Berikut adalah empat kekhawatiran utama ibu hamil selama cuaca panas. Memahami risikonya akan membantu Mama bersiap menghadapi peringatan cuaca sehingga Mama bisa tetap tenang dan nyaman.
Bila ibu hamil terlalu lama terpapar cuaca panas, berikut beberapa dampaknya:
Kram panas adalah kejang otot yang umum namun menyakitkan yang dapat terjadi jika Mama berolahraga dalam cuaca panas atau lembab. Dari semua kondisi terkait panas yang mungkin Mama alami, kram panas kurang berbahaya.
Tapi kejang tak disengaja yang tidak nyaman ini bisa muncul jika Mama berolahraga saat cuaca panas. Berlangsung lebih lama dari kram kaki pada malam hari, kram panas dapat memengaruhi area betis, lengan, dan perut. Kondisi diperparah dengan tidak mengonsumsi cukup cairan dan elektrolit.
Ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang dibutuhkan (tidak minum cukup air dalam cuaca panas atau berolahraga terlalu intens), dehidrasi dapat terjadi.
Kondisi ini mempersulit sistem tubuh untuk berfungsi dengan baik. Bila terjadi pada ibu hamil, risikonya adalah cairan tubuh yang lebih sedikit berarti penurunan aliran darah ke plasenta. Dehidrasi juga dapat menyebabkan peningkatan aktivitas rahim dan meningkatkan risiko persalinan dini. Jadi, sangat penting untuk minum cukup air saat hamil, terutama saat cuaca panas.
- Kelelahan akibat cuaca panas
Penyakit lain yang mengkhawatirkan yang disebabkan oleh suhu tinggi adalah kelelahan akibat panas, yang terjadi selama cuaca panas, kelembapan tinggi, atau aktivitas fisik yang berat. Kelelahan akibat panas dapat menyebabkan sengatan panas, yang berbahaya dan bahkan mengancam nyawa, dan terkadang sulit dikenali.
Gejalanya mirip dengan yang sering dialami ibu hamil, seperti kelelahan, mual, dan kram otot.
Jika kelelahan panas berkepanjangan, sengatan panas dapat terjadi. Ini adalah jenis penyakit yang berhubungan dengan panas yang paling parah.
Kondisi ini bisa terjadi ketika suhu tubuh naik hingga 40 derajat Celsius atau lebih tinggi. Serangan panas berbahaya bagi mama dan janin. Kondisi ini bisa menyebabkan kerusakan otak, jantung, ginjal, dan otot.