4 Kondisi Air Ketuban Tidak Normal Ini Sering Terjadi saat Hamil

Waspadai, kondisi air ketuban tidak normal yang terjadi selama masa kehamilan!

8 Agustus 2021

4 Kondisi Air Ketuban Tidak Normal Ini Sering Terjadi saat Hamil
Freepik/Rawpixel.com

Air ketuban menjadi salah satu yang memiliki peran penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. 

Cairan ini seolah menjadi perisai yang mampu melindungi janin selama 9 bulan selama masa kehamilan. Fungsi lain dari air ketuban bisa membantu tulang, otot, sistem pencernaan dan paru-paru janin untuk dapat berkembang dan tumbuh dengan baik.

Namun, air ketuban bisa mengalami masalah tersendiri seiring berjalannya waktu. Bila kondisi air ketuban tidak normal, kesehatan dan keselamatan janin justru bisa terganggu. 

Untuk Mama yang masih asing terhadap ketidaknormalan kondisi air ketuban. Kali ini Popmama.com sudah merangkumnya agar bisa memberikan pengetahuan baru mengenai air ketuban yang tidak normal. 

1. Air ketuban terlalu banyak 

1. Air ketuban terlalu banyak 
Unsplash/rawpixel

Air ketuban yang berlebihan atau terlalu banyak bisa disebut juga dengan polihidramnion.  

Banyak faktor yang memicu terjadinya polihidramnion. Saat kelebihan air ketuban, tak jarang akan ditandai dengan rahim ibu yang mengembang lebih cepat dari biasanya. 

Perut ibu hamil juga akan semakin terasa tidak nyaman, sesak saat bernapas, nyeri punggung hingga mengalami pembengkakan pada kaki dan pergelangan tangan. 

Saat mengetahui air ketuban berlebihan, ada baiknya terus dipantau secara rutin oleh dokter. Tujuannya agar terhindar dari segala kemungkinan komplikasi selama hamil. 

Kasus kelebihan air ketuban selama masa kehamilan biasanya kerap terjadi karena kondisi tertentu. Berikut beberapa faktor risiko kondisi terjadinya air ketuban yang berlebihan, seperti: 

  • Adanya kelainan genetika.
  • Sedang hamil anak kembar.
  • Kondisi kromosom yang tidak normal.
  • Memiliki penyakit diabetes gestasional.
  • Plasenta mengalami masalah saat sedang berkembang.
  • Penggunaan obat-obatan yang mengganggu kondisi kandungan.
  • Mengalami infeksi selama hamil, seperti toksoplasma atau rubella.
  • Sel darah bayi diserang sel darah sang Mama. Hal ini terjadi karena ketidaksesuaian darah antara Mama dan janin. 
  • Mengalami sindrom transfusi pada janin kembar. Salah satu janin akan menerima terlalu banyak darah dari plasenta. Maka dari itu, salah satu janin akan mengalami penumpukan cairan.

Dengan banyaknya kemungkinan kondisi kehamilan yang terjadi akibat kelebihan air ketuban, ada baiknya pemeriksaan kehamilan secara rutin dilakukan. Apalagi saat perut terasa mengencang disertai dengan sesak napas. 

Untuk menghindari segala kemungkinan yang bisa terjadi. Tetap harus konsultasi ke dokter ya, Ma. 

Editors' Pick

2. Air ketuban terlalu sedikit

2. Air ketuban terlalu sedikit
Freepik/pressfoto

Oligohidramnion atau kondisi air ketuban terlalu sedikit bisa terjadi saat menjalani masa-masa kehamilan. 

Situasi air ketuban ini bisa terjadi karena terjadi penurunan cairan amnion yang mengelilingi janin di dalam rahim. Penurunan air ketuban yang semakin sedikit  bisa dikarenakan ibu hamil mengalami komplikasi kehamilan seperti dehidrasi akibat jarang minum, preeklamsia, diabetes, hipoksia hingga tekanan darah tinggi kronis. 

Selain itu, dilansir dari American Pregnancy kasus air ketuban yang terlalu sedikit juga bisa dipicu oleh beberapa faktor risiko, seperti: 

  • Ibu hamil seringkali mengonsumsi obat-obatan tertentu. 
  • Usia kehamilan sudah melewati batas normal, sehingga menurunkan fungsi dan kinerja plasenta yang semakin membuat cairan ketuban rendah.
  • Berkurangnya air ketuban di dalam kandungan bisa dikarenakan kebocoran atau dinding ketuban yang pecah, sehingga cairan ketuban banyak keluar dari rahim.  
  • Timbulnya masalah pada plasenta, sehingga berdampak buruk karena plasenta tidak dapat memberikan asupan nutrisi yang cukup baik untuk janin dalam kandungan. 
  • Terjadi masalah terhadap perkembangan saluran kemih atau organ ginjal janin dalam kandungan, sehingga produksi air seninya menjadi lebih sedikit. Hal inilah yang membuat cairan ketuban menjadi semakin berkurang. 

Air ketuban yang semakin sedikit menandakan kemungkinan terjadinya kegagalan plasenta atau gangguan terhadap perkembangan janin. 

3. Air ketuban pecah terlalu dini

3. Air ketuban pecah terlalu dini
Freepik

Mama pasti sudah tahu kalau air ketuban bisa pecah sebelum waktunya. Air ketuban yang pecah terlalu dini bisa terjadi sebelum usia kehamilan menginjak 37 minggu. 

Bila kondisi air ketuban pecah lebih dini sebelum usia kehamilan 37 minggu, maka kondisi kesehatan Mama dan janin di dalam kandungan perlu diwaspadai. Pemicu terjadinya air ketuban pecah ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti: 

  • Terjadi infeksi pada vagina, rahim atau leher rahim.
  • Adanya riwayat pernah menjalankan operasi atau biopsi pada leher rahim. 
  • Memiliki kebiasaan pola hidup yang buruk seperti merokok atau mengonsumsi alkohol.

Beberapa ibu hamil kerap sulit membedakan kondisi air ketuban pecah dengan urine yang keluar. 

Padahal perlu dikenali bahwa air ketuban yang pecah biasanya akan membasahi area vagina dan kemunculannya seolah tidak bisa dikontrol. Sedangkan saat urine yang keluar, Mama akan merasakan sensasi kebelet saat hal ini terjadi.

Air ketuban yang pecah bisa keluar dengan menetes perlahan-lahan atau mengalir begitu deras karena sulit untuk ditahan. Saat air ketuban pecah dan mengalir membanjiri kaki, biasanya akan terasa sensasi seperti letupan di area vagina. 

Jika air ketuban pecah, ada baiknya untuk segera pergi ke rumah sakit. Temui dokter kandungan untuk menghindari hal buruk yang justru bisa membahayakan diri sendiri atau janin. 

4. Air ketuban berwarna keruh 

4. Air ketuban berwarna keruh 
Pixabay/Bgmfotografia

Air ketuban yang berada di dalam perut membuat kondisinya tidak bisa dikontrol dengan mata secara langsung. 

Normalnya air ketuban di dalam kandungan berwarna bening. Namun, beberapa kondisi bisa membuat air ketuban seperti berwarna lebih kekuningan, kehijauan hingga kecokelatan. Air ketuban berwarna keruh tentu dipicu oleh berbagai faktor, seperti: 

  • Usia kehamilan yang terlalu lama atau melebihi batas normal.
  • Chorioamnionitis merupakan infeksi yang terjadi pada plasenta, sehingga bagian rahim akan terasa nyeri. Bahkan terjadi perubahan warna serta bau dari air ketuban. 
  • Air ketuban tercampur dengan mekonium atau kotoran yang dikeluarkan oleh bayi setelah sistem pencernaannya telah sempurna. 

Perlu diketahui kalau air ketuban yang keruh di dalam kandungan bisa sangat membahayakan karena janin bisa mengalami keracunan. Untuk mencegah hal ini terjadi, rutinlah melakukan pemeriksaan serta USG. 

Selain itu, Mama juga bisa mengonsumsi air kelapa muda agar dapat membantu dalam membersihkan rahim dan terus menjaga air ketuban tetap normal. 

Itulah beberapa kondisi air ketuban yang tidak normal selama masa kehamilan. Semoga beberapa informasi mengenai jenis-jenis air ketuban ini bisa memberikan gambaran tersendiri dengan kondisinya yang abnormal. 

Mulai sekarang, bila ada tanda-tanda air ketuban yang tidak normal sebaiknya segera mencari pertolongan. Ini berguna dalam mencegah segala komplikasi lebih lanjut.   

Baca juga: 

The Latest