“Obesitas itu suatu penyakit, penyakit yang kronis ya. Kalau orang dulu, biar gemuk asal sehat. Padahal gemuk sendiri tuh gak sehat,” kata Dokter Penyakit Dalam Konsultan Endokrinologi Metabolik dan Diabetes, dr. Waluyo Dwi Cahyono, SpPD-KEMD, FINASIM, Rabu (15/10/25).
Berhenti Konsumsi Karbohidrat saat Diet Itu Salah, Begini Penjelasan Dokter

- Obesitas adalah penyakit kronik yang harus segera diatasi karena dapat memicu penyakit lain seperti hipertensi, gagal jantung, diabetes, dan sleep apnea syndrome.
- Karbohidrat penting dikonsumsi selama diet karena berperan dalam fungsi otak dan menjaga komplikasi kronik akibat obesitas, terutama kardiovaskuler.
- Konsumsi karbohidrat saat diet harus diperhatikan jumlahnya agar tidak memicu kenaikan berat badan, namun tetap dibutuhkan untuk menjaga nutrisi seimbang.
Saat sedang menjalani program diet, tidak sedikit orang memilih untuk menghindari bahkan berhenti mengonsumsi karbohidrat sebagai asupan sehari-hari. Meski dapat mengurangi berat badan, diet tanpa konsumsi karbohidrat justru dapat berakibat buruk bagi kesehatan tubuh, terutama pada fungsi otak.
Obesitas saat ini memang tengah jadi perhatian nasional karena data dari Survei Kesehatan Indonesia mengatakan 23.4% penduduk dewasa kini mengalami obesitas. Oleh karena itu, menjalani program diet sangat disarankan untuk mencapai Indeks Massa Tubuh (BMI) yang ideal.
Dokter Penyakit Dalam Konsultan Endokrinologi Metabolik dan Diabetes, dr. Waluyo Dwi Cahyono, SpPD-KEMD, FINASIM dalam Diskusi Kesehatan dan Peluncuran Halofit dari Halodoc di Jakarta Pusat, Rabu (15/10/25) menjelaskan lebih lanjut mengapa karbohidrat harus tetap dikonsumsi selama menjalani diet.
Simak penjelasan selengkapnya yang telah Popmama.com rangkum seputar penjelasan dokter soal berhenti konsumsi karbohidrat saat diet itu salah.
Obesitas Itu Penyakit Kronik, Harus Cepat Diatasi

Obesitas menjadi salah satu penyakit mengancam nyawa yang sering kali tidak disadari dan cenderung disepelekan oleh sebagian orang karena dianggap tidak berbahaya. Padahal, obesitas merupakan salah satu penyakit kronik atau yang berlangsung dalam waktu lama dan bisa terus berkembang jika tidak diatasi.
Tidak sedikit orang yang menganggap tubuh yang terlihat gemuk terutama pada anak-anak tandanya sehat dan bugar, padahal hal tersebut bisa jadi tanda-tanda obesitas. Jika Indeks Massa Tubuh (BMI) tidak ideal dan masuk kategori obesitas, sebaiknya segera ditangani karena dapat berisiko memicu penyakit kronik lainnya.
“Risiko yang lainnya apa dengan obesitas? Tentu kerja jantungnya lebih berat, memicu untuk hipertensi, nanti lanjut menjadi gagal jantung itu pada obesitas, atau gangguan hormon yang muncul nanti timbulnya diabetes, atau masalah-masalah yang lain, misalnya sleep apnea syndrome,” tutur Dokter Waluyo.
Karbohidrat Penting Dikonsumsi selama Diet, Berperan pada Fungsi Otak

Banyak orang yang takut dan memilih berhenti mengonsumsi karbohidrat terutama nasi karena memicu lonjakan gula darah secara cepat yang menyebabkan kenaikan berat badan. Padahal, karbohidrat menjadi salah satu asupan harian yang penting untuk tubuh karena ikut mendukung kinerja otak lebih optimal.
“Karbo itu tetap perlu ya, teman-teman sekalian. Kenapa? Karena glukosa yang bisa digunakan ke otak itu dari karbo, bukan dari protein. Kalau badannya udah bagus, kecil, atau mungkin kurus, tapi otaknya nggak berkembang untuk apa,” ungkap Dokter Waluyo.
Dokter Waluyo juga mengatakan bahwa karbohidrat tetap penting dikonsumsi meskipun tengah menjalani program diet karena dapat menjaga komplikasi-komplikasi kronik, terutama kardiovaskuler atau lainnya yang bisa muncul akibat obesitas. Selain menjadi asupan penting yang menambah energi dalam tubuh, kandungan glukosa pada karbohidrat juga berperan dalam fungsi otak.
“Jadi, sama sekali tanpa karbohidrat itu juga diet yang salah. Glukosa yang bisa masuk ke dalam otak itu satu-satunya dari kabohidrat,” tegas Dokter Waluyo yang juga menjabat sebagai Board of Wellness Halofit.
Bukan Berhenti, Tapi Perhatikan Jumlah Konsumsi Karbohidrat saat Diet

Karbohidrat memang dapat menyebabkan kenaikan berat badan jika konsumsinya tidak diperhatikan dengan benar karena memicu kelebihan kalori. Oleh karena itu, saat sedang diet sebaiknya konsumsi karbohidratnya bisa dikurangi, terlepas dikonsumsi saat pagi, siang, sore, atau malam.
“Tentu komposisi jumlahnya yang perlu diperhatikan, bukannya jam-jam berapa saja kah si karbohidrat itu akan naik. Jam berapa pun ya naik dia kalau makannya banyak,” kata Dokter Waluyo.
Dokter yang berpraktik di RSUD dr. Chasbullah Abdulmajid Kota Bekasi tersebut juga menjelaskan konsumsi karbohidrat di waktu-waktu tertentu tidak berpengaruh dengan kenaikan berat badan. Kalori akibat konsumsi karbohidrat dapat meningkat jika jumlah konsumsinya tidak diperhatikan dengan benar.
“Jadi kenapa ada orang yang fenomena yoyo istilahnya, naik berat badannya kemudian turun, kemudian naik lagi, itu tergantung komitmennya dengan dia. Kalau dia bisa disiplin lagi menjaga maintenance pola hidupnya, terus pola makannya, tentu tidak akan begini,” pungkasnya.
Saat sedang diet, karbohidrat harus tetap dikonsumsi namun jumlahnya harus dikurangi agar tidak memicu kenaikan berat badan. Hal ini harus dilakukan secara disiplin dan konsisten agar diet dapat berbuah hasil yang sesuai.
Itu dia penjelasan dari dokter soal berhenti konsumsi karbohidrat saat diet itu salah. Konsultasi kesehatan termasuk program diet juga bisa diakukan di klinik obesitas Halofit by Halodoc yang memiliki program klinis dan menyeluruh.
Karbohidrat tetap harus dikonsumsi meskipun sedang diet karena manfaatnya banyak, namun jumlah konsumsinya harus diperhatikan dan lebih baik dikurangi saja dibanding berhenti mengonsumsinya.
Meski sedang diet, kebutuhan nutrisi seimbang juga harus terpenuhi, ya!



















