Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Dampak Siklus Menstruasi terhadap Komplikasi Kehamilan

Menstruasi .png
Pinterest.com/mirevista

Bagi perempuan, siklus menstruasi bukan hanya rutinitas bulanan yang menandai datangnya haid. Lebih dari itu, siklus ini bisa menjadi cerminan kesehatan reproduksi dan keseimbangan hormon. Pola menstruasi yang teratur biasanya menunjukkan kondisi tubuh yang sehat, sementara siklus yang tidak teratur bisa menjadi tanda adanya perubahan dalam tubuh.

Siklus menstruasi ternyata juga memiliki kaitan dengan kondisi kehamilan. Jika siklus haid terlalu panjang atau terlalu pendek, hal ini dapat memengaruhi proses kehamilan dan meningkatkan risiko munculnya beberapa masalah saat mengandung. Karena itu, penting untuk memahami bagaimana pola siklus haid bisa berpengaruh pada perjalanan kehamilan.

Untuk lebih jelasnya, yuk, simak rangkuman Popmama.com  mengenai dampak siklus menstruasi terhadap risiko komplikasi kehamilan.

Siklus Menstruasi yang Normal

Apakah haid 3 hari normal.png
Pinterest.com/drmindypelz

Siklus menstruasi pada umumnya berlangsung setiap 21 hingga 35 hari, dengan rata-rata 28 hari. Durasi ini dihitung sejak hari pertama haid hingga hari pertama haid berikutnya. Setiap perempuan bisa punya pola yang berbeda, dan hal tersebut masih dianggap normal selama berada dalam rentang waktu tersebut.

Selain soal panjang siklus, keteraturan juga penting diperhatikan. Jika siklus datang hampir di waktu yang sama setiap bulannya, berarti tubuh mama sedang berada dalam kondisi hormonal yang seimbang. Sebaliknya, jika terlalu sering maju, mundur, atau bahkan terlewat, bisa jadi itu sinyal tubuh sedang mengalami perubahan tertentu.

Siklus Menstruasi Tidak Teratur ada Dampaknya pada Kesuburan

Haid 3 hari saja .png
Pinterest.com/forbesmagazine

Siklus menstruasi yang tidak teratur baik terlalu pendek, terlalu panjang, atau bahkan sering terlewat bisa menunjukkan adanya gangguan ovulasi. Saat ovulasi tidak terjadi secara konsisten, peluang untuk hamil secara alami bisa menurun karena sulit memahami masa subur tiap bulannya. 

Beberapa kondisi medis seperti PCOS (Polycystic Ovary Syndrome), ketidakseimbangan tiroid, atau stres berat juga bisa menjadi penyebab siklus yang tidak teratur. Kondisi-kondisi ini mengganggu keseimbangan hormon, sehingga menghambat pelepasan sel telur yang matang. 

Selain itu, ada pula kondisi anovulasi keadaan di mana sel telur tidak melepas, meskipun tetap datang. Hingga pada akhirnya bisa menyulitkan proses pembuahan, karena ovulasi merupakan langkah penting dalam terjadinya proses kehamilan. 

Dampak Siklus Menstruasi terhadap Komplikasi Kehamilan

Siklus menstruasi .png
Pinterest.com/lesastucesFR

Siklus menstruasi yang tidak teratur sebelum hamil bisa menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi kehamilan. Penelitian menunjukkan bahwa siklus yang terlalu panjang, terlalu pendek, atau sering berubah-ubah dapat meningkatkan risiko komplikasi seperti preeklamsia, diabetes gestasional, hingga bayi lahir dengan berat badan rendah. 

Hal ini juga diungkap dalam sebuah penelitian yang dipublish pada PubMed. Hasil penelitian tersebut menyebut bahwa mereka dengan siklus tidak teratur sebelum hamil memiliki risiko lebih tinggi mengalami preeklamsia (7,9% vs. 5,2%) dan kelahiran dengan berat lahir rendah (6,0% vs. 3,6%) dibanding mereka yang siklusnya lebih teratur.

Ketidakteraturan ini sering berkaitan dengan gangguan hormon atau masalah metabolik. Misalnya, pada kondisi seperti PCOS atau resistensi insulin, pada akhirnya kualitas ovulasi bisa terganggu dan berpengaruh pada kesehatan kehamilan. Dampaknya, tubuh lebih rentan mengalami tekanan darah tinggi saat hamil, pertumbuhan janin yang tidak optimal, maupun risiko kelahiran prematur.

Selain itu, data dari studi retrospektif Project Viva juga mengungkap pola serupa, mereka dengan siklus panjang atau terlalu tidak teratur memiliki risiko lebih tinggi mengalami diabetes gestasional (GDM/IGT) dan kelahiran prematur, sedangkan siklus sangat pendek juga dikaitkan dengan bayi dengan ukuran lahir rendah.

Dengan kata lain, pola menstruasi bukan hanya bicara soal kesuburan, tetapi juga bisa memberi gambaran awal mengenai bagaimana tubuh merespons kehamilan.

Menjaga Kesehatan Siklus Menstruasi

Siklus haid normal.png
Pinterest.com/onegreenplanet

Menjaga siklus menstruasi tetap teratur bisa dilakukan dengan langkah sederhana dalam kehidupan sehari-hari, Ma! Seperti: 

  1. Menerapkan pola makan seimbang, yang kaya akan serat, protein, dan nutrisi penting untuk mendukung keseimbangan hormon. Hindari konsumsi gula berlebih karena bisa mempengaruhi metabolisme tubuh.

  2. Olahraga teratur juga punya peran besar. Aktivitas fisik ringan hingga sedang, seperti jalan kaki atau yoga, dapat membantu menjaga berat badan ideal sekaligus menstabilkan hormon.

  3. Tidur cukup dan berkualitas, karena kurang istirahat bisa memicu siklus haid menjadi tidak teratur.

  4. Mengelola stres dengan baik. Stres berlebihan dapat mengganggu produksi hormon reproduksi dan akhirnya berdampak pada siklus menstruasi. 

Itu tadi penjelasan soal dampak siklus menstruasi terhadap risiko komplikasi kehamilan. Jika siklus sering berubah-ubah atau terasa mengganggu, sebaiknya segera konsultasi dengan tenaga medis agar mendapat penanganan yang tepat.

Memahami siklus menstruasi bukan cuma soal catatan tanggal haid, tapi juga bisa membantu Mama mengenali kondisi tubuh yang berpotensi memengaruhi kehamilan. Dengan menjaga kesehatan siklus menstruasi, Mama bisa meminimalkan risiko komplikasi dan mendukung kehamilan yang lebih aman dan nyaman.

Share
Topics
Editorial Team
Wahyuni Sahara
EditorWahyuni Sahara
Follow Us

Latest in Pregnancy

See More

Benarkah Seks di Trimester Akhir Bantu Lancarkan Persalinan?

05 Des 2025, 13:07 WIBPregnancy