TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Tak Lolos PPDB Jalur Zonasi, Orangtua Sedih Lihat Anaknya Stres

Diduga karena adanya manipulasi Surat Keterangan Domisili (SKD)

Popmama.com/Novy Agrina

Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) 2020 kembali diwarnai keluhan dari sejumlah orangtua. Tak hanya di Jakarta, PPDB di kota Jember, Jawa Timur pun juga banyak dikeluhkan oleh sejumlah orangtua calon siswa.

Tidak adanya Ujian Nasional akibat pandemi Covid-19 membuat persyaratan untuk PPDB tahun ini sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Namun, bukan hanya persyaratan usia saja yang memberatkan para orangtua dan calon siswa, adanya pemalsuan Surat Keterangan Domisili (SKD) juga menjadi pemicu kekecewaan para orangtua.

Sejumlah orangtua mengaku sedih melihat anaknya stres lantaran tak lolos dalam jalur zonasi. Untuk mengetahui informasi selengkapnya, berikut Popmama.com telah merangkumnya dari berbagai sumber.

1. Adanya dugaan pemalsuan SKD

Freepik/Arrow_smith2

Pada Kamis (2/7/2020) kemarin, belasan wali murid yang tergabung dalam persatuan orangtua peduli pendidikan anak mendatangi kantor DPRD Jember. Mereka menyampaikan kekecewaan terkait PPDB jalur zonasi beberapa waktu lalu.

Sejumlah wali murid mengaku menemukan kejanggalan yakni dugaan pemalsuan SKD.

Dari pemalsuan tersebut, diduga ada siswa yang rumahnya dekat sekolah namun tak lolos jalur zonasi. Berbanding terbalik dengan siswa yang jaraknya jauh dari sekolah yang dituju, tetapi dapat lolos lantaran SKD yang dipalsukan.

2. Seorang Mama sedih lihat anaknya stres lantaran tak lolos

Freepik

Adanya dugaan kecurangan yang dilakukan sejumlah orangtua guna meloloskan anaknya pada sekolah yang dituju tentu membuat kerugian bagi beberapa pihak. Seperti Dwi Riska, salah seorang wali murid yang turut meramaikan aksi demo bersama belasan wali murid lainnya di DPRD Jember.

Ia mencontohkan, ada siswa yang berasal dari Kecamatan Wuluhan dan Jenggawah, bisa masuk di SMAN 1 dan SMAN 2. Padahal jarak sekolah dengan Kecamatan Wuluhan sekitar 36 kilometer. Sementara, anak dari Dwi sendiri tidak lolos di SMAN 2, padahal jaraknya sekitar 1,6 kilometer.

Dwi mengaku anaknya lolos di SMAN 5 yang memiliki jarak lebih jauh dari tempat tinggalnya, “Sampai anak saya stres, sampai sekarang tidak mau masuk SMAN 5. Saya dibikin pusing, kadang (sang anak) tertawa sendiri, tidak mau makan. Bagaimana seorang ibu melihat anaknya seperti itu,” jelas Dwi.

3. Sejumlah wali murid mendesak DPRD untuk mengusut pemalsuan SKD

Freepik/Davit85

Adanya dugaan pemalsuan SKD dianggap sejumlah wali murid telah mengajarkan sikap tidak jujur pada anak untuk masuk ke sekolah. Padahal, kejujuran merupakan hukum tertinggi dalam dunia pendidikan.

Inilah yang membuat persatuan wali murid di Jember mendesak DPRD setempat membongkat praktik SKD palsu yang memberatkan calon siswa lain yang lebih membutuhkan.

Para wali mulid ini meminta DPRD turun langsung ke SMA yang diduga memanipulasi SKD dengan melakukan verifikasi ulang, apakah siswa yang lolos itu benar-benar tinggal dekat dengan sekolah atau tidak. Bila benar ditemukan kecurangan, mereka yang sudah lolos harus dibatalkan. 

Sementara itu, ketua Komisi D DPRD Jember Hafidi mengatakan, pihaknya akan menindaklanjuti aduan sejumlah wali murid tersebut.

Komisi D kota Jember akan menggelar rapat gabungan, sebab tak hanya ruang lingkup pendidikan saja, tetapi ini juga masuk dalam ranah kependudukan.

Baca juga:

The Latest