Baby X, Teknologi Bayi AI yang Bisa Tumbuh Layaknya Manusia!

Bayangkan kalau di masa depan anak-anak bisa belajar langsung dari guru virtual yang punya ekspresi seperti manusia, bisa tersenyum, menangis, bahkan bereaksi secara emosional.
Semua ini bukan lagi cerita fiksi ilmiah, melainkan sedang dikembangkan oleh Mark Sagar, CEO dari Soul Machines yang berbasis di Auckland, Selandia Baru.
Mark sedang mengembangkan sebuah teknologi berbentuk seorang bayi berbasis AI yang dapat tumbuh dan belajar layaknya seorang manusia. Seperti apa informasi selengkapnya?
Berikut Popmama.com telah merangkum informasinya lebih lanjut.
1. Anak virtual yang bisa belajar dan punya perasaan

Mark Sagar dan timnya menciptakan Baby X, sosok bayi virtual yang tak hanya bisa menirukan ekspresi manusia, tetapi juga belajar dan merespons emosi. Dengan wajah yang bisa tersenyum, mengerutkan kening, hingga menangis.
Baby X dirancang untuk meniru proses belajar layaknya anak manusia. Inovasi ini menjadi pondasi dalam menciptakan avatar digital yang bisa menjadi asisten virtual dengan sentuhan emosional yang lebih manusiawi.
Yang membuat Baby X begitu istimewa adalah pendekatannya yang meniru sistem saraf manusia. Soul Machines menciptakan avatar dengan sistem seperti neurotransmitter virtual, yaitu senyawa kimia yang berperan besar dalam cara manusia merasa dan bereaksi. Tujuannya? Membuat AI yang tidak hanya terlihat seperti manusia, tapi juga bisa merasakan dan merespons layaknya manusia sungguhan.
2. Potensi besar dalam dunia digital

Meskipun robot fisik masih menghadapi tantangan besar, terutama dari sisi biaya dan material, inovasi seperti Baby X sudah mulai diterapkan di dunia virtual. Bayangkan anak-anak belajar lewat dunia virtual reality (VR), ditemani avatar guru yang bisa tersenyum dan menjawab pertanyaan dengan emosi.
Mark Sagar percaya teknologi ini bisa menghadirkan pengalaman belajar yang lebih hidup dan menyenangkan, terutama untuk generasi digital seperti anak-anak sekarang.
Soul Machines juga sedang mengembangkan versi terbaru dari Baby X dengan kemampuan yang lebih canggih. Tidak hanya untuk edukasi, teknologi ini nantinya bisa menjadi bagian dari layanan pelanggan, asisten pribadi, bahkan teman ngobrol di dunia digital. Semuanya dengan ekspresi dan reaksi yang menyerupai manusia.
3. Tetap ada etika yang harus diperhatikan

Tentu saja, semakin canggih teknologi ini, semakin besar pula tanggung jawab yang harus diemban. Beberapa ahli menyuarakan kekhawatiran soal privasi data dan kemungkinan manipulasi. Ada juga fenomena yang disebut “uncanny valley”, di mana manusia merasa tidak nyaman saat melihat sosok digital yang hampir seperti manusia tapi tidak sepenuhnya.
Terlepas dari pro dan kontra, karya Mark Sagar membawa pesan besar: teknologi seharusnya tidak menggantikan manusia, tapi membuat interaksi digital menjadi lebih manusiawi.
Itulah informasi mengenai teknologi bayi AI yang bisa tumbuh layaknya manusia. Dari Baby X hingga avatar canggih di masa depan, semuanya memberi gambaran akan dunia di mana AI bukan hanya alat, tapi juga menjadi teman yang bisa memahami perasaan manusia yang merupakan penciptanya.