TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Perlu Penanganan Khusus, Ini Dia 5 Fakta Mengenai Dislipidemia

Ternyata obesitas bisa memicu dislipidemia, lho!

Freepik/Racool_studio

Kamu pernah mendengar penyakit dislipidemia?

Dislipidemia merupakan kondisi di mana kadar lemak dalam darah meningkat. Dalam hal ini, maka seseorang berisiko mengalami penyakit jantung dan stroke.

Biasanya, dislipidemia baru terdeteksi saat pemeriksaan darah atau medical check up dan beberapa orang pun memerlukan penanganan khusus serta obat-obatan untuk mengatasi keadaan tersebut.

Nah, berikut Popmama.com berikan informasi mengenai 5 fakta dislipimedia. Yuk, cek ulasannya!

1. Apa saja gejala dislipidemia?

Freepik/valuavitaly

Umumnya, dislipidemia tidak memiliki gejala. Sayangnya beberapa penderita sering kali tidak menyadarinya.

Namun sebagian kecil, seseorang juga bisa mengeluhkan rasa nyeri ketika dislipidemia telah memicu komplikasi tertentu seperti penyakit jantung atau stroke.

Berikut beberapa gejala umum yang muncul:

  • Pusing

  • Nyeri di bagian leher, pundak, dada dan kaki

  • Rasa kesemutan pada ujung jari tangan dan kaki

  • Mengalami keringat dingin

  • Mual dan muntah

  • Mudah lelah

2. Apa saja penyebab dislipidemia?

Freepik/Racool_studio

Berdasarkan penyebab dislipidemia dibedakan menjadi 2 tipe, yakni dislipidemia primer dan sekunder. 

Umumnya dislipidemia primer disebabkan oleh faktor genetik yang diturunkan dari keluarga.

Sedangkan dislipidemia sekunder disebabkan oleh gaya hidup dan kondisi medis yang mempengaruhi kadar lemak dalam darah.

Di bawah ini ada beberapa kebiasaan yang dapat meningkatkan risiko dislipidemia:

  • Faktor genetik

Dislipidemia dapat disebabkan oleh faktor kerutunan. Kondisi kelainan genetik disebut dislipidemia familial dan disebabkan oleh adanya kerusakan pada kromosom 19. Saat alami kelainan tersebut dapat mengalami tubuh tidak mampu membuang LDL dari darah, sehingga kadarnya semakin tinggi.

  • Obesitas

Bagi seseorang yang alami obesitas karena makan secara berlebihan dan jarang berolahraga, maka akan mempengaruhi fungsi metabolisme lemak di hati. Itu artinya bisa memicu dislipidemia.

  • Pola makan tidak sehat

Bagi orang yang punya pola makan yang banyak mengonsumsi lemak jenuh atau lemak trans, kondisi ini akan meningkatkan kadar LDL dan menurunkan HDL dalam darah.

  • Jarang berolahraga

Faktanya, gaya hidup yang minim berolahraga dapat meningkatkan kolesterol jahat dalam darah. Sebagai akibatnya, ini akan terjadi penumpukan lemak dalam tubuh dan berujung pada kondisi dislipidemia.

  • Gangguan medis tertentu

Selain itu, beberapa kondisi medis juga bisa ikut andil dalam terjadinya dislipidemia. Biasanya terjadi pada seseorang yang memiliki penyakit diabetes, kecanduan alkohol, penyakit ginjal kronis, hipotiroid hingga sirosis bilier primer.

3. Bagaimana diagnosis dislipidemia?

Freepik/jcomp

Pada umumnya, dislipidemia dicurigai pada pasien dengan temuan fisik yang khas atau komplikasi dislipidemia

Kondisi dislipidemia pun didiagnosis dengan mengukur lipid serum. Pengukuran rutin (profil lipid) termasuk kolesterol total (TC), TG, kolesterol HDL dan kolesterol LDL.

Selain itu, dokter juga memerlukan hasil pemeriksaan darah didapatkan salah satu dari keadaan berikut:

  • Kolesterol total > 200mg/dL

  • LDL (lemak jahat) > 160mg/dL

  • HDL (lemak baik) < 40mg/dL (laki-laki) dan < 50mg/dL (perempuan)

  • Kolesterol total > 150mg/dL

4. Bagaimana pengobatan dislipidemia?

Freepik

Setelah seseorang selesai pemeriksaan dan dinyatakan mengalami dislipidemia, maka memerlukan pengobatan khusus.

Pengobatan dislipidemia pun bergantung terhadap kondisi masing-masing penderita. Dokter akan memperhatikan faktor risiko yang dimiliki dan kondisi lain yang dapat memperburuk kondisi pengidapnya.

Pada tahap awal, pengidap dislipidemia disarankan untuk melakukan perubahan gaya hidup dengan menurunkan konsumsi lemak jenuh dan meningkatkan aktivitas fisik.

Sedangkan seseorang dengan kadar komponen lemak yang tinggi, biasanya dokter meresepkan satu atau lebih obat untuk menurunkan kadar lemak.

5. Bagaimana pencegahan dislipidemia?

Freepik/cookie_studio

Sebenarnya, ada beberapa cara untuk meminimalisir risiko dislipidemia.

Dislipidemia pun dapat dicegah dengan menghindari faktor-faktor pemicunya seperti:

  • Mengindari konsumsi makanan berlemak yang tidak sehat

  • Mempertahankan berat badan ideal

  • Hindari mengonsumsi alkohol

  • Hindari merokok 

  • Mengonsumsi makanan yang mengandung lemak tak jenuh, seperti kacang-kacangan, biji-bijian, minyak zaitun dan omega-3

  • Perbanyak serat dari buah-buahan dan sayur

  • Perbanyak minum air putih

  • Rutin berolahraga

Itulah kelima fakta mengenai dislipidemia. Segera temui dokter jika didapatkan tanda-tanda komplikasi dislipidemia, ya!

Baca juga:

The Latest