Fenomena Latte Dad yang Inspiratif dari Swedia, Simbol Papa Penyayang!

- Fenomena latte dad lahir dari kebijakan cuti orang tua yang progresif di Swedia sejak 1974.
- Latte dad merepresentasikan peran papa masa kini yang tak malu merawat anak, dan pengaruhnya terhadap masyarakat Swedia.
- Situasi fenomena latte dad berbeda-beda di tiap negara, tergantung pada dukungan sistem dan budaya di masing-masing negara.
Fenomena latte dad atau latte pappa di Swedia menarik perhatian. Pasalnya fenomena itu menggambarkan peran yang lebih maksimal seorang papa dalam keluarga.
Misalnya pemandangan papa mendorong stroller sambil menyeruput kopi di café atau taman kini menjadi hal lumrah di sana. Kebiasaan ini tidak tercipta begitu saja, hal ini lahir dari kebijakan parental leave yang progresif karena papa didorong untuk mengambil cuti merawat anak.
Oleh karena itu latte dad bisa disebut menjadi simbol perubahan budaya dan cara pandang masyarakat terhadap pengasuhan anak. Para Papa kini lebih terlibat, menikmati momen bersama buah hati sejak usia dini, sekaligus menunjukkan bahwa kehangatan dan kedekatan emosional bukan hanya tugas seorang ibu.
Berikut Popmama.com rangkum informasi mengenai fenomena latte dad yang Inspiratif dari Swedia!
1. Awal munculnya fenomena “latte dad” di Swedia

Fenomena latte dads atau latte pappor di Swedia lahir dari kebijakan cuti orang tua yang sangat progresif. Sejak 1974 Swedia menggantikan “maternity leave” khas perempuan dengan sistem parental leave yang bisa dibagi antara mama dan papa.
Ini membuat suami bisa punya kesempatan mengambil cuti saat bayi lahir yang lebih fleksibel untuk mengurus anak. Hak cuti ini memiliki sistem “use-it-or-lose-it” artinya jika papa tidak mengambil bagian hari yang disediakan, haknya hangus dan ini yang membuat banyak suami memilih memanfaatkan hal itu.
Hasilnya, pemandangan Papa yang mendorong stroller sambil menyeruput kopi menjadi hal biasa di café dan taman Swedia.
2. Bukan sekedar cuti, harus didukung lingkungan sosial juga

Kesuksesan Swedia menciptakan latte dad ini bukan sekedar fenomena ini tak hanya soal kebijakan, tapi juga soal perubahan paradigma peran laki-laki dalam keluarga. Latte dads merepresentasikan peran Papa masa kini yang tak malu merawat anak, yang menyadari bahwa pengasuhan bukan sekadar tugas mama saja.
Dalam kehidupan sehari-hari, para Papa ini terlihat santai dan hadir untuk kehidupan anak mereka. Hal terkecil dari mendorong kereta bayi, mendampingi anak di taman, atau nongkrong di café sambil mengasuh. Ini mencerminkan bahwa kehadiran emosional adalah bagian dari identitas Papa.
3. Perkembangan dan dampaknya fenomena latte dad kini

Sekarang fenomena latte dad bukan lagi langka, melainkan sudah menjadi bagian budaya masyarakat Swedia. Para Papa secara rutin mengambil cuti panjang untuk mengurus anak di rumah menjadi pemandangan lumrah.
Dampaknya juga terasa luas, dikutip dari New York Post, penelitian menunjukkan bahwa ketika papa lebih hadir, kesehatan mental ibu melahirkan membaik begitupun dengan kesehatan mental papa itu sendiri.
Dampak lainnya adalah penggunaan alkohol menurun, serta ikatan emosional dengan anak semakin kuat. Kebijakan cuti yang adil pun dianggap ikut mendefinisikan kembali makna maskulinitas di Swedia.
4. Mudah di Swedia, bagaimana di negara lain?

Jika di Swedia latte dad tumbuh subur berkat dukungan kebijakan cuti orangtua yang panjang dan fleksibel, situasinya berbeda di banyak negara lain. Di Amerika Serikat misalnya, tidak ada cuti ayah berbayar yang berlaku secara nasional.
Sebagian besar papa di beberapa negara bagian sulit mengambil waktu untuk fokus mengasuh anak di tahun-tahun awal. Akibatnya, peran papa dalam pengasuhan masih sering dianggap sekadar "membantu ibu", bukan berbagi tanggung jawab secara setara.
Sementara itu, di negara-negara Eropa lain seperti Norwegia, Islandia, dan Finlandia, fenomena serupa mulai terlihat karena mereka juga menerapkan kebijakan parental leave yang setara untuk mama dan papa.
Di Asia, Jepang sebenarnya memiliki aturan cuti ayah hingga 12 bulan, tetapi tingkat pengambilannya masih rendah karena tekanan budaya dan stigma di dunia kerja. Perbedaan ini menunjukkan bahwa latte dad bukan hanya soal gaya hidup, tapi erat kaitannya dengan dukungan sistem dan budaya di tiap negara.
Itulah tadi informasi mengenai fenomena latte dad yang Inspiratif dari Swedia. Wah, keren dan patut diadopsi di banyak negara.



















