"Gue pernah ada satu orang, feeling gue dari awal udah nggak enak sama dia. Tapi dia selalu minta main dan minta gue temani," ungkap Rachel.
Sempat Ada Pengkhianatan, Ini Alasan Rachel Vennya Batasi Pertemanan
Intinya sih...
- Rachel Vennya membatasi pertemanan karena pernah mengabaikan insting dan berakhir disakiti.
- Mama dua anak ini sudah tiga kali mengalami pengkhianatan dari sahabat dekat. Kondisi ini membuat Rachel sulit memaafkan fitnah dan adu domba dalam hubungan.
- Rachel Vennya takut mengalami sakit hati yang berulang, sehingga lebih fokus pada lingkaran pertemanan yang solid.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)
Rachel Vennya memberikan pernyataan soal alasannya yang lebih selektif dalam berteman dan membatasi pertemanan. Pernyataan tersebut disampaikan mama dua anak ini dalam obrolan santai dengan Keanu di kanal Youtube Keanu yang berjudul "KEANU BERTANYA RACHEL MENJAWAB".
Ternyata, keputusan Rachel untuk membatasi circle pertemanannya bukan tanpa alasan nih, Ma. Ada trauma mendalam yang membuatnya harus melindungi diri dari kemungkinan disakiti lagi.
Berikut Popmama.com rangkum alasan Rachel Vennya membatasi pertemanan secara lebih detail.
Disimak alasan Rachel Vennya ini yuk, Ma!
1. Pernah mengabaikan insting dan berakhir menyesal
Rachel Vennya mengaku selalu punya insting kuat saat bertemu orang baru. Namun, Rachel pernah mengabaikan feeling tersebut dan membiarkan seseorang masuk ke dalam hidupnya.
Orang tersebut terus-menerus meminta ikut dalam berbagai kegiatan Rachel. Mulai dari momen buka puasa bersama hingga Lebaran. Meski merasa tidak nyaman, Rachel tetap mengizinkannya.
"Gue mengabaikan insting gue dan ternyata kejadian. Gue disakiti dan parah banget," ucapnya.
2. Sudah tiga kali mengalami pengkhianatan dari sahabat dekat
Pengalaman buruk dalam pertemanan ternyata bukan cuma sekali dialami Rachel Vennya. Mantan istri Okin ini mengaku sudah tiga kali harus mengakhiri pertemanan dengan orang yang ia anggap sebagai good friend.
"Gue udah 3 kali, di mana orang yang gue consider sebagai good friend, lalu kita benar-benar udahan dan berantemnya luar biasa," ungkap Rachel.
Hal yang paling menyakitkan bagi Rachel ketika ia merasa telah memberikan segalanya dalam pertemanan tersebut, namun berakhir dengan pengkhianatan.
3. Tidak bisa memaafkan fitnah dan adu domba
Rachel Vennya punya batasan jelas soal kesalahan yang bisa dimaafkan dalam pertemanan. Menurutnya, kesalahan tidak sengaja masih bisa ditoleransi, tetapi tidak dengan pengkhianatan yang disengaja.
"Biasanya tentang pengkhianatan, adu domba, fitnah. Itu hal yang gue nggak bisa maafkan," tegas Rachel.
Bagi Rachel, fitnah dan pengkhianatan sebagai teman adalah situasi yang sangat menyakitkan hati.
"Itu bikin hati gue sakit," tambahnya.
4. Takut mengalami sakit hati yang sama
Rachel Vennya termasuk tipe orang yang total dalam pertemanan. Ia mengaku selalu memberikan 100 persen dalam menjalin hubungan dengan teman-temannya.
"Gue tuh kadang memberi hal yang 100 persen gitu. Terus ternyata orang itu nggak 100 persen memberi hal itu ke gue, kayak kesetiaan atau usaha," keluh mama dua anak ini.
Pengalaman tersebut membuat Rachel lebih realistis dalam berteman. Rachel tidak lagi berharap terlalu banyak dan lebih fokus menjaga pertemanan yang sudah ada.
6. Lebih fokus pada lingkaran pertemanan yang solid
Meski membatasi pertemanan baru, Rachel Vennya tetap menghargai circle yang sudah solid. Ia dan teman-temannya tidak punya persyaratan khusus, melainkan mengandalkan vibe yang cocok.
"Kita bisa ngerasakan vibe. Saat orang datang ke kehidupan kita, lo punya feeling dan insting," jelasnya.
Rachel kini lebih memilih menjaga kualitas pertemanan yang sudah ada daripada menambah kuantitas teman yang belum tentu bisa dipercaya.
Itulah rangkuman dari alasan Rachel Vennya membatasi pertemanan. Keputusan Rachel untuk membatasi pertemanan menjadi bentuk self-care yang perlu dihargai nih, Ma.
Setiap orang punya cara sendiri melindungi kesehatan mental dan emosionalnya. Hal yang terpenting adalah tetap terbuka pada kemungkinan pertemanan baru yang sehat, sambil belajar dari pengalaman masa lalu.
