Apa Itu Toxic Productivity? Kenali Ciri-ciri dan Upaya Mengatasinya

- Toxic productivity adalah kondisi saat seseorang merasa harus terus sibuk dan menganggap istirahat sebagai hal yang sia-sia, dipicu oleh perasaan takut tertinggal.
- Ciri-ciri toxic productivity meliputi obsesi untuk selalu melakukan sesuatu, sulit beristirahat, kehilangan minat pada hal lain, dan takut kalah saing dengan orang lain.
- Mengatasi toxic productivity memerlukan kesadaran dan langkah proaktif seperti membuat target realistis, menghargai waktu istirahat, menerapkan mindfulness.
Saat ini, kita hidup dalam era yang mengagungkan pencapaian. Hal tersebut bikin produktivitas kerap dikaitkan dengan keberhasilan, prestasi, bahkan harga diri seseorang.
Rasanya kalau nggak sibuk, berarti nggak punya jalan untuk sukses. Padahal, memaksakan diri untuk terus produktif tanpa henti justru bisa bikin kita alami toxic productivity.
Fenomena ini banyak banget dialami anak muda, apalagi yang lagi semangat bangun karier. Sayangnya, semangat yang berlebihan justru bisa merusak kesehatan fisik dan mental.
Nah, lewat artikel ini, Popmama.com akan ajak kamu mengenal apa itu toxic productivity dan bagaimana cara mengatasinya.Simak di bawah!
1. Apa itu toxic productivity?

Menurut Jakarta Consulting, toxic productivity adalah kondisi saat seseorang merasa harus terus sibuk, Ia menganggap istirahat atau melakukan hobi sebagai hal yang sia-sia. Biasanya, ini dipicu oleh perasaan takut tertinggal.
Apalagi saat melihat orang lain terlihat produktif di media sosial. Kita jadi merasa “kalah” dan terdorong untuk mengejar mereka, meski harus mengorbankan mental dan fisik.
Sekilas, toxic productivity terlihat mirip dengan workaholism atau hustle culture, padahal sebenarnya berbeda. Seorang workaholic cenderung menikmati bekerja tanpa henti, sementara hustle culture memuja kerja keras sebagai jalan utama menuju kesuksesan.
Di sisi lain, toxic productivity sering disertai rasa bersalah saat tak bekerja, bahkan menganggap waktu luang sebagai dosa besar yang harus dijauhkan.
2. Ciri-ciri toxic productivity?

Mengenali tanda-tanda toxic productivity penting untuk mencegah dampak negatifnya. Melansir dari Talenta.co beberapa ciri umum bisa ditemui berikut ini:
Obsesi untuk selalu melakukan sesuatu, Ia akant erus merasa harus sibuk tanpa henti, bahkan saat tak diperlukan.
Merasa sulit untuk beristirahat, terkadang merasa bersalah atau cemas ketika mengambil waktu tak melakukan hal produktif.
Kehilangan minat pada hal lain, akibat terlalu fokus untuk terus bekerja, sehingga mengabaikan aktivitas atau hobi lainnya.
Takut kalah saing, selalu ada perasaan khawatir tidak bisa bersaing dengan orang lain yang dianggap lebih produktif.
3. Cara mengatasi toxic productivity

Mengatasi toxic productivity memerlukan kesadaran dan langkah proaktif untuk memulihkan keseimbangan hidup. Beberapa strategi yang dapat diterapkan antara lain:
Membuat target yang realistis, penting untuk tentukan tujuan yang sesuai dengan kapasitas dan kondisi pribadi, hindari membandingkan diri dengan orang lain.
Menghargai waktu istirahat, sadari bahwa istirahat bukanlah kemalasan, melainkan kebutuhan penting untuk menjaga kesehatan mental dan fisik.
Menerapkan mindfulness, latih kesadaran diri untuk mengenali batasan dan kebutuhan pribadi, serta untuk menikmati momen tanpa tekanan untuk selalu produktif.
Menetapkan batasan kerja, tentukan jam kerja yang jelas dan patuhi, hindari membawa pekerjaan ke waktu pribadi.
Melakukan self-care, luangkan waktu untuk aktivitas yang fun dan menenangkan, seperti hobi, olahraga ringan, atau meditasi.
Memahami apa itu toxic productivity dan mengenalinya, kita dapat ciptakan kehidupan yang lebih seimbang dan sehat. Jangan sampai produktivitas menjadi beban untuk kamu, ya!