Kenapa Perempuan Pernah Hamil Tidak Boleh Donor Plasma Konvalesen?

Ada senyawa di tubuh perempuan yang pernah hamil bisa berbahaya bagi pasien Covid-19

6 Juli 2021

Kenapa Perempuan Pernah Hamil Tidak Boleh Donor Plasma Konvalesen
Pexels/karolina-grabowska

Perempuan pernah hamil tidak boleh menjadi donor plasma konvalesen. Rupanya hal itu menjadi syarat mutlak untuk mendonorkan plasma bagi pasien Covid-19. 

Terapi plasma konvalesen adalah salah satu pilihan yang disebut bisa mengurangi tingkat keparahan infeksi Covid-19. Terapi ini juga dipercaya mempercepat proses penyembuhan pasien. Cara kerja terapi ini adalah dengan memasukkan plasma darah pasien yang pernah terinfeksi Covid-19 pada pasien yang masih terinfeksi. Plasma dari orang yang sudah sembuh dari virus corona mengandung antibodi yang bisa melawan virus tersebut. 

Lantas mengapa perempuan pernah hamil tidak boleh donor plasma konvalesen? Berikut Popmama.com rangkum informasi selengkapnya.

1. Terapi plasma konvalesen bekerja pada pasien Covid-19

1. Terapi plasma konvalesen bekerja pasien Covid-19
Pexels/Karolina Grabowska

Dikutip dari website Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik Dan Kedokteran Laboratorium Indonesia (PDSPATKLIN), plasma konvalesen ini dapat digunakan sebagai terapi tambahan pasien Covid-19. Ini berdasarkan rapat dari Paparan Rakor Satgas 27 Desember 2020.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) juga menyebut terapi plasma konvalesen sudah mendapat status Emergency Use Authorization (EUA) sebagai terapi penyembuhan Covid-19. Berbagai badan otoritas serta badan-badan kesehatan dunia ‘memperbolehkan’ pemberian plasma konvalesen pada pasien Covid-19 termasuk di Indonesia.

Penggunaan terapi ini direkomendasikan untuk beberapa pasien yang dirawat di rumah sakit dengan gejala sedang hingga berat. Melalui terapi ini diharapkan sistem imun pasien yang masih terinfeksi akan segera membentuk antibodi yang dibutuhkan untuk melawan virus tersebut.

2. Syarat donor plasma konvalesen

2. Syarat donor plasma konvalesen
huffingtonpost.com/ICSident

Bagi masyarakat yang berminat mendonor plasma konvalesen dapat mendaftarkan diri di laman http://plasmakonvalesen.covid19.go.id. Namun, tidak sembarangan karena ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. 

Selain itu, pendonor yang menyumbangkan darahnya juga akan melewati uji laboratorium kelayakan untuk bisa disumbangkan atau tidak.

Terkait dengan persyaratan bagi penyintas Covid-19 yang ingin donor plasma konvalesen, berikut selengkapnya:

  • Ada riwayat konfirmasi positif Covid-19 dalam tiga bulan terakhir.
  • Pendonor sehat dan tidak punya penyakit kronik menular via darah seperti hepatitis, dan lainnya.
  • Diutamakan usia 18-60 tahun.
  • Sudah dinyatakan bebas Covid-19 (negatif) atau telah sembuh minimal selama 14 hari.
  • Diutamakan laki-laki.
  • Untuk perempuan, belum pernah hamil.
  • Berat badan minimal 55 kg.
  • Bersedia menandatangani informed consent (persetujuan donor).

Kembali ke pembahasan awal, dari persyaratan di atas di poin enam jelas sekali dikatakan bahwa perempuan yang pernah hamil tidak dibolehkan mendonorkan plasma konvalesen. 

3. Alasan perempuan pernah hamil tidak boleh donor plasma konvalesen

3. Alasan perempuan pernah hamil tidak boleh donor plasma konvalesen
Freepik/frimufilms

Alasan tersebut mengacu pada laporan studi berjudul Human Leucocyte Antigen Sensitisation and Its Impact on Transfusion Practice, yang dipublikasi di Karger.

Dari penelitian itu, darah dari perempuan yang pernah hamil mengandung senyawa yang disebut 'human leucocyte antigen' (HLA). Diketahui jika antibodi HLA ini justru dapat menyebabkan efek serius pada pasien Covid-19 jika menerima darah dari pendonor perempuan yang pernah hamil.

Antibodi HLA bisa menjadi penyebab terjadinya tranfusion related acute lung injury (TRALI) pada tranfusi darah. TRALI adalah kondisi edema paru atau paru yang membengkak disertai hipoksia. 

TRALI terjadi pada 6 jam pertama setelah dilakukan transfusi darah. Antibodi HLA yang ada pada perempuan yang pernah hamil dapat menghancurkan trombosit yang tidak kompatibel dan dapat menyebabkan refrakter terhadap transfusi trombosit. 

Penelitian dari NCBI menyebutkan bahwa antibodi HLA hanya ditemukan sedikit pada laki-laki. Namun pada perempuan, antibodi HLA ini meningkat seiring dengan jumlah kehamilan yang pernah dialaminya.

Antibodi ini rupanya bisa bertahan lama di dalam tubuh perempuan bahkan hingga 10 tahun. Memang kadarnya akan menurun, tetapi pengurangannya tidak signifikan dan tidak lebih dari 50 persen. 

Atas dasar itulah, perempuan yang pernah hamil tidak boleh donor plasma konvalesen karena berisiko menyebabkan TRALI pada pasien Covid-19.

Itulah tadi alasan perempuan hamil tidak boleh donor plasma konvalesen. Semoga ini bisa membantu Mama dan Papa yang membutuhkan informasi mengenai donor darah konvalesen.

Baca juga:

The Latest