- Fase pertama: Peradangan menyebabkan tiroid memproduksi dan melepaskan terlalu banyak hormon (hipertiroidisme). Fase ini terjadi pada 1 hingga 6 bulan setelah persalinan dan berlangsung selama 1 minggu hingga 3 bulan.
- Fase kedua: Tiroid tidak memproduksi atau melepaskan cukup hormon (hipotiroidisme). Fase ini berlangsung selama 4 hingga 8 bulan pasca persalinan dan berlangsung hingga 1 tahun.
- Fase ketiga: Tiroid akan kembali memproduksi kadar hormon secara normal.
Semua Hal yang Perlu Mama Tahu Tentang Tiroiditis Pasca Persalinan

- Tiroiditis pasca persalinan adalah peradangan kelenjar tiroid setelah melahirkan, mempengaruhi metabolisme tubuh.
- Perkembangan fase tiroiditis: hipertiroidisme, hipotiroidisme, dan pemulihan. Terapi penggantian hormon mungkin diperlukan.
- Gejala hipertiroidisme (fase pertama) dan hipotiroidisme (fase kedua), serta kemungkinan sembuh dalam 1-1,5 tahun pasca persalinan.
Salah satu kondisi yang mungkin dialami ibu yang baru melahirkan adalah pembengkakan. Namun jika pembengkakannya terjadi di leher, bisa jadi tanda tiroid.
Pembengkakan sangat mungkin terjadi pada ibu yang baru saja melewati persalinan. Pembengkakan tersebut bisa terjadi di payudara, kaki, tangan, dan beberapa bagian tubuh lainnya.
Begitu juga pembengkakan yang terjadi di area leher, bisa jadi tanda kalau Mama mengalami tiroiditis pasca persalinan. Seperti apa detail penyakitnya? Popmama.com akan merangkumkannya untuk Mama.
1. Mengenal tentang tiroiditis pasca persalinan

Tiroiditis pasca persalinan adalah kondisi langka yang menyebabkan kelenjar tiroid meradang pada tahun pertama setelah melahirkan. Kondisi ini merupakan salah satu jenis tiroiditis, atau peradangan pada kelenjar tiroid.
Apa itu kelenjar tiroid? Adalah kelenjar berbentuk kupu-kupu di bagian depan bawah leher. Kelenjar ini melepas hormon yang mengendalikan proses penting dalam tubuh, termasuk metabolisme tubuh.
2. Perkembangan tiroiditis pasca persalinan

Pada kondisi yang normal, ada beberapa perkembangan fase tiroid yaitu:
Namun, tidak semua orang mengalami fase tersebut secara berurutan. Ada juga yang mengalami fase hipotiroid. Mereka mengalami hipertiroidisme lalu fungsi tiroid kembali normal.
Mama mungkin memerlukan terapi penggantian hormon untuk menggantikan kadar hormon tiroid yang rendah. Sehingga, kondisi tiroid bisa kembali berfungsi dengan normal.
Menurut perkiraan, 5% hingga 10% perempuan mengalami tiroiditis pasca persalinan setahun setelah melahirkan, melakukan aborsi, atau keguguran, demikian dilansir dari Cleveland Clinic.
Angka ini bisa lebih tinggi jika memiliki faktor risiko seperti kondisi tiroid.
3. Gejala tiroiditis pasca persalinan

Di fase pertama (hipertiroidisme) beberapa gejalanya antara lain:
- Panik berlebih
- Rambut rontok
- Berat badan turun tanpa alasan
- Kenaikan detak jantung
Seringnya, tidak banyak Mama yang menyadari gejala dari fase ini. Dan baru merasakan gejala di fase kedua.
Sedangkan di fase kedua (hipotiroidisme), gejalanya meliputi:
- Kelelahan
- Kenaikan berat badan
- Depresi
- Kulit yang kering
- Sembelit
- Nyeri otot
- Kekurangan ASI
- Lebih mudah merasa dingin
4. Penyebab tiroiditis pasca persalinan

5. Kemungkinan untuk sembuh

Umumnya, hipotiroidisme pasca persalinan bersifat sementara. Sebanyak 70-80% mereka yang mengalami kondisi ini akhirnya tidak lagi memerlukan pengobatan karena tiroid mereka mulai memproduksi hormon pada tingkat normal.
Sedangkan 20%-30% lainnya tetap berada pada fase hipotiroid sehingga membutuhkan terapi penggantian hormon tiroid dalam jangka panjang.
Tiroiditis pasca persalinan biasanya berlangsung antara 1 tahun hingga 1,5 tahun. Umumnya, semua akan kembali normal saat 12 bulan hingga 18 bulan dari sejak pertama kali Mama merasakan gejalanya.
Mama mungkin akan mengalami masalah dengan tiroid lagi, meski sudah sembuh. Oleh karena itu, dokter akan memantau secara berkala agar gejalanya bisa ditekan dan kondisinya bisa segera diperbaiki jika terjadi kambuh lagi.
Untuk menghindari terjadinya kambuh, usahakan untuk hidup sehat dan seimbang. Semoga membantu!
Tiroiditis pasca persalinan melibatkan antibodi antitiroid yang menyerang kelenjar tiroid Mama. Pada kondisi ini, antibodi jadi tidak terkendali dan malah menyerang kelenjar tiroid Mama dan inilah yang menyebabkan peradangan di tiroid.
Para ilmuwan masih meneliti mengenai apa yang menyebabkan antibodi menyerang setelah kehamilan. Mama lebih mungkin mengalaminya jika memiliki kondisi autoimun.
Selain itu, inilah faktor risiko lainnya:
- Pernah menderita tiroiditis pasca persalinan sebelumnya.
- Menderita diabetes tipe 1.
- Memiliki riwayat penyakit tiroid pada diri sendiri maupun keluarga.
- Memiliki antibodi antitiroid sebelum hamil.



















