Hubungan antara aktivitas pergerakan janin dan temperamen bayi telah diamati dalam berbagai penelitian. Berikut adalah beberapa hal yang paling menarik :
1. Lebih banyak gerakan janin mungkin berarti bayi akan lebih sedikit menangis.
Sebuah penelitian di Inggris meminta ibu hamil untuk membuat catatan selama 1 jam setiap harinya mengenai gerakan janinnya dengan mengklasifikasikan masing-masing gerakan janin, apakah gerakannya lemah atau kuat yang terjadi di pagi dan sore hari selama 3 hari pada usia kehamilan 37 minggu.
Para ibu kemudian menyelesaikan jurnal harian yang berisi tentang perilaku bayi mereka pada 1, 6, dan 12 minggu pascapersalinan.
Gerakan janin yang kuat tidak berkorelasi dengan perilaku bayi di kemudian hari, tetapi jumlah gerakan lemah yang malah berkolerasi dengan temperamen bayi.
2. Janin yang memiliki gerakan lemah selama kehamilan akan lebih rewel dan banyak menangis saat bayi.
Sisi baiknya, gerakan janin tidak berkorelasi dengan pola tidur atau perilaku makan. Gerakan janin yang lebih banyak mungkin menunjukkan bahwa bayi cenderung lebih aktif.
Dr. Janet DiPietro dari Johns Hopkins telah mempelajari perkembangan janin selama lebih dari 20 tahun, termasuk beberapa penelitian tentang pertanyaan aktivitas janin apa yang dapat memberi tahu watak anak sebelum kelahirannya.
Salah satu penelitian pertama yang diterbitkan pada tahun 1996, menemukan bahwa janin yang lebih aktif menjadi bayi yang lebih sulit diprediksi serta tidak dapat beradaptasi berdasarkan kuesioner ibu yang memiliki bayi usia 3 dan 6 bulan.
3. Bayi yang lebih banyak bergerak selama kehamilan mungkin tidak mudah frustrasi pada usia 1 tahun dan lebih mandiri pada usia 2 tahun.
Studi lain dari lab Janet DiPietro termasuk penilaian perilaku pada usia 1 dan 2 tahun.
Dalam tes 1, bayi berusia 1 tahun menyaksikan mainan yang tampak menyenangkan di tempatkan di belakang penghalang kaca tembus pandang, di luar jangkauan mereka, dan para peneliti mencatat betapa tertekannya mereka dengan pengaturan ini seperti membenturkan kaca atau memilih pindah ke hal lain yang lebih menarik.
Tes lainnya mencoba meneliti bayi yang ditempatkan ke kursi mobil bayi, biasanya seperti yang Mama tahu terkadang kegiatan ini membuat si Kecil frustasi.
Selain itu di tes 2, peneliti memberikan skenario dengan mengamati anak usia 2 yang bermain di rumah mereka sementara para ibu diinstruksikan untuk duduk dekat tetapi bertindak terlalu sibuk berinteraksi dengan balita mereka.
Ada korelasi yakni anak yang saat janinnya memiliki lebih banyak aktivitas tidak terlalu frustasi di tes pertama dan bermain lebih mandiri pada usia 2 tahun di tes kedua.
Ada juga hubungan yang menarik dengan jenis kelamin dalam penelitian ini.
Pada usia 1 tahun, anak laki-laki yang lebih aktif dalam kandungan juga merupakan balita yang lebih aktif. Namun, anak perempuan yang lebih aktif dalam kandungan adalah kebalikannya malah kurang aktif saat balita.
Penelitian ini mungkin cukup menarik ya, Ma. Namun, jangan terlalu menganggap kalau semua penelitian ini pasti akan terjadi pada si Kecil yang bahkan belum lahir. Mungkin dari penelitian ini bisa di ambil sisi baiknya agar sebagai seorang calon ibu, mulai lebih memperhatikan tentang berbagai macam karakter orang.
Studi-studi ini secara khusus mencoba memisahkan gerakan janin dari banyak sumber variasi lainnya.
Mereka meneliti banyak bayi dengan menggunakan model matematika untuk mengidentifikasi pola dalam kelompok, tetapi mereka benar-benar tidak dapat memberi tahu apapun tentang karakter masing-masing bayi.
Biarkan si Kecil kelak memberitahu bagaimana perasaan, emosi, dan sifatnya pada Mama. Sebagai seorang ibu, kita hanya bisa mendampingi dan memberikan yang terbaik untuknya.
Demikian penjelasan mengenai bisakah gerakan janin memprediksi jenis kelamin bayi. Semoga informasi ini bermanfaat untuk Mama, ya.
Baca juga :