- Tukang tari, si penari yang menjaga semangat tim.
- Tukang concang, pemberi aba-aba arah dan kecepatan.
- Tukang pinggang, penjaga keseimbangan dan pengontrol ritme alias juru mudi.
Apa Itu Pacu Jalur? Warisan Budaya Riau Sejak Abad ke-17

- Pacu Jalur awalnya adalah sarana transportasi penting di Sungai Kuantan, dengan perahu panjang membawa hasil perkebunan dan memiliki nilai sosial.
- Tradisi Pacu Jalur sudah ada sejak abad ke-17, diresmikan sebagai lomba tahunan pada tahun 1890 oleh pemerintah kolonial Belanda untuk memeriahkan acara adat.
- Perahu jalur diisi puluhan pendayung dan diselenggarakan di Sungai Kuantan, menarik ribuan penonton dengan suasana festival yang meriah.
Indonesia punya banyak tradisi unik yang hanya bisa ditemukan di daerah tertentu, salah satunya adalah Pacu Jalur.
Tradisi satu ini berasal dari Kuantan Singingi, Riau, dan dikenal sebagai lomba perahu panjang di sungai yang super meriah.
Kalau Kamu belum pernah mendengar tentang apa itu Pacu Jalur, jangan khawatir Popmama.com akan memberikan informasi mengenai tradisi ini.
Tradisi ini bukan hanya tentang adu cepat di sungai, tapi juga penuh sejarah, nilai budaya, dan semangat kebersamaan masyarakat. Yuk, simak informasinya berikut ini.
1. Pacu Jalur adalah awalnya adalah sarana transportasi

Perahu panjang atau ‘Jalur’ awal mulanya merupakan sarana transportasi utama warga desa rantau di Kuantan, yakni daerah di sepanjang Sungai Kuantan yang terletak antara Kecamatan Hulu Kuantan di bagian hulu hingga Kecamatan Cerenti di bagian hilir.
‘Jalur’ digunakan sebagai transportasi penting bagi para warga desa untuk kepentingan mengangkut hasil perkebunan seperti pisang dan tebu.
Seiring berjalannya waktu, ‘Jalur’ diberi ukiran-ukiran indah seperti kepala ular, harimau, atau buaya dan dilengkapi dengan payung, selendang, tali-temali, tiang tengah (gulang-gulang), serta lambai-lambai (tempat juru mudi berdiri).
‘Jalur’ tidak lagi digunakan sebagai sarana transportasi tapi untuk menandakan indentitas sosial. Sehingga hanya para bangsawan dan datuk-datuk saja yang bisa naik pada masa itu.
2. Tradisi yang sudah ada sejak abad ke-17

Pacu Jalur ternyata sudah ada sejak abad ke-17. Mulanya lomba perahu tradisional ini hanya digelar di kampung sekitar deretan Sungai Kuantan untuk memperingati hari-hari besar seperti Maulid Nabi, Idul Fitri, dan Tahun Baru Islam.
Lalu pada pemerintahan Belanda, Pacu Jalur mulai diresmikan sebagai lomba tahunan pada tahun 1890 oleh pemerintah kolonial Belanda untuk memeriahkan acara adat, kenduri rakyat, dan menperinghati kelahiran ratu Belanda yang jatuh setiap 31 Agustus.
Sejak Indonesia merdeka, kini perlombaan ini diadakan setiap bulan Agustus untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan RI.
3. Perahu jalur diisi puluhan pendayung

Yang bikin unik, satu perahu atau “jalur” bisa sepanjang 25–40 meter dan memuat hingga 60 orang pendayung. Semua 'jalur' dibuat dari batang kayu besar secara utuh, tanpa sambungan, sehingga waktu berpacu tidak dikhawatirkan akan pecah.
Pembuatannya juga memakan waktu dan proses yang cukup panjang mulai dari musyawarah pemilihan panitia, pemilihan kayu sampai upacara semah agar perahu tidak menghilang secara gaib.
Di dalam perahu yang muat 50-60 orang ini terdiri dari beberapa kru, diantaranya:
Tukang tari inilah yang menjadi banyak perhatian dari berbagai dunia sehingga mempunyai julukan aura farming. Tukang tari biasanya di isi oleh anak-anak, karena memiliki berat yang ringan.
4. Diselenggarakan di Sungai Kuantan dan ditonton ribuan orang

Festival Pacu Jalur biasanya digelar di Tepian Narosa, Teluk Kuantan, ibu kota Kabupaten Kuantan Singingi. Acara ini jadi pesta rakyat yang ditunggu-tunggu, dengan ribuan penonton memadati pinggir sungai untuk menyaksikan lomba.
Pada tahun 2019, kompetisi ini melibatkan 175 perahu dengan total 9.625 pendayung yang tercatat dalam rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI).
Lalu di tahun 2022 terdapat 50.000 orang yang hadir sepanjang tepian Sungai Kuantan untuk menyaksikan perlombaan Pacu Jalur.
Bukan cuma lomba, suasana festival juga diisi dengan bazar UMKM, panggung hiburan, dan parade budaya. Cocok banget buat kamu yang suka wisata budaya bareng keluarga.
5. Meriam jadi tanda dimulainya perlombaan

Uniknya pada perlombaan ini, sebagai aba aba dimulainya kompetisi Pacu Jalur. Meriam yang digunakan pun bukan meriam tradisional yang menggunakan mesiu, melainkan meriam karbit yang menghasilkan suara keras saat diledakan.
Meriam karbit diletupkan sebagai tanda resmi dimulainya lomba Pacu Jalur. Suara ledakkannya ini menambah meriah dan kegembiraan dalam acara ini.
6. Diakui sebagai warisan budaya tak benda Indonesia

Bukan cuma dikenal di Riau, Pacu Jalur kini diakui sebagai bagian dari Warisan Budaya Tak Benda Indonesia oleh Kemendikbud. Artinya, tradisi ini akan terus dilestarikan dan diperkenalkan ke generasi muda.
Nilai-nilai seperti kerja sama, gotong royong, dan sportivitas sangat kuat terasa dalam tradisi ini.
Nilai-nilai tersebut dibuktikan mulai dari musyawarah untuk membentuk panitia, rangkaian pembuatan jalur, semua dilakukan secara kolektif oleh masyarakat setempat .
Tidak heran kalau Pacu Jalur jadi salah satu simbol gotong royong dan kebanggaan masyarakat Kuansing.
7. Wisata edukatif untuk anak

Buat Mama dan Papa yang ingin mengenalkan anak pada budaya Indonesia, nonton Pacu Jalur bisa jadi pengalaman seru sekaligus edukatif. Anak bisa belajar soal tradisi lokal, semangat tim, dan betapa beragamnya kekayaan budaya bangsa kita.
Jadi, kamu, sudah tahu kan apa itu Pacu Jalur. Tradisi ini bukan hanya soal lomba perahu, tapi tentang identitas, sejarah, dan semangat kebersamaan masyarakat Riau.
Kalau punya rencana liburan ke Sumatera, coba sempatkan datang ke Teluk Kuantan di bulan Agustus ya. Siapa tahu bisa jadi pengalaman keluarga yang tak terlupakan.
Nah itu dia informasi tentang Apa itu Pacu Jalur, yang belakangan ini viral di berbagai belahan dunia. Semoga informasinya bermanfaat ya.



















