Cara Mencegah Autis sejak Kehamilan, Sangat Penting Diperhatikan

Menurut penjelasan yang dikutip dari Healthline, autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) merupakan istilah luas untuk menggambarkan sekelompok kondisi perkembangan saraf. Kondisi ini biasanya ditandai dengan perbedaan dalam komunikasi, interaksi sosial, serta adanya minat atau perilaku yang terbatas dan berulang. 

Meskipun penyebab pastinya belum sepenuhnya diketahui, ada beberapa faktor yang diyakini dapat meningkatkan risiko anak mengalami autisme, antara lain:

1. Memiliki anggota keluarga dekat dengan kondisi autisme.

2. Adanya mutasi genetik tertentu.

3. Kondisi genetik seperti sindrom Fragile X dan kelainan genetik lainnya.

4. Usia ibu saat hamil lebih dari 40 tahun

5. Berat badan bayi saat lahir rendah.

6. Paparan terhadap logam berat atau zat berbahaya di lingkungan.

7. Riwayat infeksi virus pada ibu selama kehamilan.

8. Paparan janin terhadap obat tertentu seperti asam valproat atau thalidomide (Thalomid).

Autisme tidak termasuk penyakit dan penyebab pastinya masih belum diketahui, sehingga belum ada metode yang benar-benar bisa mencegahnya. 

Namun, beberapa langkah dapat dilakukan untuk membantu mengurangi risiko anak mengalami autisme:

1. Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin sesuai arahan dokter.

2. Menghindari konsumsi minuman beralkohol selama masa kehamilan.

3. Tidak mengonsumsi obat-obatan tanpa saran atau persetujuan dokter.

4. Penuhi asupan nutrisi yang cukup.

5. Tidak merokok dan hindari asap rokok selama masa kehamilan.

6. Memberikan stimulasi ringan pada janin.

7. Kelola stress dengan baik.

8. Hindari paparan zat berbahaya.

9. Menerapkan pola hidup sehat.

Gangguan dalam komunikasi dan interaksi sosial

1. Anak lebih sering bermain sendiri dibandingkan dengan bermain bersama teman sebaya.

2. Kurang tertarik untuk berinteraksi dengan orang lain.

3. Sering mengulang kata atau kalimat yang sama secara berulang.

4. Pada usia sekitar 15 bulan, tidak menunjuk objek yang disukai atau menarik perhatian orang lain.

5. Pada usia 3 tahun, jarang melakukan permainan peran, seperti berpura-pura menjadi guru atau pahlawan super.

6. Pada usia 5 tahun, jarang atau bahkan tidak terlihat bernyanyi, menari, atau berakting.

Gangguan perilaku

1. Menunjukkan gerakan yang sama berulang-ulang dan bisa marah jika gerakan tersebut dihentikan.

2. Memiliki minat yang sangat kuat pada suatu hal, sulit untuk dialihkan, misalnya terpaku melihat kipas angin.

3. Beberapa anak mungkin menunjukkan perilaku agresif, seperti membenturkan kepala, menggigit, memukul, atau menampar.

Gangguan lainnya

1. Terlambat berbicara atau terlambat berjalan.

2. Mengalami masalah pencernaan, seperti sembelit.

3. Suasana hati yang mudah berubah-ubah.

4. Bisa merasakan ketakutan yang berlebihan terhadap sesuatu atau justru tidak takut sama sekali.

Mengenali gejala autisme memang tidak selalu mudah, namun kontrol rutin sesuai arahan dokter anak dapat menjadi skrining awal, terutama jika terdapat gangguan dalam tumbuh kembang. Segera periksakan si Kecil ke dokter jika menunjukkan tanda-tanda berikut:

• Usia 6 bulan

Tidak tersenyum, tidak menunjukkan ekspresi senang, atau tidak membalas senyum orang lain.

• Usia 9 bulan

Tidak meniru ekspresi wajah atau suara, serta tidak menunjukkan kontak mata.

• Usia 12 bulan

Tidak merespon saat namanya dipanggil, belum mulai mengoceh, dan tidak melambaikan tangan atau menunjuk benda.

• Usia 16 bulan

Belum bisa mengucapkan kata-kata sama sekali.

• Usia 24 bulan

Belum mampu membentuk satu frasa atau menggabungkan setidaknya dua kata, misalnya “mau makan”.

Nah, itu dia rangkuman mengenai cara mencegah autis sejak kehamilan. Semoga informasinya dapat membantu, ya, Ma.