- 35,6 persen lelaki Indonesia mengalami disfungsi ereksi.
- 15 persen perempuan mengalami nyeri saat berhubungan.
- 50 persen perempuan tidak mencapai orgasme secara rutin, dan 15 persen tidak pernah sama sekali.
5 Masalah Tersembunyi yang Bisa Merusak Hubungan Suami Istri

- Silent Epidemic adalah istilah untuk masalah kesehatan seksual yang sering diabaikan pasangan karena rasa malu, padahal dapat merusak keharmonisan rumah tangga.
- Data dari Elysium Clinic menunjukkan 35,6 persen laki-laki mengalami disfungsi ereksi dan 50 persen perempuan tidak mencapai orgasme secara rutin, namun sebagian besar enggan mencari bantuan medis.
- Hubungan yang sehat bukan soal performa, tapi tentang kenyamanan, komunikasi terbuka, dan saling percaya antara pasangan.
Di balik hubungan rumah tangga yang terlihat bahagia, sering kali ada hal-hal yang tak mudah dilihat mata. Banyak pasangan yang tampak harmonis di luar, namun diam-diam menghadapi jarak yang perlahan tumbuh di antara mereka.
Bukan hanya karena kurang komunikasi atau kesibukan, melainkan juga karena satu hal yang jarang dibicarakan secara terbuka yaitu, kesehatan dan keintiman seksual.
Dalam acara pembukaan Elysium Clinic pada Selasa (9/12/2025), dr. Dimas Triprasetyo, seorang spesialis urologi dan pendiri klinik tersebut, menyebut fenomena ini sebagai “Silent Epidemic” masalah yang tidak terlihat, namun pelan-pelan bisa menghancurkan keharmonisan pasangan.
Nah, dalam artikel ini Popmama.com telah merangkum beberapa masalah tersembunyi yang bisa merusak hubungan suami istri.
Yuk, disimak!
Deretan Masalah Tersembunyi yang Bisa Merusak Hubungan Suami Istri
1. Komunikasi yang tersendat karena rasa malu

Banyak pasangan masih merasa sungkan membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan seksual mereka. Ada rasa malu, takut menyinggung, atau khawatir dianggap aneh jika membahas hal tersebut dengan pasangan.
Padahal, komunikasi soal kenyamanan dan kepuasan dalam hubungan intim sama pentingnya dengan komunikasi soal keuangan, anak, atau rencana hidup.
Dokter Dimas menjelaskan bahwa keintiman emosional dan keintiman fisik adalah dua hal yang saling terkait. Ketika pasangan tidak bisa terbuka membicarakan apa yang mereka rasakan, hal itu dapat memunculkan salah paham dan ketegangan dalam hubungan.
Mulailah dengan cara sederhana. Mama dan Papa bisa saling bertanya, “Apa yang bisa aku lakukan supaya kamu merasa lebih nyaman?” atau “Apa yang kamu sukai selama ini?” Pertanyaan kecil seperti itu bisa membuka ruang dialog yang menumbuhkan kedekatan emosional dan fisik.
2. Stres dan tekanan hidup yang mengurangi kehangatan

Kesibukan, tekanan pekerjaan, dan tanggung jawab rumah tangga bisa membuat pasangan kelelahan secara mental maupun fisik. Ketika stres menumpuk, gairah dan keintiman pun bisa menurun.
Tubuh yang lelah dan pikiran yang penat sering kali menutup ruang untuk kebersamaan. Akibatnya, pasangan mulai kehilangan koneksi emosional yang dulu terasa alami. Dalam jangka panjang, ini bisa memunculkan perasaan jauh dan kehilangan kehangatan.
Mengelola stres bersama menjadi penting. Coba ciptakan rutinitas kecil yang menenangkan, seperti berjalan sore bersama, makan malam tanpa ponsel, atau sekadar berpelukan sebelum tidur. Momen sederhana seperti ini bisa menjadi jembatan untuk kembali dekat.
3. Silent Epidemic, masalah intim yang diam-diam menggerogoti hubungan

Fenomena Silent Epidemic yang diungkap oleh Elysium Clinic menunjukkan bahwa banyak pasangan mengalami masalah seksual tetapi memilih diam. Berdasarkan data yang disebut klinik tersebut:
Namun, banyak dari mereka tidak pernah berkonsultasi ke dokter karena rasa malu atau takut dihakimi.
“Banyak pasangan malu datang ke dokter. Mereka berpikir ini aib, padahal ini penyakit medis yang bisa diatasi,” jelas dokter Dimas.
Masalah ini bukan sekadar urusan fisik, tetapi juga menyentuh rasa percaya diri dan keharmonisan emosional pasangan. Saat keintiman terganggu, hubungan pun bisa terasa hambar.
Dengan pemahaman dan pendampingan medis yang tepat, semua masalah ini bisa diatasi tanpa stigma.
4. Percaya pada obat ajaib yang justru berbahaya

Di era media sosial, banyak produk yang menjanjikan solusi instan untuk meningkatkan gairah atau performa seksual. Dari kopi stamina hingga madu kuat, semuanya tampak menggoda karena diklaim alami dan aman. Namun, kenyataannya tidak sesederhana itu.
Sebagian besar produk semacam ini mengandung bahan kimia seperti sildenafil dalam dosis tidak terkontrol, yang bisa membahayakan kesehatan jantung dan ginjal. Efeknya mungkin terasa cepat, tetapi risikonya jauh lebih besar.
5. Minimnya edukasi dan tabu yang masih kuat

Banyak pasangan di Indonesia masih menganggap pembahasan seputar seksualitas sebagai hal yang tabu. Bahkan di antara suami dan istri sendiri, topik ini sering dihindari.
Padahal, memahami tubuh dan kebutuhan masing-masing adalah bagian penting dari membangun hubungan yang sehat.
“Hubungan seksual yang sehat bukan soal performa, tapi soal rasa nyaman dan saling percaya,” tutup dokter Dimas.
Kurangnya edukasi sering membuat pasangan terjebak dalam salah paham dan ekspektasi yang tidak realistis. Misalnya, merasa bahwa penurunan gairah setelah menikah adalah tanda cinta yang berkurang, padahal bisa jadi disebabkan oleh faktor hormon, stres, atau perubahan tubuh.
Dengan pemahaman yang tepat, pasangan bisa lebih saling mendukung dan menerima perubahan tersebut. Edukasi bukan hal memalukan, tetapi bentuk kepedulian terhadap diri dan pasangan.
Itulah beberapa masalah tersembunyi yang bisa merusak hubungan suami istri. Jika Mama dan Papa mulai merasa hubungan terasa berbeda, jangan langsung menyalahkan rutinitas atau waktu yang kurang. Mungkin ada hal yang belum sempat dibicarakan dengan jujur.
Keharmonisan rumah tangga bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang keberanian untuk saling memahami di semua aspek, termasuk yang paling pribadi.
Yuk Ma, jangan biarkan Silent Epidemic diam-diam menggerogoti kebahagiaan rumah tangga. Mulailah percakapan dari hati ke hati, dan bila perlu, jangan ragu mencari bantuan profesional. Perlu diingat kalau cinta yang sehat selalu dimulai dari komunikasi yang jujur dan saling memahami.
FAQ Seputar Silent Epidemic
| Apa itu “Silent Epidemic” dalam hubungan suami istri? | Silent Epidemic adalah fenomena ketika pasangan mengalami masalah seksual seperti disfungsi ereksi, nyeri saat berhubungan, atau hilangnya gairah, tetapi memilih diam karena malu atau tabu. Masalah ini bisa berdampak besar pada kedekatan emosional dan keharmonisan rumah tangga. |
| Apakah masalah seperti disfungsi ereksi atau nyeri saat berhubungan bisa disembuhkan? | Ya, tentu bisa. Masalah ini bersifat medis dan dapat diatasi dengan perawatan yang tepat. Penting bagi pasangan untuk tidak merasa malu atau menganggapnya aib, melainkan segera berkonsultasi ke dokter spesialis. |
| Bagaimana cara pasangan menjaga hubungan agar terhindar dari “Silent Epidemic”? | Kuncinya adalah komunikasi terbuka dan saling pengertian. Jangan ragu membicarakan kebutuhan, kenyamanan, dan perubahan dalam hubungan. Bila perlu, dapatkan edukasi serta pemeriksaan medis bersama untuk membangun hubungan yang lebih sehat dan harmonis. |


















