7 Faktor Penyebab Ibu Meninggal saat Persalinan

Sejauh ini, penyebab utamanya masih karena pendarahan saat persalinan

30 Juni 2023

7 Faktor Penyebab Ibu Meninggal saat Persalinan
Freepik/pch.vector

Kasus kematian ibu saat persalinan bukanlah hal yang baru. Sampai saat ini pun, masalah itu masih jadi perhatian bersama. Inilah beberapa faktor penyebab ibu meninggal saat persalinan. 

Saat ini, angka kematian ibu masih tergolong tinggi. Menurut data terbaru, Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini adalah 178 per 100.000 kelahiran hidup, demikian menurut Ketua Divisi Advokasi dan Legislasi PB IDI, Dr Ari Kusuma Januarto, SpOG(K).

Meski sudah turun dari angka 205 per 100.000 menjadi 178 per 100.000, namun penyebab kematian ibu saat persalinan masih tetap sama. 

Apa saja penyebabnya? Popmama.com akan merangkumkannya untuk Mama. 

1. Penyebab yang sama sejak berpuluh tahun lamanya

1. Penyebab sama sejak berpuluh tahun lamanya
Freepik/onlyyouqj

Penyebab kematian ibu saat persalinan sejak beberapa puluh tahun terakhir sayangnya masih sama, yaitu pendarahan. 

"Paling banyak di Indonesia itu masalah pendarahan, preeklampsia sekitar 28% dan hipertensi sekitar 23%," ujar dr. Ari. 

Meski sudah diketahui, bukan berarti masalah ini bisa selesai dengan sendirinya. Banyak faktor yang harus dipenuhi untuk mengurangi risiko terjadinya kematian ibu saat persalinan. 

"Penyebabnya bisa dari 4 terlalu yaitu, terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering hamil, dan terlalu banyak punya anak," ungkap dr. Ari. 

2. Terlalu muda atau terlalu tua

2. Terlalu muda atau terlalu tua
Freepik/drobotdean

Menurut penelitian, rentang usia aman kehamilan adalah dari mulai umur 20 tahun sampai 35 tahun. Kurang atau lebih dari rentang itu termasuk hamil yang berisiko. 

Menurut data, 10,03% pernikahan di Indonesia merupakan pernikahan dini. Ini berpengaruh pada kesehatan ibu hamil di umur yang terlalu muda. 

"Saat terlalu muda, organnya belum siap maka bisa terjadi komplikasi. Begitu juga jika hamil terlalu tua, umur 35 tahun ke atas itu termasuk hamil yang berisiko," lanjut dr. Ari. 

Saat menjalani kehamilan yang berisiko maka kemungkinan terjadi keguguran, bayi lahir cacat, komplikasi kehamilan, persalinan yang lama, hingga kematian ibu saat persalinan pun lebih tinggi. 

Editors' Pick

3. Waktu kehamilan yang terlalu dekat dan terlalu sering

3. Waktu kehamilan terlalu dekat terlalu sering
Freepik/drobotdean

Penyebab lain terjadinya masalah di persalinan adalah kondisi ibu yang tidak terlalu fit. Salah satu penyebabnya yaitu kehamilan yang terlalu dekat atau terlalu sering. 

Seorang ibu menghabiskan waktu 2 tahun untuk mengurus buah hatinya secara maksimal. Di kurun waktu tersebut, tubuh dan mentalnya juga perlahan membaik. Inilah kenapa pentingnya memberikan jeda antar kehamilan. 

"Terlalu sering hamil dan terlalu dekat antar kehamilan bisa jadi penyebab lainnya," lanjut dr. Ari. 

Ibu yang terlalu dekat dan sering punya anak punya risiko mengalami komplikasi saat kehamilan dan persalinan. 

4. Masalah kesehatan yang buruk

4. Masalah kesehatan buruk
Freepik/User15285612

Dikatakan bahwa ibu hamil disarankan untuk mengecek kehamilannya minimal 6 kali selama hamil. Ini berguna untuk memantau kesehatan ibu dan janin. 

Ibu dengan kesehatan buruk seperti anemia dan obesitas bisa meningkatkan komplikasi seperti pendarahan, preeklampsia, infeksi, pertus macet, dan keguguran. 

"Masalah finansial bisa jadi isu, karena banyak juga ibu yang mendaftar BPJS saat menjelang persalinan dan kemudian berhenti setelah melahirkan," kata dr. Ari.

Jika tidak kontrol secara rutin, maka pemantauan pada ibu hamil pun lebih sulit.  

5. Adanya benturan budaya

5. Ada benturan budaya
Freepik/pch.vector

Masih ingat seorang ibu hamil yang sudah pecah ketuban namun tidak boleh dibawa ke RS oleh mertua? Itu merupakan salah satu contoh benturan budaya yang bisa membahayakan ibu hamil dan janinnya. 

"Adanya anggapan kalau kejang itu bukan tanda preeklampsia tapi tanda kemasukan (kerasukan), akhirnya ibunya tidak tertolong nyawanya," tutur dr. Ari. 

Hal ini tentu jadi PR bersama, bagaimana mengedukasi masyarakat pentingnya mengetahui fakta-fakta kehamilan. 

6. Terlambat ditolong

6. Terlambat ditolong
Freepik/DCstudio

Masih mengenai budaya dan pendidikan dari seseorang, ibu hamil bisa tak tertolong jika memaksakan kehendak. Seperti saat terjadi komplikasi pada saat persalinan sehingga harus dilahirkan dengan cara caesar, ada saja ibu dan keluarga yang tidak setuju untuk dioperasi dan memaksa untuk persalinan secara normal. 

"Pada akhirnya, terjadi komplikasi, pendarahan, saat ingin ditolong sudah terlambat," ungkap dr. Ari. 

Terlambat tertolong juga bisa dikarenakan terlambat merujuk dan terlambat sampai ke RS karena lokasi yang jauh.

7. Sulit mendapat pertolongan yang memadai

7. Sulit mendapat pertolongan memadai
pixabay/F. Muhammad

Di luar kota-kota besar, banyak ibu yang tidak tertolong karena tidak bisa mendapat pertolongan yang memadai. 

"Seperti contoh saat harus operasi, dokter obgyn atau dokter bedahnya tidak ada, saat butuh obat tertentu, obatnya tidak tersedia," lanjut dr. Ari. 

Hal ini bisa disebabkan oleh jauhnya lokasi ibu hamil dengan fasilitas kesehatan yang memadai. Juga, 

"Namun sekarang sudah dibuat peta penyebaran dokter spesialis, pelengkap alat kesehatan di daerah-daerah, termasuk distribusi obat-obatan di tempat yang diperlukan," ungkap dr. Ari. 

Dengan mengetahui alasan-alasan tersebut, diharapkan calon ibu dan ibu hamil bisa menghindari kemungkinan tersebut agar Mama dan calon buah hati bisa sama-sama selamat. 

Baca juga:

The Latest