TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

IMGS 2022: Patahkan Stigma Toxic Feminity dengan Women Empowerment

Mengatasi toxic feminity yang sering dialami wanita Indonesia dengan women empowerment

IDN Media/Herka Yanis Pangaribowo

Toxic Feminity merupakan suatu standar yang seringkali dianggap normal pada sebagian masyarakat dengan memberikan tekanan pada perempuan tentang hal-hal yang harus dimiliki dan dilakukan.

Akan tetapi, stigma tersebut justru bersifat menjatuhkan dan menjadi hal toxic. 

Beberapa contoh toxic feminity yang cukup sering didengar dan dijadikan kebiasaan oleh orang Indonesia seperti perempuan harus bisa melakukan semua pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci piring, dan menyapu.

Anggapan tersebut justru melahirkan stigma lain yang mempercayai bahwa perempuan tidak butuh pendidikan tinggi dan karier yang bagus karena pada akhirnya akan menjadi ibu rumah tangga.

Namun sebenarnya, ucapan-ucapan seperti itu dapat dipatahkan jika perempuan saling menghargai dan membantu satu sama lain.

Seperti yang diucapkan oleh Sonia Basil, content creator dan founder of cakeology.jkt saat menghadiri pelaksanaan Indonesia Millennial and Gen-Z Summit, Kamis (29/9/2022) di The Tribrata, Jakarta. 

“Kita harus ingat kalau setiap orang punya valuenya yang berbeda-beda, perbedaan tersebut harus kita atasi dengan women empowerment women, yakni saling support satu sama lain,” ujar Sonia Basil dalam sesi pertama Future is Female dengan topik Women vs Women: Toxic Feminity is Real and It’s Time to Talk About It yang juga dihadiri oleh Christie Basil, founder of atvezzo & bychristiebasil dan Yura Yunita, Penyanyi & Penulis Lagu. 

Lalu, bagaimana cara ketiga perempuan hebat tersebut mengatasi toxic feminity?

Yuk, simak apa yang telah Popmama.com rangkum tentang IMGS 2022: Bantah Toxic Feminity dengan Women Empowerment untuk Mama. 

1. Trigger yang berbalik ke diri sendiri

IDN Media/Herka Yanis Pangaribowo

Selain kata-kata dari orang lain yang dapat menjatuhkan, sesuatu yang paling menyakitkan justru datang dan muncul dari diri kita sendiri.

Saat mengobrol dan berbagi pendapat dengan orang lain, tidak jarang kata-kata yang diucapkannya bisa menyakiti kita. 

Padahal, mereka hanya bermaksud untuk mendorong dan menyemangati kita.

“Entah orang luar atau dalam ketika mereka ngomong sesuatu dan pandangan kita itu mereka hanya untuk meremehkan kita, padahal maksud mereka adalah mendukung kita,” ujar Christie Basil, founder of Atvezzo dan bychristiebasil.

Sonia Basil, content creator dan founder of cakeology.jkt juga menambahkan bahwa “Terkadang hal yang kita harapkan dari orang lain adalah apresiasi bukan pendapat, padahal orang tersebut bermaksud untuk membangun kita.”

2. Keluarga selalu mendukung setiap kegiatan

IDN Media/Herka Yanis Pangaribowo

Menjadi pebisnis tentunya membutuhkan orang yang dapat menyemangati dan mendorong kita untuk berbuat lebih dari saat ini, salah satu contohnya keluarga. 

Dalam menjalankan bisnis kue yang dipelajari secara otodidak, Sonia Basil mendapatkan dukungan penuh dari kedua orangtuanya.

Kedua saudara Basil tersebut juga bercerita bahwa mereka selalu meluangkan sedikit waktu dalam satu hari untuk sharing dan bertukar pendapat tentang hal yang mau atau sedang dijalankan.

3. Feminim itu lemah atau tidak?

IDN Media/Herka Yanis Pangaribowo

Menanggapi pertanyaan yang dilontarkan oleh Ankatama Ruyatna, master of ceremony sesi tersebut tentang “Sekuat-kuatnya kamu, pasti kamu memiliki sisi feminim, maka feminim menurut kamu sendiri itu lemah tidak?” 

Christie basil berpendapat bahwa kelemahan bergantung pada tujuan dan cara kita melihat feminity.

Kita harus bisa menyeimbangkan hal-hal yang dilakukan, seperti halnya dalam pekerjaan, selain harus menjadi leader yang baik kita juga patut mengapresiasi pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja. 

Menyetujui pendapat kakaknya, Sonia Basil menambahkan bahwa feminity itu tidak bisa disamakan dengan beauty standart, melainkan tentang mental dan sikap kita dalam menghadapi suatu hal. 

“Feminity bukan sekedar how we dress up and how we look, tapi tentang cara kita mengambil sikap, that’s feminity,” tambah Sonia.

4. Menerapkan prinsip “Gender Equality” sebagai culture

IDN Media/Herka Yanis Pangaribowo

Selain dapat menumpas stigma toxic feminity, gender equality juga bisa mengatasi patriarki.

Menurut Sonia Basil, content creator and founder of cakeology.jkt “Dalam industri bisnis yang aku jalani, aku hanya melihat purpose seseorang. Jadi, meskipun kamu laki-laki ataupun perempuan selama kita memiliki purpose yang sama, ya aku akan tetap menerima tanpa membedakan gender,” jelasnya.

Christie menambahkan bahwa cara pandang kita kepada orang lain tidak bisa disamaratakan.

Kita bisa saling berbagi pendapat dengan orang lain, terlebih orang terdekat tanpa menjatuhkan satu sama lain. 

Menutup sesi Female is Future sesi pertama tersebut, Yura Yunita mengungkapkan “Semakin seseorang menutup jalan kita, semakin kita bisa untuk berdiri lebih tegak dan buktikan ke diri sendiri bahwa kita bisa menjadi versi terbaik diri kita dalam membuka jalan sukses masing-masing.” 

Itulah beberapa persepsi yang dipaparkan oleh ketiga perempuan hebat tentang IMGS 2022: Bantah Toxic Feminity dengan Women Empowerment Women.

Apabila ingin hadir ke acara Indonesia Millenial & Gen-Z Summit 2022 tidak perlu khawatir karena acara ini berlangsung sampai Jumat, 30 September 2022.

Baca juga:

The Latest