az Zahra dikenal sebagai putri Rasulullah SAW yang sangat taat kepada Allah SWT dan kedua orangtuanya. Banyak kemiripan yang ditemukan dari Fatimah dengan papanya, dan hal itu membuat dirinya menjadi sosok mulia di umurnya yang belia.

Sedangkan Ali bin Abi Thalib adalah anak asuh Rasulullah SAW sejak ia berusia 6 tahun. Rasulullah SAW membimbing Ali bersama istrinya dengan penuh kasih sayang, dan tidak membeda-bedakan dengan anak kandungnya.

Semasa kecil, Ali dan Fatimah banyak menghabiskan waktu bermain mereka bersama-sama. Hingga pada akhirnya Ali pun mengetahui banyak hal tentang Fatimah.

Sebagai seorang putri dari sosok yang begitu dimuliakan, tentu Fatimah memantik perhatian banyak orang. Tidak sedikit laki-laki yang jatuh cinta bahkan ingin menyunting Fatimah sebagai istri mereka. 

Pada saat Ali sedang memantaskan dirinya untuk melamar Fatimah, secara tiba-tiba tersebar kabar bahwa perempuan yang ia cintai akan dilamar oleh Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Abdurrahman bin Auf, dan Usman bin Affan. Kabar tersebut sontak menyayat hati Ali, dan munculah rasa yang ia sendiri pun tidak mengerti.

Dengan beredarnya kabar lamaran tersebut, Ali merasa dirinya sedang diuji, karena dari segi finansial mereka adalah saudagar kaya yang mampu memenuhi seluruh kebutuhan hidup Fatimah.

Sedangkan Ali hanya seorang pemuda yang berasal dari keluarga kurang mampu. Melihat perbandingan yang sangat jauh itu, Ali pun ikhlas apabila Fatimah akan melabuhkan hatinya pada salah satu laki-laki tersebut. Walau ia tak mampu membohongi perasaannya.

Namun ternyata, lamaran Abu Bakar ditolak oleh Fatimah dan Rasulullah SAW. Hal tersebut berhasil menumbuhkan kembali harapan Ali untuk bisa bersama dengan perempuan yang ia cintai.

Setelah mengetahui Fatimah dan papanya menolak empat orang laki-laki yang datang melamar, Ali bin Abi Thalib pun memberanikan diri untuk menemui Rasulullah SAW dan menyampaikan maksud hatinya.

Tak disangka-sangka ternyata lamaran Ali pada Fatimah diterima, bahkan Rasulullah SAW pun tampaknya sudah tahu bahwa Ali memendam perasaan cinta kepada putrinya sedari lama.

Ali yang berasal dari keluarga miskin hanya diminta oleh Rasulullah SAW untuk menggadaikan baju besinya sebagai mahar pernikahan dengan Fatimah.

Rasulullah SAW juga menyampaikan bahwa Ali wajib berbahagia atas pernikahannya, karena sesungguhnya takdir dari Allah SWT yang menyatukan cinta mereka.

Setelah Ali bin Abi Thalib dan Fatimah sah menjadi pasangan suami istri, di malam harinya terjadi percakapan yang begitu menggetarkan dari Fatimah. 

"Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu, aku pernah satu kali merasa jatuh cinta kepada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya," ucap Fatimah.

Mendengar ucapan tersebut, Ali pun bertanya mengapa Fatimah tak mau menikah dengannya, dan apakah ia menyesal menikah dengan Ali.

Sambil tersenyum Fatimah pun menjawab, "Pemuda itu adalah dirimu."

Meskipun mereka hidup dengan penuh kekurangan, ternyata Ali dan Fatimah mampu menghadapi semuanya dengan bahagia. Fatimah menjadi seorang istri yang tulus dan setia, begitu juga dengan Ali yang bertanggung jawab sebagai kepala rumah tangga.

Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai dua orang anak yaitu Hassan dan Husain.

Nah Ma, itulah doa Ali bin Abi Thalib saat jatuh cinta pada Fatimah. Semoga ada hikmah yang bisa dipetik untuk kehidupan rumah tangga bersama pasangan, ya.