“Kami mulai bekerja sama saat masa pandemi. Saat itu, kami pertama kali berkenalan melalui zoom meeting. Saya kala itu merasa kesulitan untuk menuangkan ide kreatif,” kata Didit Hediprasetyo saat acara ‘Expression of the Journey’ di The Dharmawangsa Jakarta, Jumat (2/5/2025).
Desainer Didit Hediprasetyo Hadirkan Pameran Expression of the Journey

- Didit Hediprasetyo mengajak anak-anak panti asuhan untuk 'art therapy'
- Pameran diramaikan dengan rangkaian acara lainnya
- Kolaborasi hebat untuk membangun generasi tangguh emosional
Dikenal sebagai desainer ternama Indonesia, siapa sangka jika sosok Didit Hediprasetyo nyatanya juga pernah mengalami creative block alias kesulitan untuk mengeluarkan ide-ide kreatif nan segar.
Hal tersebut membawanya bertemu dengan sosok Monica Ogaz, seniman meksiko yang tinggal di Florence. Ogaz dikenal sebagai seniman yang memadukan seni visual dengan psikoterapi untuk pendukung penyembuhan emosional.
Pendekatan yang digunakan yakni menekankan ekspresi kreatif sebagai proses pertumbuhan dan kesadaran diri, bukan kesempurnaan artistik.
Bermula dari kesulitan yang dialami, Didit Hediprasetyo Foundation dengan bangga menghadirkan pameran seni bertajuk Expression of the Journey. Pameran ini menyatukan antara seni, terapi, dan empati dalam sebuah ruangan.
Penasaran seperti apa? Berikut Popmama.com siap membahas lebih lanjut terkait desainer Didit Hediprasetyo hadirkan pameran Expression of the Journey.
1. Didit Hediprasetyo ajak anak-anak panti asuhan untuk ‘art therapy’

Expression of the Journey adalah sebuah pameran yang dihadirkan Didit Hediprasetyo Foundation untuk memamerkan karya seni hasil karya Didit Hediprasetyo dan anak-anak panti asuhan.
Beberapa minggu sebelum pameran, Ogaz mengadakan sesi terapi seni bersama anak-anak dari Yayasan Bima Azzahra dan Panti Asuhan Pondok Kasih Agape.
Anak-anak menyambut kesempatan itu dengan baik. Mereka berusaha meluapkan pengalaman hidup dan sisi emosional dalam diri mereka lewat sebuah karya seni.
Karya-karya tersebut lah yang menjadi bagian dari pameran kali ini. Setiap karya yang dihasilkan merupakan sebuah refleksi dari perjalanan yang mereka lewati dan bukti bahwa penyembuhan emosional bisa dilakukan lewat karya seni.
"Kami percaya bahwa penyembuhan dan pertumbuhan dimulai dengan kemampuan untuk mengungkapkan apa yang tidak selalu dapat diungkapkan dengan kata-kata," kata Didit Hediprasetyo.
"Pameran ini tidak hanya sebagai penghargaan atas keberanian anak-anak ini, tetapi juga panggilan untuk mengakui seni sebagai bagian penting dari kesejahteraan mental, terutama sejak usia dini,” lanjutnya.
2. Pameran diramaikan dengan rangkaian acara lainnya

Tak hanya menampilkan karya seni semata, Didit Hediprasetyo Foundation juga menyuguhkan rangkaian acara inspiratif lainnya selama pameran berlangsung.
Salah satunya adalah seminar bertajuk Embarking the Journey yang akan dipandu oleh Dr. Asheena Baez, seorang coach dan pakar mindfulness. Seminar ini mengangkat pentingnya pendekatan holistik dalam mengelola trauma dan kesehatan mental.
Selain itu, ada juga sesi terapi seni interaktif yang didesain khusus untuk anak-anak usia 6 hingga 15 tahun. Dalam sesi ini, anak-anak diajak untuk memahami emosi dan mengatur perilaku mereka lewat aktivitas seni.
Pendekatan yang digunakan Ogaz ialah mengajarkan anak-anak untuk melepaskan kendali, berbagi dengan sesama, dan belajar dari proses, bukan hasil akhir. Hal-hal sederhana ini ternyata punya dampak besar untuk perkembangan emosional mereka.
3. Kolaborasi hebat untuk membangun generasi tangguh emosional

Rangkaian acara pameran Expression of the Journey akan ditutup pada Minggu, 4 Mei 2025 dengan sesi yang menghadirkan para ahli di bidang psikologi dan pendidikan.
Nama-nama ternama seperti Dr. Shefali, psikolog klinis yang juga penulis The Conscious Parent, akan hadir bersama Dr. Baez, Monica Ogaz, dan Najelaa Shihab.
Mereka akan membahas pentingnya conscious parenting dan kekuatan mindfulness dalam membangun kecerdasan emosional anak sejak dini.
Harapannya, acara ini dapat menjadi bekal untuk menciptakan masa depan yang lebih sehat secara emosional. Lewat kolaborasi antara seni, terapi, dan pendidikan, semoga bisa menjadi pintu akses menuju kesejahteraan mental bagi generasi muda Indonesia.



















