TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Wajib Tahu: Tanda Anak Mengalami Disforia Gender dan Cara Mengatasinya

Apa jadinya bila anak memiliki identitas gender yang tidak cocok dengan jenis kelaminnya?

Thesun.co.uk

Tidak semua manusia puas dengan apa yang terjadi di hidupnya. Ada manusia yang lahir sebagai laki-laki tetapi ternyata mereka ingin menjadi perempuan begitu sebaliknya. Mereka merasa terjebak di tubuh laki-laki padahal identitas gender mereka adalah perempuan. Hal ini yang biasanya disebut "disforia gender". 

Disini Popmama.commerangkum semua hal yang berkaitan dengan disforia gender meliputi pengertian, penyebab, tanda-tanda anak mengalami disforia gender, dan cara mengatasinya.

Pengertian Gender dan Disforia Gender

Freepik/freevector

Mama pasti sangat familiar dengan yang namanya "gender". Gender adalah keadaan dimana individu yang lahir secara biologis sebagai laki-laki dan perempuan yang kemudian memperoleh pencirian sosial sebagai laki-laki dan perempuan melalui atribut-atribut maskulinitas dan feminitas yang sering didukung oleh nilai-nilai atau sistem dan simbol di masyarakat yang bersangkutan.

Sementara, pengertian disforia gender atau yang biasanya disebut gangguan identitas gender adalah keadaan dimana anak merasa tertekan karena identitas gender mereka berbeda dari jenis kelamin yang diberikan kepada mereka saat lahir. Biasanya disforia gender akan membuat anak memiliki masalah pada lingkungan keluarga dan sekolah, karena disforia gender merupakan gangguan yang masih tabu dan dianggap tidak wajar.

Penyebab Anak Mengalami Disforia Gender

Pexes/Ian Donelo

Penyebab anak mengalami disforia gender belum pasti. Akan tetapi beberapa ahli mengemukakan bahwa penyebab anak mengalami disforia gender adalah :

  • Hormon tambahan dalam sistem ibu - mungkin akibat minum obat ketika sedang mengandung

  • Ketidakpekaan janin terhadap hormon, yang dikenal sebagai Androgen Insensitivity Syndrome (AIS) - AIS merupakan kelainan genetika yang menyebabkan bayi laki-laki lahir dengan fisik seperti seorang perempuan. Bayi yang menderita kondisi ini dapat memiliki organ reproduksi vagina, namun tanpa rahim, tuba fallopi, ataupun indung telur atau bayi tersebut juga dapat memiliki penis yang tidak berkembang sempurna. Penderita sindrom insensitivitas androgen dapat hidup sehat dan normal, tetapi tidak dapat memiliki anak karena kelainan organ seksual yang dialami. Ketika ini terjadi, disforia gender dapat disebabkan oleh hormon yang tidak bekerja dengan baik di dalam rahim.  

  • Congenital Adrenal Hyperplasia (CAH) -  penyakit keturunan yang membuat penampilan fisik seorang wanita tampak lebih maskulin (ambigous genitalia), di mana tingkat hormon pria yang tinggi diproduksi pada janin wanita. Bayi mungkin dianggap jantan secara biologis ketika ia dilahirkan. 

  • Kondisi interseks - yang menyebabkan bayi terlahir dengan dua jenis kelamin. Orang tua disarankan untuk menunggu sampai anak dapat memilih identitas gendernya sendiri sebelum operasi dilakukan.

Tanda-Tanda Anak yang Mengalami Disforia Gender

Freepik

Inilah tanda-tanda anak yang mengalami gangguan identitas gender:

  • Bersikeras bahwa mereka berbeda gender - misalnya, mereka adalah laki-laki tetapi mengatakan bahwa mereka adalah perempuan bukan laki-laki.
  • Kesal atau marah jika mereka sebenarnya perempuan namun dipanggil sebagai laki-laki.
  • Anak menunjukkan tanda-tanda kecemasan -  tidak berprestasi seperti biasa di sekolah, mengamuk, atau tidak ingin mengambil bagian dalam suatu kegiatan. Tanda-tanda ini mungkin lebih jelas dalam pengaturan yang berbasis gender. Misalnya jika anak adalah laki-laki, tetapi tidak mau mengikuti kegiatan laki-laki seperti sepak bola atau kegiatan bela diri.
  • Ingin berpakaian seperti perempuan padahal anak mama adalah laki-laki, begitu sebaliknya.
  • Pergi ke toilet menggunakan cara yang sama seperti lawan jenisnya - misalnya, anak mama perempuan akan tetapi ketika ke toilet ia membuang air kecil dengan cara berdiri bukan duduk.
  • Anak mengajukan pertanyaan tentang jenis kelamin mereka - misalnya, "Apakah vagina saya akan berubah menjadi penis?" atau "Bisakah saya menjadi ayah bukannya ibu ketika saya dewasa?"
  • Anak tidak menyukai ciri-ciri fisik dari jenis kelamin mereka - misalnya, anak mungkin berkata, 'Dapatkah dokter melepas penis saya?' atau 'Saya tidak ingin menumbuhkan payudara ketika saya tumbuh dewasa '.

Pengobatan yang Diperlukan

expatica.com

Hal pertama yang harus dilakukan adalah bawa anak ke psikolog yang terbiasa menangani masalah disforia gender. Hal ini bertujuan untuk menegaskan identitas gender mereka yang sebenarnya dan mengurangi tingkat stres pada anak tersebut.

  •  Jika anak Anda belum mencapai pubertas, yang akan dilakukan psikolog:
  1. Bekerjasama dengan keluarga untuk membantu mama memahami dan mendukung anak.
  2. Mendukung anak untuk mengeksplorasi jenis kelamin mereka
  3. Mendukung anak untuk transisi sosial, jika sesuai.
  • Setelah pubertas dimulai, pilihan pengobatan meliputi:
  1. Dukungan psikologis seperti psikoterapi untuk membantu anak mengeksplorasi identitas gender mereka.
  2. Terapi keluarga untuk membantu mama memahami pengalaman anak.
  3. Dukungan untuk membantu transisi sosial anak, jika perlu.
  4. Pelatihan suara dan terapi wicara untuk membantu anak berkomunikasi dengan cara yang konsisten dengan identitas gender mereka.

Jika anak mama sudah memahami identitas gendernya dan ingin mengubah gender, maka ada dua tahap perawatan medis untuk anak-anak yang ingin mengubah gender:

  • Tahap 1 adalah memberi anak obat untuk menunda pubertas sehingga anak memiliki waktu untuk memutuskan tentang perawatan di masa depan. Perawatan ini sebagian besar digunakan pada masa pubertas awal.
  • Tahap 2 adalah terapi hormon yang biasanya digunakan bagi remaja untuk mengubah tubuh anak agar lebih konsisten dengan identitas gender anak Anda. 

Apa yang Harus Mama Lakukan Ketika Menghadapi Kondisi Ini?

ksl360.com

Meski bukan hal yang mudah, Mama tentu harus punya langkah tepat untuk menghadapi masalah ini. Berikut saran Popmama.com:

1. Mama harus menerima kondisi anak

Ma, meskipun berat mama harus terima. Di Indonesia "disforia gender" adalah hal yang tabu, akan tetapi untuk kebaikan anak mama, mama harus menerima kondisinya. Kalau mama tidak menerima kondisinya, maka anak akan stress, terpuruk, memiliki gangguan kecemasan, bahkan berakhir dengan bunuh diri.

2. Memahami kondisi anak

Orangtua perlu memahami kondisi anak dan mencari tau tentang disforia gender yang menimpa anak. Hal ini akan membantu mama untuk menemukan cara bagaimana membantu anak dalam hal tersebut.

3. Awasi dan arahkan anak

Mama harus mengarahkan anak dalam mengambil sikap dan menjalani apa yang dia pilih. 

4. Bantu diri sendiri agar bisa membantu anak

Untuk membantu anak, mama harus bantu diri sendiri untuk dapat menerima kenyataan yang ada. Jika mama sudah menerima dan beradaptasi, carilah dukungan profesional untuk membantu mama dalam menghadapi anak mama.

Itulah penjelasan mengenai "disforia gender". Mama jangan khawatir, banyak orang menderita disforia gender jadi jika anak mama mengalaminya mama harus menerimanya ya. Tetap semangat ya ma, tetaplah menjadi orangtua yang baik bagi anak dan mama harus mendukungnya terus.

Baca juga:

The Latest