Kenapa Bisa Hamil meski Sperma Dikeluarkan di Luar? Ini Faktanya
.jpg)
- Efektivitas metode withdrawal sekitar 78%, sehingga 22 dari 100 pasangan masih bisa hamil dalam satu tahun.
- Tingkat kegagalannya lebih tinggi dibandingkan kontrasepsi seperti pil KB, kondom, atau IUD.
- Metode ini tidak melindungi dari infeksi menular seksual (IMS), sehingga berisiko bagi kesehatan reproduksi.
Banyak pasangan mengira bahwa mengeluarkan sperma di luar vagina saat berhubungan seksual cukup untuk mencegah kehamilan. Metode ini dikenal sebagai withdrawal atau coitus interruptus, saat ini dalam bahasa populer disebut juga "cabut singkong".
Metode ini yaitu saat laki-laki menarik keluar penis sebelum ejakulasi. Namun, kenyataannya metode ini tidak sepenuhnya efektif.
Faktanya, perempuan tetap bisa hamil meski sperma tidak dikeluarkan langsung di dalam. Ada beberapa penjelasan medis yang mendasari hal ini, termasuk soal cairan pra-ejakulasi dan waktu ovulasi yang tidak selalu disadari.
Berikut Popmama.com rangkum informasi mengenai kenapa bisa hamil meski sperma dikeluarkan di luar dan beberapa faktanya.
1. Alasan bisa hamil meski sperma dikeluarkan di luar

Metode withdrawal atau coitus interruptus dilakukan dengan menarik penis sebelum ejakulasi agar sperma tidak masuk ke dalam vagina. Namun, cairan pra-ejakulasi (pre-cum) yang keluar sebelum ejakulasi seringkali mengandung sejumlah kecil sperma.
Meski jumlahnya tidak sebanyak saat ejakulasi, terkadang cukup untuk membuat sel telur dibuahi. Bahkan pada beberapa pria, cairan ini bisa memiliki sperma hidup yang bergerak (motil), menjadikan risiko kehamilan tetap ada.
Selain itu, metode ini sangat bergantung pada timing dan kontrol diri sang laki-laki. Kesalahan dalam menarik tepat waktu atau kegagalan mengenali tanda ejakulasi dapat menyebabkan sperma masuk ke vagina tanpa disadari, sehingga kehamilan bisa tetap terjadi.
2. Seberapa efektif metode ini untuk mencegah kehamilan?

Dikutip dari berbagai sumber, metode withdrawal atau mengeluarkan penis sebelum ejakulasi memiliki efektivitas sekitar 78%. Artinya, sekitar 22 dari 100 pasangan yang hanya mengandalkan metode ini masih berpeluang mengalami kehamilan dalam waktu satu tahun. Jika dibandingkan dengan kontrasepsi lain seperti pil KB, kondom, atau IUD, tingkat kegagalan metode ini tergolong cukup tinggi.
Selain itu, metode ini tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS). Artinya, risiko yang dihadapi bukan hanya soal kehamilan yang tidak direncanakan, tetapi juga potensi gangguan pada kesehatan reproduksi secara keseluruhan.
3. Kapan risiko hamil meningkat meski sperma tidak dikeluarkan di rahim?

Risiko kehamilan melalui metode ini meningkat saat melakukan hubungan seksual beberapa kali dalam waktu singkat. Pasalnya sisa sperma masih ada di uretra.
Selain itu, saat ovulasi yakni tiga hari sebelum hingga satu hari setelah pelepasan sel telur juga bisa meningkatkan risiko kehamilan. Pada masa ini kesuburan perempuan berada pada puncak. Dua sel sperma pun cukup untuk menyebabkan kehamilan jika terjadi kontak sepanjang periode ini.
4. Cara mengurangi risiko hamil dengan ejakulasi di luar

Untuk memaksimalkan efektivitas metode ejakulasi di luar, laki-laki bisa buang air kecil sebelum berhubungan untuk membersihkan saluran uretra dari sperma sisa. Ini bisa membantu mengurangi jumlah sperma yang hilang dalam pre-cum.
Hindari penetrasi kedua tanpa mencuci penis terlebih dahulu jika telah ejakulasi sebelumnya. Lalu, jangan menyentuh vagina jika tangan atau jari terpapar cairan sperma.
Lebih baik lagi, jika memungkinkan, kombinasikan metode ini dengan kondom atau spermisida sebagai lapisan perlindungan tambahan. Alternatif lain adalah menggunakan emergency contraception.
5. Apakah metode ini bisa jadi salah satu KB alami?

Metode sperma dikeluarkan di luar termasuk dalam kategori KB alami karena tidak melibatkan alat atau hormon. Beberapa orang menganggapnya sebagai pilihan yang lebih alami dan tanpa efek samping fisik serta hormonal.
Namun, hanya boleh diandalkan jika digunakan konsisten dan teliti setiap kali berhubungan. Meski jika dihitung prevalensi metode ini termasuk salah satu metode KB dengan efektivitas rendah karena hanya memblokir kehamilan sebanyak ±78–80 % sana.
Jadi, meski bisa digunakan sebagai pilihan "tambahan", sebaiknya tidak dijadikan satu-satunya metode KB utama. Apalagi jika pasangan ingin menghindari kehamilan dengan serius.
Itulah tadi informasi mengenai kenapa bisa hamil meski sperma dikeluarkan di luar. Semoga membantu.