Bagaimana Cara Penyebaran Penyakit Pertusis?

Pertussis atau batuk rejan adalah penyakit pada saluran pernapasan yang terinfeksi oleh bakteri Bordetella pertussis. Penyakit ini bisa menular dengan sangat mudah dari satu orang ke orang lain.
Menurut World Health Organization (WHO) di tahun 2018 terdapat lebih dari 151.000 kasus pertusis di dunia. Gejalanya penyakit ini, pada umumnya muncul sekitar 7 sampai 10 hari setelah infeksi dan biasanya menular melalui droplet yang dihasilkan saat batuk atau bersin.
Di artikel ini Popmama.com akan membahas mengenai bagaimana cara penyebaran penyakit pertusis. Yuk, disimak!
1. Penularan utama melalui droplet pernapasan

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), pertusis paling sering menyebar melalui tetesan kecil pernapasan atau respiratory droplets yang keluar ketika penderita batuk, bersin, atau bahkan berbicara.
Droplet ini dapat terhirup oleh orang lain dalam jarak dekat, sehingga infeksi sangat mudah menyebar di lingkungan rumah tangga atau sekolah.
Bakteri Bordetella pertussis hanya menginfeksi manusia dan tidak ada hewan atau lingkungan lain yang menjadi reservoir penyakit ini. Karena itu, penularan terjadi langsung dari manusia ke manusia.
2.Resiko tertular dari lingkungan rumah lebih tinggi dibandingkan tempat lain

Penularan pertusis sangat tinggi terjadi di rumah tangga. Sebuah studi yang dipublikasikan di National Center for Biotechnology Information (NCBI) menunjukkan, bahwa tingkat penularan dalam lingkungan keluarga dapat mencapai 64–86% pada anak-anak yang belum divaksinasi.
Sebaliknya, penularan di sekolah atau tempat umum cenderung lebih rendah karena kontak tidak seintens di rumah.
Orang dewasa atau remaja sering kali menjadi sumber infeksi bagi bayi. Mereka mungkin mengalami gejala ringan sehingga tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi dan tanpa sengaja menularkan penyakit ini.
3. Masa-masa paling menular pertusis

Gejala batuk rejan biasanya baru muncul 7–10 hari setelah seseorang terpapar bakteri, namun terkadang kadang bisa sampai 3 minggu.
Menurut cdc.gov, pada masa awal sakit, gejalanya hanya seperti flu biasa seperti pilek, demam ringan, dan batuk. Tapi justru di masa awal ini orang paling mudah menularkan penyakitnya ke orang lain.
Kalau tidak minum obat, penyakit ini bisa menular sampai 3 minggu sejak batuk mulai. Namun, kalau sudah diberi antibiotik, masa menularnya biasanya berhenti setelah 5 hari pengobatan.
4. Siapa yang paling tinggi resiko terkena pertusis?

Kelompok paling rentan terhadap komplikasi serius adalah bayi di bawah enam bulan, terutama yang belum mendapatkan vaksinasi lengkap. Selain itu, remaja dan orang dewasa dengan kekebalan vaksin yang sudah menurun juga berisiko tertular dan menjadi pembawa infeksi ke bayi dan anak kecil.
WHO menekankan bahwa vaksinasi lengkap dan booster sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit ini, terutama di lingkungan keluarga yang memiliki bayi.
Nah, itu tadi merupakan penjelasan menganai bagaimana cara penyebaran penyakit pertusis. Semoga membantu ya!



















