- Analisis fisik urine – melihat warna, bau, dan kejernihan urine yang bisa memberi gambaran awal mengenai hidrasi dan kemungkinan adanya masalah kesehatan.
- Pemeriksaan kimia urine – mendeteksi kadar protein, glukosa, keton, bilirubin, hingga hormon hCG yang menjadi indikator awal kehamilan.
- Pemeriksaan mikroskopis – mengecek adanya sel darah merah, sel darah putih, bakteri, atau kristal yang bisa menandakan infeksi saluran kemih atau gangguan ginjal, yang penting diatasi sebelum hamil.
9 Jenis Medical Check Up yang Perlu Mama Lakukan Sebelum Hamil

- Tes urine lengkap penting untuk memantau kondisi kesehatan tubuh dan kesuburan sebelum hamil.
- Pemeriksaan tekanan darah memberi gambaran awal tentang kesehatan jantung dan risiko komplikasi selama kehamilan.
- Pemeriksaan gula darah, fungsi tiroid, analisa gen, TORCH, pap smear, skrining ginekologi, dan STI test juga penting dilakukan sebelum hamil.
Sebelum hamil, banyak persiapan yang harus kamu lakukan sebagai calon Mama. Bukan hanya menjaga pola makan dan mengendalikan gaya hidupmu, tetapi kamu juga perlu melakukan beberapa pemeriksaan atau medical check up, lho!
American Congress of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) telah merekomendasikan kepada semua pasangan yang akan merencanakan kehamilan, untuk mulai melakukan beberapa pemeriksaan kesehatan yang diperlukan untuk menunjang kehamilannya nanti.
Seperti yang kita ketahui, beberapa tahun belakangan ini kasus kehamilan dan kelahiran yang bermasalah cukup meningkat tajam. Hal tersebut banyak disebabkan oleh masalah yang terkait dengan riwayat kesehatan sang calon mama atau papa, seperti kelainan genetik, bakat, pengaruh hormonal, penyakit berat yang diderita atau tidak disadari, dan lain sebagainya.
Kamu bisa berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli kandungan untuk mengetahui apa saja tes yang kamu butuhkan, sesuai dengan kondisi dan riwayat kesehatanmu. Berikut penjelasan yang telah Popmama.com rangkum untuk diketahui.
1. Tes urine lengkap

Kalau Mama sedang program hamil (promil), tes urine lengkap bisa jadi langkah awal yang penting untuk memantau kondisi kesehatan tubuh. Pemeriksaan ini biasanya meliputi:
Tes urine lengkap ini biasanya direkomendasikan dokter sebelum dan selama promil untuk memastikan tidak ada kondisi medis tersembunyi yang bisa memengaruhi kesuburan atau kehamilan.
2. Tekanan darah

Pemeriksaan tekanan darah sangat penting dilakukan saat promil karena hasilnya bisa memberi gambaran awal mengenai kesehatan jantung dan pembuluh darah. Jika tekanan darah terlalu tinggi (hipertensi), risiko komplikasi seperti preeklamsia, gangguan plasenta, hingga pertumbuhan janin terhambat bisa meningkat.
Sebaliknya, tekanan darah yang terlalu rendah juga dapat menimbulkan masalah seperti pusing, pingsan, hingga menurunnya aliran darah ke janin, sehingga perlu dipantau sejak awal.
3. Tes glukosa dengan HbA1c

Penderita diabetes yang kurang terkontrol berisiko tinggi mengalami gangguan pertumbuhan janin selama kehamilan, serta berisiko melahirkan bayi dengan gula darah yang sangat rendah.
Selain itu, perempuan dengan gula darah tak terkontrol juga dua kali lebih berisiko mengalami persalinan caesar hingga kematian bayi saat persalinan.
Itu sebabnya, jika kamu punya kelebihan berat badan, mengalami tanda-tanda diabetes, atau berisiko diabetes, penting untuk kamu melakukan pemeriksaan gula darah sebelum hamil.
Bukan hanya gula darah puasa saja, kamu juga disarankan melakukan pemeriksaan HbA1c, yaitu memeriksa kadar gula darah selama tiga bulan terakhir untuk melihat apakah ada kelainan atau tidak. Pemeriksaan ini dinilai lebih akurat untuk mengetahui bagaimana tingkat glukosa dalam tubuhmu.
4. Tes fungsi tiroid

Hormon tiroid juga sangat dibutuhkan dalam perkembangan janin normal. Jika kamu mengalami hipotiroid atau kekurangan hormon tiroid, maka pertumbuhan janin bisa terhambat, hingga mengalami kecacatan. Sebaliknya, kelebihan hormon tiroid juga dapat mengganggu plasenta, dan dapat menurunkannya ke bayi.
Pemeriksaan ini bisa mengetahui apakah kamu memiliki masalah tiroid. Jika kamu memilikinya, masalah tiroidmu bisa diatasi terlebih dahulu sebelum kehamilan terjadi. Pemeriksaan ini dilakukan melalui pemeriksaan darah khusus.
5. Analisa gen

Sebagian orang mungkin saja membawa sebuah 'bakat' penyakit genetik tanpa menyadarinya. Itu sebabnya, dokter sering merekomendasikan tes darah khusus untuk menganalisa ada atau tidaknya bakat kelainan genetik yang kamu atau pasangan kamu miliki, termasuk talasemia dan down syndrome.
Jika kamu dan pasanganmu sama-sama membawa gen resesif, ada kemungkinan bahwa janin bisa mendapatkan dua gen tersebut. Hal itu dapat menimbulkan masalah tertentu. Jika hal ini diketahui lebih awal sebelum kehamilan terjadi, dokter bisa melakukan cara tertentu untuk mengurangi risiko pada kehamilanmu nantinya.
6. TORCH

Tes ini merupakan salah satu tes umum yang paling direkomendasikan bagi kamu yang sedang merencanakan kehamilan, terutama bagi kamu yang berisiko.
Melalui tes ini, kamu bisa mengetahui apakah kamu terpapar virus toxoplasma, rubella, cytomegalovirus, dan herpes. Melalui tes ini pula kamu bisa mengetahui kemungkinan kelainan bawaan atau adanya risiko keguguran yang bisa disebabkan oleh virus-virus tersebut.
7. Pap smear

Pap smear wajib dilakukan bagi semua perempuan yang sudah menikah setiap dua hingga tiga tahun sekali. Pap smear juga salah satu rangkaian tes yang direkomendasikan bagi kamu sebelum merencanakan kehamilan.
Tes dilakukan dengan memasukkan spekulum ke vagina untuk mengambil cairan serviks. Tes ini menilai ada tidaknya sel abnormal di dalam rahim yang bisa berkembang menjadi kanker.
8. Skrining ginekologi

Skrining ginekologi ini dilakukan untuk memeriksa kemungkinan adanya uterine fibroid, kista, tumor jinak, atau penyakit radang panggul. Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk mendeteksi sindrom PCOS (polycystic ovarian syndrome) maupun masalah ginekologi lain yang bisa memengaruhi kesuburan serta menghambat kehamilan.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), skrining ginekologi rutin sangat dianjurkan sebelum program hamil karena dapat membantu mengidentifikasi dan menangani kondisi reproduksi lebih dini sehingga peluang keberhasilan kehamilan meningkat.
9. Sexually Transmitted Infections test (STI)

Penyakit menular seksual dapat menyebabkan gangguan pada saluran telur dan menyebabkan sulit hamil. Penyakit seperti HIV atau hepatitis B dan C juga dapat ditularkan ke bayi, hingga menyebabkan kelainan.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di AS merekomendasikan para perempuan berusia 25 tahun yang sudah aktif berhubungan seksual perlu diskrining untuk melakukan tes ini, terlebih bagi yang berisiko tinggi mengalami HIV, hepatitis B atau C, atau sifilis.
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut berguna untuk mengetahui apakah kondisi kesehatan kamu cukup baik untuk menjalani kehamilan dan tidak berisiko.
Medical check up yang dilakukan sebelum hamil juga diharapkan bisa membantu untuk mengurangi risiko kehamilan dan kelahiran yang bermasalah.



















