71 Ribu Perempuan Indonesia Pilih Childfree, Ini Tiga Alasannya!

- Menteri BKKBN mengungkap 71 ribu perempuan Indonesia memilih childfree
- Alasan utama perempuan pilih childfree: ekonomi, karier, dan pergeseran nilai kebahagiaan
- Pemerintah hadir dengan program Tamasya untuk dukung Mama yang ingin berkarier tanpa meninggalkan anak
Tingginya tren childfree di kalangan perempuan Indonesia mulai mendapat perhatian serius dari berbagai pihak, termasuk Menteri BKKBN. Baru-baru ini, Menteri mengungkap fakta mengejutkan bahwa sekitar 71 ribu perempuan di Indonesia memilih untuk hidup tanpa anak alias childfree.
Angka ini tentu bukan sekadar statistik biasa, melainkan cerminan dari preferensi hidup yang semakin beragam di tengah perkembangan zaman dan perubahan pola pikir masyarakat. Lalu, apa sebenarnya alasan banyak perempuan di Indonesia mengambil keputusan besar tersebut?
Popmama.com akan membahas mengenai alasan perempuan Indonesia memilih untuk childfree. Yuk simak bersama!
1. 71 ribu perempuan Indonesia memilih childfree, apa kata Menteri BKKBN?

Sekitar 71 ribu perempuan Indonesia menyatakan keinginan untuk tidak memiliki anak atau memilih hidup childfree. Fakta ini diungkapkan langsung oleh Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sekaligus Kepala BKKBN, Wihaji. Angka ini cukup besar dan menjadi gambaran nyata perubahan pola pikir perempuan di Indonesia soal keluarga dan peran hidupnya.
Meski demikian, Menteri Wihaji juga meyakini bahwa meskipun keinginan childfree itu ada, belum tentu semua perempuan yang menyatakan ingin childfree benar-benar menjalankannya.
2. Kenapa banyak perempuan pilih childfree? ini tiga alasan utamanya

Menurut Menteri Wihaji, ada tiga alasan utama yang bikin perempuan di Indonesia memilih hidup tanpa anak alias childfree. Yang pertama, tentu masalah ekonomi. Banyak perempuan yang mikir panjang soal biaya besar saat mengasuh anak, mulai dari kebutuhan sehari-hari hingga pengeluaran untuk membayar pengasuh. Semua itu membutuhkan dana yang nggak sedikit, sehingga jadi pertimbangan serius sebelum memutuskan punya anak.
Alasan kedua berhubungan erat dengan karier. Banyak perempuan merasa harus mengorbankan pekerjaan dan perkembangan karier setelah mereka punya anak, terutama kalau nggak ada dukungan pengasuhan yang memadai. Ini bikin sebagian dari mereka ragu untuk punya anak karena takut kariernya mandek atau bahkan berhenti.
Terakhir, ada pergeseran nilai dalam kehidupan modern saat ini. Kebahagiaan kini tidak harus selalu diidentikkan dengan punya anak. Ada yang merasa lebih puas dan bahagia dengan aktivitas lain, bahkan sampai ke tahap mengasuh boneka sebagai bentuk alternatif kepuasan emosionalnya. Tren perubahan pola pikir ini cukup menarik dan menjadi alasan sosial yang ikut memengaruhi keputusan childfree.
Jadi, keputusan childfree bukan hanya soal tidak mau punya anak, tapi juga soal bagaimana perempuan menata ulang prioritas dan kebahagiaan mereka dalam konteks kehidupan modern yang serba dinamis dan penuh tantangan.
3. Respon pemerintah mengenai childfree

Meski anak adalah masa depan bangsa, pemerintah memahami keresahan perempuan yang memilih childfree. Wihaji menegaskan bahwa childfree bukanlah pilihan ideal untuk Indonesia.
BKKBN hadir menjawab tantangan melalui program Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya). Program ini memberikan fasilitas penitipan anak yang aman dan terjangkau khusus untuk Mama yang bekerja, supaya mereka tetap bisa menjalani karier tanpa harus meninggalkan anak.
Program Tamasya juga melibatkan kerja sama lintas kementerian, termasuk Kementerian Lingkungan Hidup. Pemerintah mewajibkan perusahaan, terutama sektor lingkungan dan pabrik yang banyak mempekerjakan perempuan, untuk menyediakan fasilitas penitipan anak sebagai syarat perizinan.
Dengan begitu, para Mama dapat lebih nyaman bekerja sementara anak-anak tetap mendapatkan pola asuh dan pendidikan yang layak. Ini solusi konkret yang diharapkan bisa mengurangi alasan perempuan memilih childfree karena keterbatasan dukungan.
Jadi fenomena 71 ribu perempuan Indonesia yang memilih hidup childfree menunjukkan adanya perubahan pola pikir dan nilai hidup di masyarakat kita. Alasannya juga beragam, mulai dari pertimbangan ekonomi, tuntutan karier, hingga pandangan baru soal kebahagiaan yang tidak selalu harus berpusat pada memiliki anak.
Meski begitu, pemerintah terus berupaya memberikan dukungan nyata lewat program Tamasya agar para Mama yang ingin berkarier tetap merasa lega soal pengasuhan anak. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Ma.



















