10 Film Indonesia Bertema Keluarga Tahun 2025 Paling Mencuri Perhatian

- Film Indonesia bertema keluarga tahun 2025 paling mencuri perhatian ada 1 Kakak 7 Ponakan, Perayaan Mati Rasa, dan Jumbo.
- Kemudian ada Rumah untuk Alie, Mungkin Kita Perlu Waktu, dan Cocote Tonggo.
- Ada juga film Keluarga Super Irit, GJLS: Ibuku Ibu-Ibu, Jodoh 3 Bujang, dan Panggil Aku Ayah yang mencuri perhatian publik di tahun ini.
Di tengah gempuran film tema horor atau laga, film Indonesia dengan tema keluarga tengah mengalami tingkat yang signifikan sejak tahun-tahun kemarin. Bukan hanya kisahnya yang bisa menghibur para penonton, tetapi juga memiliki makna yang mendalam, menyentuh, bahkan banyak yang merasa relate.
Pantas saja banyak yang tertarik menonton film dengan tema tersebut. Di tahun 2025 pun banyak film keluarga yang mencuri perhatian publik dengan mengangkat tema-tema yang terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari, mulai dari perjuangan orang tua, dinamika persaudaraan yang rumit, hingga konflik batin dalam mempertahankan keutuhan rumah tangga.
Namun, apa saja filmnya, ya? Berikut Popmama.com telah merangkum film Indonesia bertema keluarga tahun 2025 paling mencuri perhatian.
Yuk, scroll sampai bawah!
Deretan Film Indonesia Bertema Keluarga Tahun 2025 Paling Mencuri Perhatian
1. 1 Kakak 7 Ponakan

Film pertama bertema keluarga ada 1 Kakak 7 Ponakan. Film ini mengisahkan tentang Moko, seorang arsitek muda yang kehidupannya mendadak berubah drastis ketika ia harus mengambil tanggung jawab sebagai wali bagi tujuh keponakannya. Situasi itu harus dilalui karena kakak-kakaknya meninggal dunia tak lama setelah Moko sidang skripsi.
Tujuh keponakan ini memiliki karakter dan persoalan yang beragam, mulai dari anak balita yang sangat memerlukan kasih sayang dan perhatian ekstra, hingga remaja yang sedang menghadapi fase pencarian identitas diri.
Secara keseluruhan, alur cerita berfokus pada perjuangan, tantangan, dan kesulitan yang harus dihadapi Moko saat ia berusaha menjalankan peran barunya sebagai figur papa sekaligus mama tunggal.
2. Perayaan Mati Rasa

Kemudian, ada film berjudul Perayaan Mati Rasa yang berfokus pada eksplorasi tema kehilangan, penerimaan, dan kekuatan keluarga.
Adapun kisahnya mengikuti kehidupan dua kakak beradik, Ian Antono dan Uta Antono, yang memiliki jalur hidup yang sangat kontras. Ian, sebagai anak sulung, mengejar impian menjadi musisi sukses bersama bandnya, Midnight Serenade, tetapi sering merasa terbebani karena dibandingkan dengan adiknya.
Sebaliknya, Uta mendapatkan lebih banyak perhatian dan pengakuan dari orangtuanya berkat kesuksesannya sebagai seorang podcaster. Hidup mereka berubah secara mendadak ketika sang papa hilang di lautan saat tengah bekerja dan dinyatakan meninggal. Tragedi ini memaksa Ian, yang sudah lama tertekan, untuk menekan perasaannya hingga ia mengalami keadaan “mati rasa”.
Inti dari film ini, yakni perjuangan emosional kedua bersaudara dalam menghadapi kesedihan mendalam dan upaya mereka untuk memperbaiki kembali hubungan keluarga yang sudah lama merenggang. Cerita ini disajikan dengan latar emosional yang intens dan alur yang sangat menyentuh.
Secara keseluruhan, film ini menggarisbawahi cara yang berbeda-beda dalam menangani duka dan tekanan pribadi. Film Perayaan Mati Rasa menampilkan konflik batin dalam sebuah keluarga dan perjalanan mereka untuk menemukan sumber kekuatan baru setelah dilanda tragedi.
3. Jumbo

Berbeda dengan film pada umumnya, Jumbo hadir dengan menggunakan animasi. Film drama animasi ini berpusat pada Don, seorang anak yatim piatu berusia 10 tahun yang memiliki tubuh besar. Karena ukuran tubuhnya, ia sering dipanggil “Jumbo” dan menjadi target ejekan teman-temannya.
Don tumbuh besar ditemani sebuah buku dongeng peninggalan orangtuanya yang kaya akan ilustrasi dan kisah ajaib. Buku ini tidak hanya berfungsi sebagai pengingat akan keluarganya, tetapi juga menjadi tempat Don berlindung dan mencari inspirasi dari kenyataan yang kurang menyenangkan.
Untuk mengubah pandangan teman-temannya, Don berencana mengikuti sebuah pertunjukan bakat. Ia memilih untuk mementaskan sandiwara yang idenya berasal dari buku warisan tersebut, dengan harapan teman-temannya juga bisa terinspirasi dan kembali meyakini adanya keajaiban.
Alih-alih mendapatkan dukungan, impian Don justru ditertawakan dan diremehkan, bahkan salah satu perundungnya, Atta, nekat mencuri buku dongeng kesayangannya. Untungnya, Don didukung penuh oleh Oma dan dua sahabat karibnya, Nurman serta Mae.
Dalam usahanya merebut kembali buku peninggalan itu, Don secara tak terduga bertemu dengan Meri, seorang perempuan dari dimensi lain yang memerlukan bantuannya untuk menemukan kedua orangtuanya. Pada akhirnya, pencarian orangtua Meri dan tekad Don untuk mempertahankan dongeng peninggalan keluarganya ternyata saling berkaitan.
Perjalanan yang dipenuhi keajaiban pun dimulai, membawa Don dan kawan-kawan melalui pelajaran berharga tentang persahabatan yang tulus, keberanian serta pentingnya percaya pada diri sendiri.
4. Rumah untuk Alie

Ada pula novel karya Lenn Liu yang berjudul Rumah untuk Alie yang diangkat menjadi film layar lebar Indonesia. Film keluarga penuh haru ini mengisahkan tentang anak bungsu yang tidak mendapatkan perhatian kasih sayang dari keluarganya.
Inti kisahnya berfokus pada Alie Ishala Samatha, anak bungsu dan satu-satunya perempuan di antara lima bersaudara. Sayangnya, statusnya sebagai anak bungsu perempuan tidak membuatnya disayangi sepenuhnya oleh kakak-kakaknya.
Justru, Alie diperlakukan dengan sangat buruk oleh keluarganya, terutama sejak sang mama meninggal dunia. Tragedi wafatnya mama mereka itu ketika Alie mengajak mamanya membuat vlog bareng, yang mana mamanya saat itu juga sedang menyetir.
Hingga akhirnya, peristiwa nahas terjadi dan membuat seluruh keluarga menyalahkan Alie sebagai penyebab kematian mamanya. Insiden ini memicu kemarahan besar dari para kakaknya, yang menjadikan Alie sasaran kebencian. Papanya Alie yang dilanda duka dan frustrasi mendalam atas kehilangan istrinya, juga melampiaskan amarahnya kepada Alie.
Perlakuan buruk ini meningkat menjadi kekerasan fisik dan perundungan yang berulang, menyebabkan Alie menderita banyak luka. Tidak hanya fisik, Alie juga diserang secara mental melalui caci maki oleh kakak-kakaknya.
Terpojok dan tak berdaya di rumah sendiri karena masih muda dan sebagai anak bungsu, Alie hanya bisa menerima keadaan. Meskipun diperlakukan kejam, Alie tidak sanggup membenci keluarganya. Ia tetap berusaha memperbaiki suasana sambil berharap kebahagiaan dapat kembali dirasakan oleh keluarganya.
5. Mungkin Kita Perlu Waktu

Film Mungkin Kita Perlu Waktu hadir dengan persoalan keretakan keluarga yang disebabkan oleh duka mendalam setelah kehilangan salah satu anggota keluarganya. Kematian anak sulung mereka bernama Sarah terjadi akibat kecelakaan. Situasi tersebut memicu konflik panjang antara pasangan Restu dan Kasih.
Sebagai papa, Restu berusaha keras mempertahankan keutuhan keluarganya di tengah kesedihan yang tak berkesudahan. Sebaliknya, Kasih mencari kedamaian batin dan pikiran melalui jalan spiritual setelah kepergian putrinya.
Tragedi ini juga sangat memukul Ombak, anak bungsu yang sangat dekat dengan Sarah. Kehilangan sang kakak, yang sebelumnya menjadi bagian dari kehidupan keluarga yang harmonis, menyebabkan Ombak mengalami guncangan emosional dan mental hingga menjadikannya seorang suicide survivor.
Dalam upaya mengatasi kekosongan hidup, Restu dan Kasih memutuskan untuk menjalankan ibadah umrah. Restu berpegangan pada niat untuk menyatukan kembali keluarga, sementara Kasih semakin mengedepankan pendekatan agama dalam menghadapi kesulitan.
Namun, tanpa disadari upaya yang mereka lakukan justru tidak efektif, bahkan membuat hubungan keluarga mereka semakin renggang. Kisah ini kemudian berfokus pada perjuangan berat Restu, Kasih, dan Ombak dalam menghadapi trauma yang mereka alami.
6. Cocote Tonggo

Film keluarga selanjutnya ada Cocote Tonggo, film dengan paduan menarik antara komedi dan drama, menampilkan kehidupan nyata masyarakat Jawa. Sekitar 80 persen dialog dalam film berdurasi 117 menit ini disampaikan dalam bahasa Jawa Mataraman, dijamin nuansa daerahnya kuat dan autentik.
Inti ceritanya berpusat pada Luki dan Murni, sepasang suami istri di Solo yang menjalankan bisnis turun-temurun, yakni toko jamu kesuburan. Namun, ironi muncul karena meskipun dagangan mereka membantu orang lain memiliki anak, setelah lima tahun berumah tangga, mereka sendiri belum juga dikaruniai keturunan.
Kondisi tersebut dengan cepat menjadi sasaran gosip tetangga, yang mengakibatkan tekanan sosial yang berat. Untuk melindungi nama baik usaha mereka dan citra keluarga, Luki dan Murni akhirnya memutuskan untuk berpura-pura hamil.
Situasi mereka bertambah rumit saat mereka menemukan seorang bayi telantar dan berani mengklaimnya sebagai anak mereka. Keputusan ini memicu kejadian-kejadian yang lucu sekaligus menyentuh, karena secara bersamaan hal ini menyingkap beban psikologis dan luka emosional yang selama ini mereka rasakan.
7. Keluarga Super Irit

Jika ingin menonton film keluarga dengan cerita yang cukup unik, Keluarga Super Irit bisa menjadi salah satu tontonan bersama keluarga. Filmnya tentang keluarga Sukaharta, yang menjadikan penghematan sebagai filosofi hidup utama mereka.
Pasangan Toni dan Linda, bersama ketiga anak mereka, melakukan berbagai cara ekstrem untuk memangkas pengeluaran. Aksi mereka meliputi menumpang koneksi internet WiFi milik tetangga, mencari makanan gratis di acara hajatan, bahkan menarik biaya parkir tanpa izin resmi.
Namun, kondisi finansial mereka yang sudah serba terbatas semakin memburuk ketika Toni mengalami pemotongan gaji dalam jumlah signifikan. Hal ini memaksa keluarga Sukaharta untuk pindah ke hunian yang lebih kecil dan berjuang untuk menyesuaikan diri dengan keterbatasan baru.
Meskipun harus melalui berbagai tantangan dengan metode penghematan yang tidak biasa, keluarga ini selalu berusaha menjaga kebahagiaan mereka. Kehidupan sehari-hari mereka dipenuhi dengan keceriaan, kesederhanaan, serta menunjukkan hubungan yang hangat, penuh kasih sayang, dan saling mendukung antar anggota keluarga.
Keluarga Sukaharta menyadari bahwa nilai terpenting dalam hidup bukanlah penghematan semata, melainkan hubungan dan dukungan yang solid antar anggota keluarga, yang menjadi harta sejati di balik segala kesulitan dan pengorbanan.
8. GJLS: Ibuku Ibu-Ibu

Kali ini ada film yang menampilkan tiga komika dari podcast GJLS, yaitu Rigen Rakelna, Hifdzi Khoir, dan Ananta Rispo. Adapun film tersebut berjudul GJLS: Ibuku Ibu-Ibu.
Film ini menceritakan kisah tiga bersaudara, yakni Rigen, Hifdzi, dan Rispo yang sedang mengalami kesulitan hidup meskipun sudah dewasa dan masih bergantung pada papa mereka, Tyo, yang sekaligus seorang pemilik kosan.
Masing-masing dari ketiga bersaudara itu tengah menghadapi masalah finansial serius. Hifdzi sebagai pembawa acara atau MC orkes dangdut butuh biaya untuk menikah dengan pacarnya, Rigen sebagai pawang hujan harus mengganti mobil klien yang hilang, dan Rispo terlilit utang pinjol dan sedang diburu debt collector karena kecanduan judol.
Mereka berharap Tyo menjual kosan keluarga untuk menuntaskan masalah keuangan mereka. Namun, Tyo yang masih berduka atas meninggalnya sang istri justru tiba-tiba mengumumkan rencana pernikahannya dengan Feni, seorang SPG muda dan penghuni kos. Tyo bahkan berencana mewariskan usaha kos pada Feni.
Curiga dengan motif Feni, Rigen, Hifdzi, dan Rispo pun bersekongkol untuk mencegah pernikahan tersebut. Situasi semakin rumit dengan kedatangan Sumi, teman lama Tyo yang datang dengan maksud tersembunyi.
Ketiga saudara itu kini dihadapkan pada tantangan untuk menyelesaikan masalah mereka sekaligus menjaga keutuhan keluarga di tengah keruwetan ini.
9. Jodoh 3 Bujang

Film berjudul Jodoh 3 Bujang menyoroti tradisi keluarga dan dilema percintaan yang berlatar belakang budaya lokal yang kuat, khususnya tradisi pernikahan Bugis, Makassar yang melibatkan uang panai.
Uang panai adalah mahar atau uang adat yang wajib diberikan oleh pihak mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan sebagai lambang tanggung jawab, harga diri, dan status sosial sebelum pernikahan dilangsungkan.
Kisah ini berpusat pada konflik dalam keluarga yang memiliki tiga anak laki-laki dewasa yangs siap nikah, Fadly, Kifli, dan Ahmad. Untuk menghemat biaya, sang papa memutuskan melaksanakan pernikahan kembar, sebuah tradisi Makassar untuk menikahkan dua atau lebih calon pengantin secara serentak.
Tantangannya, sang papa hanya memiliki Rp300 juta untuk menutupi semua biaya, termasuk uang panai ketiga menantunya, yang secara otomatis membuat nilai uang panai yang diberikan menjadi relatif kecil.
Awalnya, ketiga bersaudara dan calon istri mereka menyetujui rencana ini. Namun, masalah muncul ketika Nisa, calon istri Fadly, membatalkan pertunangan karena menerima tawaran uang panai yang lebih besar dari laki-laki lain. Kekecewaan besar dialami Fadly dan saudara-saudaranya yang ikut terdampak oleh pembatalan tersebut.
Fadly kemudian dihadapkan pada ultimatum untuk segera mencari calon istri pengganti dalam waktu singkat. Mencari wanita yang bersedia menikah dengan uang panai minim tentu menjadi hambatan besar.
Dalam situasi mendesak ini, Fadly bertemu kembali dengan teman kuliahnya yang sudah tak pernah berkomunikasi dengannya, Rifa. Fadly pun mengajaknya untuk menikah, tapi Rifa sendiri perempuan yang begitu kompeten sehingga keluarganya mengharapkan uang panai yang besar sesuai untuk anaknya.
10. Panggil Aku Ayah

Terakhir, ada film hasil adaptasi film Korea tentang penagih utang yang tiba-tiba mengambil peran sebagai figur orangtua setelah seorang anak kecil terpaksa tinggal bersamanya sebagai jaminan.
Film tersebut berjudul Panggil Aku Ayah. Kisahnya tentang Dedi dan Tatang, dua sepupu yang berprofesi sebagai penagih utang. Dalam upaya menagih tunggakan utang dari Rossa, seorang mama tunggal dengan satu anak bernama Intan, mereka menghadapi kenyataan bahwa Rossa tidak mampu membayar.
Tatang kemudian mengusulkan ide ekstrem untuk menjadikan Intan sebagai jaminan. Keputusan sepihak ini mendapat penolakan keras dari Rossa dan Intan. Ketika Intan dibawa paksa, ia terus-menerus menangis dan berteriak ingin kembali kepada mamanya.
Meskipun awalnya terlibat dalam penarikan Intan, Dedi justru menunjukkan sisi lembutnya dengan berusaha keras menenangkan dan membujuk Intan agar mau makan. Karena tak tega melihat tangisan Intan yang tak berhenti, Dedi akhirnya memutuskan untuk mengembalikan Intan kepada Rossa dan kembali tenang.
Namun, pertemuan kembali tersebut mengungkap rencana tersembunyi Rossa. Rossa sengaja datang untuk bertemu anaknya sebelum pergi dalam waktu yang lama. Dikarenakan kesulitan ekonomi, ia memilih menitipkan Intan kepada Dedi dan Tatang untuk sementara waktu sambil dirinya pergi merantau mencari uang.
Keputusan ini diambil Rossa tanpa memberi tahu Dedi sebelumnya, meninggalkan Dedi dan Tatang dalam kebingungan. Terlepas dari kebingungan mereka, Dedi dan Tatang pada akhirnya sepakat untuk merawat serta mengasuh Intan hingga Rossa kembali.
Selama proses pengasuhan yang penuh dinamika dan berbagai insiden yang dialami Intan, Dedi perlahan-lahan mengalami perubahan karakter yang signifikan. Pengalaman ini tidak hanya mengubah Dedi, tetapi juga secara mendalam mengubah sifat dan hubungan di antara Dedi, Intan, dan Tatang.
Itulah rangkuman film Indonesia bertema keluarga tahun 2025 paling mencuri perhatian. Dari 10 deretan film di atas, film apa saja yang sudah pernah Mama tonton?
FAQ Seputar Film Bertema Keluarga
Apa saja ciri-ciri film bertemakan keluarga? | Ceritanya fokus pada ikatan dan konflik antar anggota keluarga, mengandung pesan moral positif yang menguatkan nilai kekeluargaan, bisa bersifat sedih, mengharukan, atau komedi ringan yang menyenangkan, bisa ditonton oleh berbagai usia, seringkali aman untuk anak-anak. |
Apa saja genre yang biasanya dipadukan dengan film keluarga? | Drama yang mendalam dan menyentuh emosi, komedi yang ringan untuk hiburan serta penguatan kehangatan keluarga, animasi untuk anak-anak dengan nilai keluarga dan kehangatan. |
Apa saja contoh film keluarga Indonesia dan internasional yang populer? | Film keluarga Indonesia yang populer, seperti Keluarga Cemara dan Miracle in Cell No.7. Adapun film keluarga internasional, seperti Coco dan Finding Nemo. |


















