10 Hal Toxic yang Sering Terjadi di Dunia Kerja

- Survei Populix (2024) menemukan 73% pekerja mengalami perlakuan tidak menyenangkan, dengan bentuk paling umum adalah pelecehan verbal.
- 63% pekerja pernah mengalami diskriminasi, baik karena gender, usia, maupun status kontrak.
- 61% responden merasa dipaksa bekerja di luar jam normal atau diberi target yang tidak realistis.
Lingkungan kerja yang sehat seharusnya membuat setiap orang bisa tumbuh dan merasa dihargai. Tapi kenyataannya, tidak semua kantor bisa memberikan suasana sepositif itu.
Banyak karyawan justru menghadapi tekanan, sikap tidak adil, bahkan pelecehan yang membuat semangat kerja menurun. Fenomena ini dikenal sebagai toxic workplace dan sayangnya, kejadiannya jauh lebih sering daripada yang kita kira.
Menurut survei Populix (2024), tujuh dari sepuluh pekerja di Indonesia pernah mengalami perilaku tidak menyenangkan di tempat kerja.
Dari pelecehan verbal, diskriminasi, sampai tekanan kerja berlebihan, semuanya bisa berdampak buruk pada kesehatan mental dan produktivitas seseorang.
Menurut survei iHire, lebih dari 53% pekerja pernah resign karena lingkungan kerja yang negatif. Sementara survei global dari ILO dan Gallup (2023) menunjukkan 23% pekerja di seluruh dunia pernah mengalami kekerasan atau pelecehan di tempat kerja.
Nah, untuk mengetahui lebih lanjut, Popmama.com akan membahas lebih lanjut mengenai 10 hal toxic yang sering terjadi di dunia kerja. Yuk, simak dibawah ini!
1. Pelecehan Verbal

Survei Populix (2024) terhadap 1.412 pekerja Indonesia menemukan bahwa 73% responden pernah mengalami perlakuan tidak menyenangkan di tempat kerja.
Bentuk paling umum adalah pelecehan verbal (76%), seperti bentakan, komentar kasar, atau meremehkan rekan kerja. Hal ini merupakan pelecehan verbal untuk pekerja.
2. Diskriminasi di Tempat Kerja

Diskriminasi menjadi salah satu hal toksik dilingkungan tempat kerja. Sebanyak 63% pekerja di survei yang sama mengaku pernah mengalami diskriminasi, baik karena gender, usia, maupun status kontrak, yang berdampak besar pada mental pekerja.
3. Tekanan dan Pemaksaan Kerja

Banyaknya tuntutan dan pemaksaan kerja dalam kondisi diri yang tidak stabil, terkadang membuat pekerja merasa marah terhadap aturan yang tidak mendukung kesejahteraan pekerjanya.
Masih dari survei Populix, 61% responden merasa dipaksa bekerja di luar jam normal atau diberi target yang tidak realistis. Hal ini membuat banyak pekerja mengalami kelelahan dan kehilangan keseimbangan hidup.
4. Pelecehan Seksual

Masalah seksual menjadi masalah serius yang harus ditindaklanjuti. Masalah ini masih sering ditemui di berbagai kantor. Dalam survei yang sama, 41% responden pernah mengalami pelecehan seksual, baik verbal maupun fisik. Hal ini perlu menjadi evaluasi perusahaan.
5. Kekerasan Fisik dan Ancaman

Lingkungan kerja yang sehat seharusnya jadi tempat berkembang, bukan sumber tekanan. Namun, faktanya masih banyak perilaku toxic yang membuat pekerja kehilangan rasa nyaman.
Meski lebih jarang, 25% pekerja mengaku pernah mengalami kekerasan fisik di tempat kerja. Lingkungan seperti ini jelas jauh dari rasa aman dan menghargai sesama.
6. Bullying dan Perundungan

Salah satu hal toksik lainnya dalam dunia kerja adalah bullying dan perundungan. Bullying dan perundungan kerap terjadi akibat kurangnya interaksi baik antara korban dan pelaku bullying.
Kurangnya popularitas dan kinerja korban menjadi bahan utama pelaku untuk melakukan perundungan. Dampak dari perundungan ini tentu menyangkut kepada kesehatan mental.
7. Pengucilan dan Isolasi

Tidak selalu diserang secara langsung, beberapa pekerja justru dikucilkan secara sosial. Mereka tidak diajak rapat, tidak diberi tanggung jawab penting, atau diabaikan oleh rekan kerja. Sehingga membuat seseorang merasa tidak berharga.
8. Atasan yang Otoriter atau Tidak Adil

Survei global iHire (2025) terhadap 1.781 pekerja dari 57 industri menunjukkan bahwa 78,7% responden menyebut gaya kepemimpinan buruk sebagai penyebab utama lingkungan kerja toksik. Gaya kepemimpinan seperti ini patut diberikan evaluasi.
9. HR yang Tidak Responsif

Dalam dunia pekerjan, HR menjadi salah satu orang yang penting. Namun, apa jadinya bila seorang HR bersikap tidak peduli terhadap masalah para pekerjanya.
Masih dari survei iHire, hanya 25% pekerja yang percaya HR akan menindaklanjuti laporan perilaku toksik. Akibatnya, banyak kasus dibiarkan tanpa penyelesaian.
10. Burnout dan Stres Berkepanjangan

Tekanan pekerjaan serta tugas dan tanggungjawab yang berat terkadang membuat pekerja merasa lelah dan muak terhadap pekerjaannya. Aktivitas rutin tanpa adanya rileksasi diri, tentu akan membuat diri menjadi suntuk.
Penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa lingkungan kerja toksik meningkatkan stres kerja dan menurunkan performa. Kelelahan emosional yang terus menumpuk akhirnya berujung pada burnout.
Nah, itulah informasi mengenai 10 hal toxic yang sering terjadi di dunia kerja. Agar tidak terjadi hal toksik dalam lingkungan kerja, sebaiknya kita saling menghargai satu sama lain ya, Ma, Pa! Semoga bermanfaat.



















