Bukan Sekadar Tradisi, Kebaya Jadi Busana Harian Titi Radjo Padmaja

- Kebaya bisa dipakai untuk aktivitas harian
- Berkebaya tetap bisa bebas berekspresi
- Kebaya turut menghidupi pekerja budaya lokal
Sebagai musisi, aktris, dan komposer, Titi Radjo Padmaja dikenal luas tak hanya karena karya seninya, tapi juga karena sikapnya yang konsisten merawat budaya Indonesia. Dalam kesehariannya, Titi memilih kebaya sebagai bagian dari gaya personalnya.
Ia menjadi salah satu figur publik yang menunjukkan bahwa kebaya bukan hanya warisan budaya, tapi juga busana yang bisa dikenakan secara fungsional di kehidupan sehari-harinya.
Dalam wawancara eksklusif pada acara peringatan Hari Kebaya Nasional bersama Bakti Budaya Djarum Foundation, Titi berbagi pandangan dan kebiasaannya dalam memakai kebaya, bukan hanya untuk acara formal semata, tapi untuk momen sehari-hari seperti mengantar anak, pergi ke pasar, atau berpergian.
Melalui wawancara eksklusif dengan Popmama.com pada acara tersebut, Titi mengungkapkan pandangan mengenai kebaya jadi busana harian Titi Radjo Padmaja. Berikut rangkumannya, ya, Ma!
1. Kebaya bisa dipakai untuk aktivitas harian

Kebaya bukan hanya untuk acara formal dan momentum peryaan tertentu saja. Bagi Titi, berkebaya juga bisa dipakai dalam keseharian seperti berpergian ke pasar hingga jemput anak sekolah. Ia tidak merasa ragu menjadikan kebaya sebagai bagian dari rutinitas, meski dipadukan dengan kain biasa atau celana jeans.
Dengan begitu, kebaya kembali menjadi busana yang tetap hidup di zaman sekarang. Titi ingin perempuan muda Indonesia memakai kebaya dalam aktivitas harian hingga kebaya menjadi terasa lebih personal. Dalam setiap benang dan potongan kainnya, kebaya membawa nilai sejarah dan keberanian perempuan.
Maka dari itu, kebaya bisa dan layak menjadi pakaian sehari-hari yang bisa coba Mama gunakan. Tidak hanya mengingat masa lalu, namunjuga menyuarakan masa kini.
2. Berkebaya tetap bisa bebas berekspresi

Titi mengaku sering mendengar anggapan bahwa kebaya harus selalu dipadukan dengan batik. Tapi ia memilih tampilan berbeda. Kebayanya bisa dipakai dengan tenun Sumba, tenun Padang, bahkan celana pendek. Baginya, yang terpenting adalah nyaman dan mencerminkan dirinya. Ia menekankan pentingnya berekspresi tanpa takut salah kostum atau melanggar aturan.
“Kita tetap menghargai pakem, namun kita tetap harus bisa bebas berekspresi” ujar Titi.
Kebaya harus tetap menghormati nilai tradisi, namun tidak membatasi ekspresi diri. Titi ingin anak-anak muda tahu bahwa tidak ada formula baku untuk memakai kebaya. Justru dengan kebebasan itu, kebaya bisa masuk ke dunia modern tanpa kehilangan nilai budayanya.
3. Gaya tetap bisa santai dan personal

4. Kebaya turut menghidupi pekerja budaya lokal

Bagi Titi, mengenakan kebaya juga berarti mendukung banyak orang di baliknya. Saat kita memakai kebaya, biasanya kita juga membeli kain, aksesoris, atau sanggul dari pengrajin lokal. Artinya, satu keputusan memakai kebaya bisa membuka pintu rezeki bagi banyak pelaku industri kreatif.
Ada penjahit, penenun, pembuat bros, hingga penata rambut yang semua ikut tumbuh dari budaya berkebaya. Inilah yang disebut Titi sebagai bentuk "kebaya itu hidup dan menghidupi".
Gerakan #KitaBerkebaya pun menekankan bahwa kebaya bukan cuma simbol budaya, tapi juga kekuatan ekonomi. Kita tidak hanya merawat tradisi, tapi juga membantu kehidupan para pekerja lokal. Saat membeli sesuatu dari mereka, mengartikan bahwa kita sedang menjaga warisan tetap bernyawa.
Jadi, berkebaya bukan hanya pilihan gaya, tapi juga pilihan sikap. Ini adalah bentuk dukungan nyata terhadap budaya dan sesama perempuan Indonesia.
Titi Radjo Padmaja membuktikan bahwa kebaya bukanlah pakaian masa lalu, tapi busana yang hidup, membebaskan, dan bermakna. Dari aktivitas harian hingga momentum tertentu, ia mengajak perempuan Indonesia untuk menjadikan kebaya sebagai bagian dari identitas diri.
Berkebaya mempunyai makna kuat, baik untuk diri sendiri maupun untuk banyak orang di balik yang membuatnya.



















