Faktanya, Banyak Ibu yang Merasa Tertekan dengan Postingan ASI Berlimpah

- Sosial media bisa menjadi sumber inspirasi namun juga sumber insecure bagi banyak ibu.
- Banyak ibu merasa tertekan saat melihat ibu lain memiliki ASI yang berlimpah di media sosial.
- Banyak ibu membagikan keseharian mengasuh si Kecil, termasuk stok ASIP yang berlimpah, menimbulkan rasa tertekan pada beberapa ibu lainnya.
Sosial media bisa menjadi inspirasi namun bisa juga jadi sumber insecure. Menurut fakta di lapangan, ada banyak ibu yang merasa tertekan saat melihat ibu lain memiliki ASI yang berlimpah.
Saat ini, banyak ibu yang membagikan keseharian mereka saat mengasuh si Kecil. Mulai dari kegiatan sehari-hari hingga tips dan trik dalam mengasuh buah hati.
Salah satu yang selalu menarik perhatian adalah saat seseorang bisa memiliki stok ASIP yang berlimpah. Ternyata, hal ini menimbulkan rasa tertekan pada beberapa ibu lainnya.
Seperti apa faktanya? Popmama.com akan merangkumkannya untuk Mama.
1. Merasa tertekan dengan ASI yang banyak

Menurut Ketua AIMI Pusat, Nia Umar, fakta yang terjadi di lapangan adalah banyak ibu yang merasa tertekan saat melihat ibu lain yang bisa menyetok ASI sampai satu kulkas.
Ibu yang sedang berjuang mengumpulkan tetes demi tetes ASI untuk disimpan, kadang kala merasa gagal saat melihat orang lain bisa dengan mudahnya mengumpulkan satu botol penuh dalam sekali pumping.
Seringnya, sang ibu tak semata-mata posting untuk pencapaiannya saja, tapi juga untuk membagikannya ke anak-anak yang membutuhkan. Namun, kita memang tidak bisa menyenangkan semua orang.
2. Kondisi medis tertentu

Seorang ibu yang bisa merasa iri atau khawatir saat melihat ibu lainnya begitu mudah memerah ASI. Padahal, hal yang ditampilkan di sosial media tidak serta merta mewakili kehidupan orang tersebut.
"Kalau kondisi itu kan disebut oversupply. Jadi, akan lebih mudah mastitis dan terbayang tidak nyamannya jika tidak sering diperah," tutur Nia dalam acara Pekan Menyusui Dunia 2025 yang digelar secara daring.
Kondisi itu disebut juga dengan hiperlaktasi yang membuat ibu memproduksi ASI lebih banyak dari kebutuhan si Kecil. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak hal efeknya pun tidak selamanya menyenangkan bagi sang ibu maupun sang anak.
Ibu bisa merasakan payudara perih dan keras jika ASI tidak dikeluarkan dengan rutin. Kalau lebih parah, bisa berujung pada mastitis.
3. Kunci menyusui: Cukup

Ada satu kunci menyusui yang mungkin sering terlupakan oleh para Mama. Bukan hanya melihat pencapaian orang lain, tapi juga melihat bagaimana perkembangan Mama dan si Kecil.
"Tidak perlu punya ASI berkulkas-kulkas. Asal si Kecil bisa menyusu kapan saja ia mau, produksinya sesuai dengan kebutuhan, pelekatan baik, itu pun cukup," lanjutnya.
Sedangkan menurut IDAI, kunci sukses menyusui antara lain posisi perlekatan yang tepat, menyusui dengan nyaman, nutrisi yang seimbang, dan hati yang tenang.
4. Pentingnya menyusui bagi ibu dan anak

Menyusui adalah fase penting yang dilewati oleh ibu dan anak. Di fase ini, keduanya membangun bonding dengan kuat, sang ibu memberikan nutrisi terbaik yang dibutuhkan si Kecil, dan masih banyak lagi.
Menyambut Pekan Menyusui Dunia, masyarakat diminta lagi untuk mengetahui pentingnya menyusui bagi kesehatan ibu dan anak. Seperti tema tahun ini, yaitu "Prioritaskan Menyusui", maka keberhasilan menyusui juga perlu didukung oleh banyak orang.
"Menyusui adalah hak setiap ibu dan anak, dan dukungan adalah kunci keberhasilannya," ujar Nia.
Berikut tadi informasi mengenai banyak ibu yang membagikan keseharian mereka saat mengasuh anaknya, dan bisa memiliki stok ASIP yang berlimpah. Ternyata, hal ini menimbulkan rasa tertekan pada beberapa ibu lainnya.
Nah, apakah kita sudah jadi pendukung yang baik untuk ibu menyusui?



















