Apa Alasan Yoshi Sudarso Pindah ke Indonesia dari Los Angeles?

Yoshi Sudarso mengungkapkan bahwa keputusannya pindah dan menetap di Indonesia bukanlah didasarkan pada kebutuhan entertainment atau kebutuhan karier aktingnya. Alasannya yang paling utama adalah lebih fokus pada anak-anaknya.

Keputusan untuk kembali ke Indonesia bermula dari ide istrinya, yang mengatakan "kita harus kembali". Yoshi, yang sempat lahir dan tinggal di Indonesia, ingin anaknya merasakan pengalaman yang serupa.

Tujuan utama perpindahan ini adalah agar sang Anak dapat:

• Mengerti, membalas, dan menggunakan bahasa Indonesia.

• Merasakan budaya Indonesia seperti apa. Sebagai konteks, Yoshi sendiri mengungkapkan bahwa ia hampir 20 tahun tidak pernah menggunakan bahasa Indonesia selama tinggal di Amerika. 

Yoshi merasa ada "bagian dari dirinya yang kosong". Ia ingin kembali ke tempat asalnya dan mencoba memahami siapa dirinya sebenarnya dan ingin lebih dekat dengan keluarga dan akar budayanya. 

Yoshi menegaskan keputusannya bukan karena ia gagal atau kariernya meredup di Hollywood, melainkan ia hanya merasa "waktunya untuk pulang”.

Meskipun banyak teman di Indonesia yang mempertanyakan keputusannya untuk meninggalkan AS, Yoshi sama sekali tidak menyesali langkahnya. Sebaliknya, ia justru merasa sangat bahagia saat tinggal di Indonesia. 

Yoshi menjelaskan, "Aku suka hidup di sini," dan baginya, ini adalah "pengalaman baru yang menyenangkan". Yoshi bahkan menegaskan, "Aku suka banget di sini".

Yoshi Sudarso menyatakan dengan penuh semangat bahwa ia ingin terlibat dalam perkembangan perfilman di tanah air. Ia melihat adanya potensi besar pada industri film Indonesia. 

Secara spesifik, Yoshi berharap dapat ikut berkontribusi di dalamnya. Bahkan, ia berharap dapat bertindak sebagai penghubung atau jembatan antara dua dunia, yaitu perfilman Indonesia dan Hollywood. Tujuannya adalah agar orang luar (internasional) tahu bahwa Indonesia memiliki talenta yang luar biasa. 

Nah, itu dia alasan Yoshi Sudarso memilih pulang ke Indonesia. Keputusannya ini jadi bukti bahwa kebahagiaan tak selalu soal karier, tapi juga tentang keluarga dan akar budaya.